Skripsi

Hubungan antara Efikasi Diri terkait Pembelajaran Neuroanatomi dan Neuroansietas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia = Relationship between Self-Efficacy related to Neuroanatomy Learning and Neuroanxiety in Faculty of Medicine Universitas Indonesia Students.

Latar Belakang: Neuroanatomi dipersepsikan sebagai salah satu disiplin ilmu paling sulit dengan tingkat penyelesaian tugas yang rendah. Kompetensi dalam neuroanatomi sangat penting bagi lulusan dokter. Fenomena ini berkaitan dengan neuroansietas dan efikasi diri mahasiswa dalam pembelajaran neuroanatomi, yang masih jarang diteliti di konteks pendidikan kedokteran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner untuk mengukur neuroansietas dan efikasi diri dalam pembelajaran neuroanatomi dan mengetahui hubungan efikasi diri pada pembelajaran dengan neuroanatomi dan neuroansietas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Metode: Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juli 2024 di Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan untuk adaptasi kuesioner dan pengumpulan data akhir dengan kuesioner Neuroanatomy Scale (NAS) dan Neuroanatomy Self Efficacy Scale (NSES) versi Bahasa Indonesia. Adaptasi penelitian mencakup penerjemahan, panel ahli, wawancara kognitif, pilot study, dan EFA. Validitas konten diukur dengan content validity index (CVI) dan konsistensi internal diukur dengan Cronbach’s alpha. Validitas Konstruk didapatkan melalui Exploratory Factor Analysis (EFA). Analisis deskriptif dilakukan pada efikasi diri pada pembelajaran neuroanatomi dan tingkat neuroansietas. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan dan perbedaan diantara keduanya. Hasil: Nilai CVI untuk kuesioner NAS adalah 0,88 dan kuesioner NSES adalah 0,94. Hasil EFA kuesioner NAS mengekstraksi 1 faktor yaitu neuroansietas. Hasil EFA dari NSES mengekstraksi 2 faktor yaitu kemampuan yang dipersepsikan dan transferabilitas. Nilai Cronbach’s alpha kuesioner NAS versi Bahasa Indonesia adalah 0,860 dan untuk kuesioner NSES versi Bahasa Indonesia adalah 0,878. Responden penelitian pada tahap pengukuran neuroansietas dan efikasi diri pada pembelajaran neuroanatomi adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUI (n=510). Efikasi diri pada pembelajaran neuroanatomi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan tidak ditemukan perbedaan antara mahasiswa tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Tingkat neuroansietas di FKUI adalah 72,18%. Neuroansietas paling tinggi dialami oleh perempuan (χ 2= 9,988, df=1, p=0,002) dan mahasiswa tingkat 1 (χ2= 11,336, df=2, p=0,003). Ditemukan perbedaan bermakna antara efikasi diri pada pembelajaran neuroanatomi dan neuroansietas baik pada kelompok jenis kelamin maupun tingkat mahasiswa FKUI (p=0,000). Kesimpulan: Kuesioner NAS dan NSES berbahasa Indonesia valid dan reliabel untuk mengukur efikasi diri dan neuroansietas pembelajaran neuro-anatomi. Efikasi diri berhubungan dengan neuroansietas, dengan mahasiswa yang memiliki efikasi diri lebih tinggi. Berdasasrkan tingkat, efikasi diri pada pembelajaran neuroanatomi ditemukan lebih tinggi pada mahasiswa tingkat 1 yang tidak mengalami neuroansietas; berdasarkan jenis kelamin ditemukan lebih tinggi pada mahasiswa laki-laki yang tidak mengalami neuroansietas.
Kata Kunci: Adaptasi, efikasi diri, neuroanatomi, neuroanatomy self efficacy scale, neuroansietas, neuroanxiety scale


Introduction: Neuroanatomy is perceived as one of the most difficult disciplines with low task completion rates. Competence in neuroanatomy is essential for graduate doctors. This phenomenon is related to students' neuroanxiety and self-efficacy in learning neuroanatomy, which is still rarely studied in the context of medical education in Indonesia. This study aims to adapt a questionnaire to measure neuroanatomy and selfefficacy in learning neuroanatomy and to identify the relationship between self-efficacy in learning with neuroanatomy and neuroanatomy in students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia (FKUI). Method: The study was conducted in January-July 2024 at the Rumpun Ilmu Kesehatan, Universitas Indonesia. This study was conducted through several stages for questionnaire adaptation and final data collection with the Indonesian version of the Neuroanatomy Scale (NAS) and Neuroanatomy Self Efficacy Scale (NSES) questionnaires. The research adaptation included translation, expert review, cognitive interview, pilot study, and EFA. Content validity was measured by content validity index (CVI) and internal consistency was measured by Cronbach's alpha. Construct validity was obtained through Exploratory Factor Analysis (EFA). Descriptive analysis was conducted on self-efficacy on learning neuroanatomy and neuroanxiety level. Bivariate analysis was conducted to look for relationships and differences between the two. Results: The CVI value for the NAS questionnaire was 0.88 and the NSES questionnaire was 0.94. The EFA results of NAS questionnaire extracted 1 factor which is neuroanxiety. The EFA results of NSES extracted 2 factors namely perceived ability and transferability. The Cronbach's alpha value for the Bahasa Indonesia version of the NAS questionnaire was 0.860 and for the Bahasa Indonesia version of the NSES questionnaire was 0.878. The research respondents at the measurement stage of neuroanxiety and self-efficacy in neuroanatomy learning were FKUI Medical Education Study Program students (n=510). Self-efficacy in neuroanatomy learning was higher in males than females and no differences were found between first-year, second-year, and third-year students. The neuroanativity rate at FKUI was 72.18%. Neuro-anxiety was highest among women (χ2= 9.988, df=1, p=0.002) and first year students (χ2= 11.336, df=2, p=0.003). There was a significant difference between self-efficacy in learning neuroanatomy and neuroanxiety in both gender groups and the level of FKUI students (p=0.000). Conclusion: The Indonesian NAS and NSES questionnaires were valid and reliable for measuring selfefficacy and neuroanatomy learning anxiety. Self-efficacy was associated with neuroanatomy, with students having higher self-efficacy. Based on level, self-efficacy in neuroanatomy learning was found to be higher in first year students who did not experience neuroanxiety; based on gender, it was found to be higher in male students who did not experience neuroanxiety.
Keywords: Adaptation, self-efficacy, neuroanatomy, neuroanatomy self-efficacy scale, neuroanxiety, neuroanxiety scale

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2024
Pengarang

David Christianta - Nama Orang
Ardi Findyartini - Nama Orang

No. Panggil
S24034fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 Reguler.,
Deskripsi Fisik
xviii, 131 hlm., ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
SBP Online
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
S24034fkS24034fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Hubungan antara Efikasi Diri terkait Pembelajaran Neuroanatomi dan Neuroansietas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia = Relationship between Self-Efficacy related to Neuroanatomy Learning and Neuroanxiety in Faculty of Medicine Universitas Indonesia Students.

Related Collection


WhatsApp

Halo Sobat Medi 👋

Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Layanan WA Perpustakaan FKUI
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional (di atas) akan direspon pada hari kerja berikutnya.