Tesis
Analisis Masa Latensi Gelombang Brainstem Evoked Response Audiometry (Bera) pada Populasi Usia 6 Bulan Hingga 5 Tahun dengan Keterlambatan Perkembangan Global Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo = nalysis of Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) Wave Latencies in Children Aged 6 Months to 5 Years with Global Developmental Delay at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.
Latar Belakang: Keterlambatan perkembangan global (KPG) merupakan keterlambatan perkembangan pada dua atau lebih ranah perkembangan anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia 2,3%. Evaluasi sistem pendengaran melalui pemeriksaan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) berperan penting pada pendengaran yang merupakan dasar perkembangan bahasa. Namun karakteristik masa latensi gelombang BERA pada anak dengan KPG dengan prediksi ambang dengar normal masih terbatas. Tujuan: Mengetahui masa latensi absolut gelombang I, III, V serta masa latensi antar gelombang I-III, III-V, dan I-V pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dengan KPG, serta menganalisis hubungan faktor risiko usia, jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, riwayat perawatan NICU, riwayat asfiksia, dan riwayat hiperbilirubinemia terhadap masa latensi gelombang BERA. Metode: Penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan pada 70 anak KPG (total 140 telinga) yang memenuhi kriteria inklusi. Data sekunder diambil dari rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode 2021 –2025. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji parametrik dan nonparametrik sesuai distribusi data, dengan tingkat signifikansi p < 0,05. Hasil: Sebagian besar subjek adalah laki-laki (71,4%) dengan median usia 25 bulan. Ranah perkembangan yang paling sering mengalami keterlambatan adalah bahasa (92,9%). Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan bermakna antara masa latensi absolut gelombang V telinga kiri dengan faktor risiko jenis kelamin laki-laki (6,10 ± 0,31 ms; p < 0,05). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara masa latensi gelombang I, III, maupun antar-gelombang (I–III, III–V, I–V) dengan faktor risiko lainnya. Kesimpulan: Jenis kelamin laki-laki memiliki masa latensi gelombang V pada BERA yang lebih panjang dari jenis kelamin perempuan pada anak KPG dengan ambang dengar normal. Faktor risiko usia, usia gestasi, berat lahir, perawatan NICU, asfiksia, dan hiperbilirubinemia tidak menunjukkan hubungan signifikan. Hasil ini menegaskan pentingnya pemeriksaan BERA untuk deteksi dini gangguan maturasi jalur pendengaran pada populasi berisiko.
Kata kunci: keterlambatan perkembangan global, brainstem evoked response audiometry, masa latensi gelombang, faktor risiko, anak
Background: Global developmental delay (GDD) is characterized by significant delays in two or more developmental domains in children under five years of age, with a notable prevalence worldwide, including Indonesia. Hearing evaluation through Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) plays a crucial role, as auditory function serves as the foundation for language development. However, data on BERA wave latency in children with GDD and normal hearing thresholds remain limited. Objective: To analyze the absolute latencies of waves I, III, and V, as well as the interwave latencies I–III, III–V, and I–V in children aged 6 months to 5 years with GDD, and to assess the association of risk factors (age, sex, gestational age, birth weight, history of NICU admission, asphyxia, and hyperbilirubinemia) with BERA results. Methods: This analytical observational cross-sectional study included 70 children with GDD (140 ears) who met the inclusion criteria. Secondary data were obtained from medical records at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital between 2021 and 2025. Statistical analyses were performed using parametric and non-parametric tests as appropriate, with a significance level set at p < 0.05. Results: Most participants were male (71.4%) with a median age of 25 months. Language delay was the most frequent developmental domain affected (92.9%). A significant association was found between absolute latency of wave V in the left ear and male sex (6.10 ± 0.31 ms; p < 0.05). No significant associations were observed between other absolute or interwave latencies and the remaining risk factors. Conclusion: Male sex has wave V latency on BERA more prolonged than female sex in children with GDD and normal hearing thresholds. Other risk factors, including age, gestational age, birth weight, NICU admission, asphyxia, and hyperbilirubinemia, showed no significant associations. These findings highlight the value of BERA as an early screening tool for central auditory pathway maturation in at-risk pediatric populations.
Keywords: global developmental delay, BERA, latency, risk factors, children.
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Muhammad Ade Rahman - Nama Orang
Fikry Hamdan Yasin - Nama Orang
Tri Juda Airlangga - Nama Orang
Rini Sekartini - Nama Orang
Achmad Rafli - Nama Orang - No. Panggil
-
T25407fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xxiv, 107 hlm., 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
SBP Online
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25407fk | T25407fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi