Tesis

Association between Protein Sources Consumption with BMI Score among Women of Reproductive Age based on the 2018 Indonesian Food Barometer Data = Hubungan antara Konsumsi Sumber Protein dengan Nilai IMT pada Wanita Usia Subur berdasarkan Data Indonesian Food Barometer Tahun 2018.

The nutritional transition results an increase of obesity prevalence in Southeast Asia countries, including Indonesia. As incomes rise, animal proteins from poultry, eggs, dairy, and red meat progressively replace plant proteins from grains, tubers, and legumes. This shift is identified as a protein transition. Different choices of protein sources in dietary consumption may have different health outcomes. There is limited information regarding association protein with body mass index (BMI) on Asian population that is characterized more into plant-based diet and bearing undernutrition. So, this study is aimed to investigate the association of protein sources consumption with BMI score among women of reproductive age based on the 2018 Indonesian Food Barometer (IFB) Data. This study used secondary data of the 2018 IFB conducted using a quantitative cross-sectional survey. There were 467 Indonesian reproductive aged women (20–49 years) included in this study. To be eligible, subjects needed to meet the following conditions, such as women aged 20-49 years and did not have special conditions, such as pregnant and lactating. Exclusion criteria was experiencing changes in diet due to illness. Dietary intake including protein source foods was obtained using 24-hour dietary recall with Multiple Source Method (MSM). Multiple linear regression analysis was applied with a p-value < 0.05 as significant predictors of outcome variables. Mean of subject’s BMI is 25.02 kg/m2. The subjects’ mean total protein intake was 55.98 g/d. For the animal-based protein, that consisted of poultry, eggs, milk and dairy products, fish and seafood, red meat, and pork had median 28.01 g/d with the maximum value of 103.56 g/d. The median intake of plant-based protein such as grains and legumes were 25.37 g/d with the maximum value of 70.27 g/d. The median ratio of animal to plant-based protein was 1.50 and the maximum ratio was 7.43. After adjusting with other covariate variables, significant association was found between plant-based protein (p < 0.05; R2=0.080) with higher BMI score that was confounded by marital status and age. In conclusion, consumption of plant-based protein is associated with higher BMI score. For future recommendation, the quality and sources of plant-based protein should be considered to prevent obesity problem among women of reproductive age.
Keywords: body mass index, obesity, plant protein, protein consumption, women reproductive age


Transisi gizi mengakibatkan peningkatan prevalensi obesitas di negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ketika pendapatan meningkat, protein hewani dari unggas, telur, susu, dan daging merah secara bertahap menggantikan protein nabati dari biji-bijian, umbi-umbian, dan polong-polongan. Pergeseran ini diidentifikasi sebagai transisi protein. Pilihan sumber protein yang berbeda dalam konsumsi makanan berkaitan dengan hasil kesehatan yang berbeda. Namun, terdapat informasi yang terbatas mengenai hubungan protein dengan indeks massa tubuh (IMT) pada populasi Asia yang cenderung meiliki pola makan nabati dan mengalami permasalahan gizi kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi sumber protein dengan IMT pada wanita usia subur berdasarkan Data Indonesian Food Barometer (IFB) Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder IFB 2018 yang dilakukan dengan menggunakan survei cross-sectional kuantitatif. Terdapat 467 wanita usia subur Indonesia (20–49 tahun) yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Agar memenuhi syarat, subjek harus memenuhi syarat sebagai berikut, seperti wanita berusia 20-49 tahun dan tidak memiliki kondisi khusus, seperti hamil dan menyusui. Kriteria eksklusi adalah mengalami perubahan pola makan karena sakit. Asupan makanan termasuk makanan sumber protein diperoleh dengan menggunakan recall 24 jam dengan Multiple Source Method (MSM). Analisis regresi linier berganda ditetapkan dengan p-value < 0,05 sebagai prediktor yang signifikan dari variabel hasil. Rata-rata IMT subjek adalah 25,02 kg/m2. Rata-rata asupan protein total subjek adalah 55,98 g/hari. Untuk protein hewani yang terdiri dari unggas, telur, susu dan produk susu, ikan dan makanan laut, daging merah, dan babi memiliki median 28,01 g/hari dengan nilai maksimum 103,56 g/hari. Rata-rata asupan protein nabati seperti biji-bijian dan kacang-kacangan adalah 25,37 g/hari dengan nilai maksimum 70,27 g/hari. Rasio protein hewani terhadap nabati memiliki nilai 1,50 dan nilai maksimum adalah 7,43. Setelah disesuaikan dengan variabel kovariat lainnya, hubungan yang signifikan ditemukan antara protein nabati (p < 0,05; R2=0,080) dengan skor IMT yang lebih tinggi yang dikacaukan oleh status pernikahan dan usia. Kesimpulannya, konsumsi protein nabati dikaitkan dengan skor IMT yang lebih tinggi. Untuk rekomendasi selanjutnya, perlu diperhatikan kualitas dan sumber protein nabati untuk mencegah masalah obesitas pada wanita usia subur.
Kata Kunci: indeks massa tubuh, kegemukan, konsumsi protein, protein nabati, wanita usia subur

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2023
Pengarang

Fitra Sistia - Nama Orang
Judhiastuty Februhartanty - Nama Orang
Helda Khusun - Nama Orang

No. Panggil
T23261fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Magister Ilmu Gizi.,
Deskripsi Fisik
xviii, 145 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
English
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T23261fkT23261fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Association between Protein Sources Consumption with BMI Score among Women of Reproductive Age based on the 2018 Indonesian Food Barometer Data = Hubungan antara Konsumsi Sumber Protein dengan Nilai IMT pada Wanita Usia Subur berdasarkan Data Indonesian Food Barometer Tahun 2018.

Related Collection