Tesis
Perbandingan luaran klinis Kejadian Kardiovaskular Mayor (KKM) dan perdarahan pada pasien Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segmen ST (IMA-EST) pasca Intervensi Koroner Perkutan Primer (IKPP) yang dilakukan de-eskalasi terapi antiplatelet ganda dan tanpa de-eskalasi = Comparison of Major Adverse Cardiovascular Event (MACE) and bleeding in patients with STEMI post Primary Percutaneous Coronary Intervention (PPCI) with de-escalation of DAPT regimen and without de-escalation.
Latar belakang: IMA-EST merupakan salah satu penyebab utama kematian kardiovaskular di dunia. Di Indonesia, jika dibandingkan dengan data di Eropa, angka mortalitas jauh lebih tinggi. Salah satu faktor yang diduga berperan penting adalah ketersediaan agen antiplatelet. Agen P2Y12 poten tidak tersedia secara luas di pusat pelayanan kesehatan di Indonesia, dan de-eskalasi ke agen yang kurang potent dapat menyebabkan perbedaan luaran klinis. Tujuan: Mengetahui apakah ada perbedaan luaran klinis komposit (KKM dan perdarahan) antara regimen DAPT poten dan de-eskalasi. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif yang melibatkan pasien dengan diagnosis IMA-EST yang menjalani IKPP dan diberikan DAPT dengan agen P2Y12 poten dari 1 Januari 2022 hingga 30 April 2024 di RSJPDHK. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengetahui apakah regimen DAPT berhubungan dengan kejadian klinis komposit. Hasil: Sebanyak 569 pasien diidentifikasi dalam kohort, dengan 310 pasien memenuhi kriteria untuk dianalisis. Dari jumlah tersebut, 46% termasuk dalam kelompok deeskalasi dan sisanya dalam kelompok DAPT poten. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada luaran klinis komposit antara kelompok de-eskalasi dan DAPT poten (18,9% vs. 15%). Kesimpulan: Tidak ada perbedaan luaran klinis komposit (KKM dan perdarahan) antara regimen DAPT poten dan perdarahan pada populasi kami.
Kata Kunci: DAPT, de-eskalasi, IMA-EST, KKM, perdarahan
Background: STEMI is one of the leading causes of cardiovascular death in the world. In Indonesia, when compared to the data in Europe, mortality rate is significantly higher. Among other things, the availability of antiplatelet agents is thought to play a key role. Potent P2Y12 is not widely available in healthcare centers in Indonesia, and de-escalation of the agent into a less potent one may cause a difference in clinical outcomes. Objective: To determine whether thereโs a difference in composite outcome (MACE and bleeding) between potent DAPT regimen and de-escalation. Methods: This is a retrospective cohort study, involving patients diagnosed with STEMI undergoing PPCI, and prescribed with DAPT with potent P2Y12 inhibitor agent from January 1 st, 2022 to April 30th, 2024 at RSJPDHK. Bivariate and multivariate analyses were conducted to identify whether the regiment of DAPT is associated with incidence of clinical composite outcomes. Results: A total of 569 patients were identified in the cohort, with 310 meeting the criteria for analysis. Among them, 46% were in the de-escalation arm and the remaining were in the potent DAPT arm. There were no statistically significant differences in composite between either DAPT regiment (18.9% vs. 15%). Conclusion: There is no difference in composite outcome (MACE and bleeding) between poten DAPT regiment and de-escalation in our population.
Keywords: DAPT, de-escalation, STEMI, MACE, bleeding
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Adhitya Nagara - Nama Orang
Siska Suridanda Danny - Nama Orang
Doni Firman - Nama Orang - No. Panggil
-
T25350fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 48 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
SBP Online
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25350fk | T25350fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi