Tesis
Disparitas Akses Brakiterapi Pada Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Lokal Dan Implikasinya Terhadap Kesintasan Dua Tahun = Disparities in Brachytherapy Access Among Patients with Locally Advanced Cervical Cancer and Its Implications on Two-Year Overall Survival.
Pendahuluan: Data Globocan 2022 menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia, dengan insidensi, mortalitas, dan prevalensi yang cukup tinggi. Tingginya beban ini menuntut penanganan yang optimal dan efisien. Namun, pasien kanker serviks stadium lanjut lokal kerap mengalami kesulitan menyelesaikan terapi radiasi tepat waktu. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan brakiterapi yang masih belum merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis disparitas akses brakiterapi, baik akses brakiterapi langsung (pasien menerima radiasi eksterna dan brakiterapi di IPTOR RSCM) maupun akses brakiterapi tidak langsung (pasien menerima radiasi eksterna di RS luar dan dirujuk ke RSCM untuk brakiterapi), serta dampaknya terhadap kesintasan pasien. Metode: Studi ini merupakan studi kohort retrospektifpada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal (IIB – IVA) di RSCM, yang telah menyelesaikan kemoradiasi/RT only dilanjutkan brakiterapi pada tahun 2020 – 2022. Data karakteristik klinis, karakteristik tumor, dan faktor pemberian terapi dikumpulkan dari rekam medis dan kuesioner. Tingkat kesintasan menggunakan metode Kaplan-Meier. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi disparitas akses brakiterapi dan kesintasan 2-tahun. Hasil: Dari total 171 pasien dengan kanker serviks stadium lanjut lokal dalam penelitian ini, 62 pasien termasuk dalam kelompok akses brakiterapi tidak langsung, sedangkan 109 pasien lainnya termasuk dalam kelompok akses brakiterapi langsung. Median usia 50 tahun, jenis histopatologi terbanyak karsinoma sel skuamosa, dan sebagian besar stadium III. Mayoritas pasien mendapatkan kemoradiasi, dengan rata-rata Hb selama radiasi 10,9 g/dL. Terapi radiasi meliputi radiasi eksterna dan brakiterapi hingga dosis total EQD2 83,9 Gy, median waktu tunggu brakiterapi 56 hari dan median OTT 110 hari. Median volumeCTVHR 36,22 cm³. Tingkat pendidikan sebagian besar pasien setara SMA dan tidak bekerja. Mayoritas pasien dari kedua kelompok berada dalam kategori jarak tempuh domisili ke pusat brakiterapi ≤ 25 km. Sebagian besar pasien tidak mengalami kendala dalam sistem rujukan BPJS. Analisis data menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam angka kesintasan dua tahun antara kelompok pasien dengan akses brakiterapi tidak langsung dibandingkan dengan akses brakiterapi langsung (60%; 20,1 ± 0,84 bulan vs 69,2%; 20,6 ± 0,56 bulan; p = 0,312). Faktor-faktor yang secara independen mempengaruhi tingkat kesintasan dua tahun adalah stadium penyakit dan pemberian kemoradiasi. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan kesintasan dua tahun yang signifikan pada pasien kanker serviks stadium lanjut lokal dengan akses brakiterapi tidak langsung dibandingkan akses brakiterapi langsung. Stadium kanker dan penggunaan kemoterapi merupakan faktor prognostik independen terhadap tingkat kesintasan dua tahun pada kanker serviks stadium lanjut lokal.
Kata kunci: disparitas akses, brakiterapi, kanker serviks, tingkat kesintasan
Introduction: According to Globocan 2022, cervical cancer is the second most common cancer among women in Indonesia, with a high incidence, mortality, and prevalence rate. This significant burden calls for optimal and efficient management. This study aims to analyze disparities in brachytherapy access—specifically, direct access (patients receiving both external beam radiation and brachytherapy at IPTOR RSCM) versus indirect access (patients receiving external beam radiation at outside hospitals and referred to RSCMfor brachytherapy)—and their impact on patient survival, as well as to identify influencing factors. Methods: This is a retrospective cohort study involving patients with locally advanced cervical cancer (stage IIB–IVA) at RSCM, who completed chemoradiation and brachytherapy treatment between 2020 and 2022. Clinical characteristics, tumor characteristics, and treatment-related factors were collected from medical records and questionnaires. Survival rates were calculated using the Kaplan-Meier method. Bivariate and multivariate analyses were performed to assess factors influencing disparities in brachytherapy access and two-year survival. Results: Among 171 patients with locally advanced cervical cancer included in this study, 62 were classified under the indirect brachytherapy access group, while the remaining 109 belonged to the direct access group. The median patient age was 50 years, with squamous cell carcinoma as the most common histopathological type, and the majority were stage III. Most patients underwent chemoradiation, with an average hemoglobin level during radiation of 10.9 g/dL. Radiation therapy consisted of external beam radiation followed by brachytherapy, with a total dose of EQD2 83.9 Gy. The median waiting time for brachytherapy was 56 days, and the median overall treatment time (OTT) was 110 days. The median HR-CTV volume during brachytherapy was 36.22 cm³. Most patients had a high school-level education and were unemployed. The majority ofpatients in both groups lived within 25 km of the brachytherapy center. Most patients did not experience issues with the BPJS referral system during radiation treatment. Data analysis showed no significant difference in two-year survival between patients with indirect and direct brachytherapy access (60%; 20.1 ± 0.84 months vs. 69.2%; 20.6 ± 0.56 months; p = 0.312). Independent factors affecting two-year survival were cancer stage and the administration of chemoradiation. Conclusion: There was no significant difference in two-year survival between locally advanced cervical cancer patients with indirect versus direct brachytherapy access. Cancer stage and the use of chemotherapy were independent prognostic factors for twoyear survival in locally advanced cervical cancer.
Keywords: access disparity, brachytherapy, cervical cancer, survival rate
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Nova Theodora S - Nama Orang
Sri Mutya Sekarutami - Nama Orang
Arie Munandar - Nama Orang
Syougie - Nama Orang - No. Panggil
-
T25307fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 85 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
SBP Online
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
| T25307fk | T25307fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi