Tesis

Hubungan Albumin Glikat dengan Kejadian Sindrom Koroner Akut pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 = Association between Glycated Albumin and the Incidence of Acute Coronary Syndrome in Type 2 Diabetes Mellitus Patients.

Pasien diabetes melitus (DM) memiliki risiko penyakit kardiovaskular dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan populasi non-diabetik. Albumin glikat dianggap lebih sensitif dibandingkan HbA1c dalam mencerminkan status glikemik jangka menengah, serta berpotensi sebagai biomarker komplikasi kardiovaskular, termasuk sindrom koroner akut (SKA). Bukti mengenai peran albumin glikat pada pasien DM tipe 2 khususnya di Indonesia masih terbatas hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan albumin glikat dengan kejadian SKA pada pasien DM tipe 2. Studi potong lintang dilakukan pada 164 pasien DM tipe 2 (78 SKA; 86 non-SKA) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di RSCM atau RSUI. Pemeriksaan albumin glikat dilakukan dengan metode enzimatik di laboratorium RS Permata Cibubur. Analisis statistik meliputi uji perbedaan rerata, kurva ROC, dan regresi logistik multivariat. Pada penelitian ini, nilai median albumin glikat kelompok SKA lebih tinggi signifikan dibandingkan dengan kelompok non-SKA (p < 0,001). Titik potong albumin glikat 16,65% mampu membedakan kedua kelompok dengan AUC 0,805 (sensitivitas 73,1%; spesifisitas 68,6%), lebih baik dibandingkan HbA1c (AUC 0,693; titik potong 6,95%; sensitivitas 65,4%; spesifisitas 60,5%). Analisis multivariat menunjukkan albumin glikat ≥ 16,65% sebagai faktor independen yang berhubungan signifikan dengan SKA (OR 5,29; IK95% 2,59–10,82). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan albumin glikat memiliki asosiasi yang lebih kuat dengan kejadian SKA pada pasien DM tipe 2, dibandingkan HbA1c. Penelitian ini menunjukkan potensi albumin glikat sebagai penanda glikemik yang relevan tidak hanya untuk kontrol metabolik, tetapi juga untuk stratifikasi risiko kardiovaskular akut.
Kata Kunci: albumin glikat, diabetes melitus tipe 2, sindrom koroner akut, HbA1c


Patients with diabetes mellitus (DM) have a two- to threefold higher risk of developing cardiovascular disease compared to the non-diabetic population. Glycated albumin (GA) is considered more sensitive than HbA1c in reflecting intermediate-term glycemic status and has been proposed as a potential biomarker for cardiovascular complications, including acute coronary syndrome (ACS). However, evidence regarding the role of GA in patients with type 2 DM, particularly in Indonesia, remains limited. This study aimed to analyze the association between GA levels and the incidence of ACS in patients with type 2 DM. A cross-sectional study was conducted among 164 patients with type 2 DM (78 with ACS and 86 without ACS) who received medical care at Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM) or Universitas Indonesia Hospital (RSUI). GA levels were measured enzymatically at the Permata Cibubur Hospital Laboratory. Statistical analyses included mean difference testing, receiver operating characteristic (ROC) curve analysis, and multivariate logistic regression. Median GA levels were significantly higher in the ACS group than in the non-ACS group (p < 0.001). A GA cutoff value of 16.65% discriminated between the two groups with an area under the curve (AUC) of 0.805 (sensitivity 73.1%, specificity 68.6%), outperforming HbA1c (AUC 0.693; cutoff 6.95%; sensitivity 65.4%; specificity 60.5%). Multivariate analysis identified GA ≥ 16.65% as an independent factor significantly associated with ACS (OR 5.29; 95% CI 2.59–10.82). Elevated GA levels demonstrated a stronger association with ACS occurrence in patients with type 2 DM compared to HbA1c. These findings suggest that GA may serve as a clinically relevant glycemic biomarker, not only for monitoring metabolic control but also for acute cardiovascular risk stratification.
Keywords: glycated albumin, diabetes mellitus type 2, acute coronary syndrome, HbA1c