Tesis

Faktor Resiko Nyeri Tengkuk dengan Disabilitas pada Pemandu Lalu Lintas Udara (PLLU) Bandara International Soekarno Hatta Jakarta = Neck Pain with Disability Among Aviation Air Traffic Controller Contributing Factors at Soekarno Hatta.

Pendahuluan. Nyeri tengkuk merupakan salah satu keluhan muskuloskeletal yang paling sering dialami oleh pekerja, khususnya pada mereka yang melakukan pekerjaan dalam posisi statis dalam waktu lama, seperti bekerja di depan komputer. Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri, kaku, serta ketegangan pada area leher bagian belakang yang dapat menjalar hingga bahu atau kepala. Jika berlangsung terus-menerus tanpa penanganan, nyeri tengkuk dapat berkembang menjadi kondisi kronis yang menurunkan produktivitas dan kualitas hidup pekerja. Metode. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study (potong lintang), yang dilaksanakan di Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup variabel usia, jenis kelamin, masa kerja, rating, aktivitas fisik, riwayat nyeri tengkuk dalam 12 bulan terakhir, serta pengukuran skala nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dan tingkat disabilitas menggunakan Neck Disability Index (NDI). Setelah pengisian kuesioner dinyatakan lengkap, dilakukan pemeriksaan Cervical Range of Motion (CROM) dan Spurling Test untuk mendeteksi keterbatasan gerak dan adanya penjepitan saraf leher. Hasil. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi nyeri tengkuk disertai disabilitas pada PLLU di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 51,8%, angka yang tergolong tinggi meskipun masih lebih rendah dibandingkan prevalensi pada pekerja pengguna komputer (65,8%). Hasil analisis memperlihatkan bahwa keluhan lebih sering dialami oleh PLLU berjenis kelamin laki-laki, berusia lebih tua, memiliki rating kerja ganda (multiple rating), riwayat nyeri tengkuk dalam 12 bulan terakhir, keterbatasan gerak leher, serta kebiasaan berolahraga yang rendah. Temuan ini menegaskan bahwa faktor usia, aktivitas fisik, riwayat nyeri sebelumnya, dan mobilitas sendi leher merupakan determinan penting yang memengaruhi timbulnya nyeri tengkuk dengan disabilitas pada kelompok pekerja ini. Kesimpulan. Prevalensi nyeri tengkuk disertai disabilitas pada PLLU tergolong tinggi dan menunjukkan keterkaitan yang bermakna dengan faktor usia, tingkat aktivitas fisik, riwayat nyeri sebelumnya, dan keterbatasan gerak leher. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi upaya pencegahan melalui intervensi ergonomi, peningkatan kesadaran terhadap postur kerja, serta pengembangan program latihan fisik rutin untuk mengurangi risiko nyeri tengkuk dan dampaknya terhadap performa kerja di lingkungan lalu lintas udara.
Kata kunci: Faktor Risiko; Nyeri Tengkuk; Pemandu Lalu Lintas Udara, Ergonomi, ROSA, CROM, Muskuloskeletal


Background. Neck pain is one of the most common musculoskeletal complaints among workers, particularly those engaged in static positions for prolonged periods, such as computer-based occupations. This condition is characterized by pain, stiffness, and tension in the posterior neck region, which may radiate to the shoulders or head. When left untreated, chronic neck pain can lead to decreased productivity and reduced quality of life. Methods. This study employed a cross-sectional design conducted at the Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC), Soekarno-Hatta International Airport. Data were collected using a structured questionnaire that included variables such as age, gender, years of service, rating, physical activity, history of neck pain within the past 12 months, pain intensity using the Visual Analogue Scale (VAS), and disability level using the Neck Disability Index (NDI). After completion, participants underwent a physical examination consisting of the Cervical Range of Motion (CROM) assessment and the Spurling test to detect movement limitation and potential cervical nerve compression. Results. The study revealed that the prevalence of neck pain accompanied by disability among Air Traffic Controllers (ATCs) at SoekarnoHatta Airport was 51.8%, which is relatively high although still lower than that reported among computer users (65.8%). Analysis showed that neck pain with disability was more common among male ATCs, older age groups, those holding multiple ratings, having a history of neck pain within the last year, restricted cervical motion, and lower physical activity levels. These findings highlight the significant roles of age, physical activity, prior pain history, and cervical mobility as key determinants contributing to neck pain with disability in this occupational group. Conclusion: The prevalence of neck pain with associated disability among Air Traffic Controllers was high and significantly related to factors such as age, physical activity level, prior history of neck pain, and limited cervical motion. These results emphasize the need for ergonomic interventions, improved awareness of posture during work, and regular physical exercise programs to reduce the risk of neck pain and its impact on performance in the air traffic control environment.
Keywords: Risk Factors; Neck Pain; Air Traffic Controllers; Ergonomics; ROSA; CROM; Musculoskeletal

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2025
Pengarang

Ayu Amanda Istiana - Nama Orang
Fitri Anestherita - Nama Orang
Ferdi Afian - Nama Orang
Aria Kekalih - Nama Orang

No. Panggil
T25423fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Kedokteran Penerbangan.,
Deskripsi Fisik
xviii, 168 hlm., ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
SBP Online
Klasifikasi
T25
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T25423fkT25423fkPerpustakaan FKUITersedia - File Digital
Image of Faktor Resiko Nyeri Tengkuk dengan Disabilitas pada Pemandu Lalu Lintas Udara (PLLU) Bandara International Soekarno Hatta Jakarta = Neck Pain with Disability Among Aviation Air Traffic Controller Contributing Factors at Soekarno Hatta.

Related Collection


WhatsApp

Halo Sobat Medi 👋

Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Layanan WA Perpustakaan FKUI
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional (di atas) akan direspon pada hari kerja berikutnya.