Tesis
Hubungan Derajat Albuminuria dengan Carotid Intima-Media Thickness pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 : Studi Berbasis Komunitas = The Relationship Between Albuminuria Degree and Carotid Intima-Media Thickness in Type 2 Diabetes Mellitus : A Community-Based Study.
Latar Belakang: Komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular pada diabetes melitus tipe 2 (DMT2) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan, yang berdampak pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Albuminuria, sebagai salah satu bentuk komplikasi mikrovaskular, telah dikaitkan dengan aterosklerosis, yang merupakan komplikasi makrovaskular. Ketebalan intimamedia arteri karotis (Carotid Intima-Media Thickness/CIMT) merupakan penanda awal aterosklerosis yang telah tervalidasi pada pasien DMT2, namun penggunaannya masih terbatas. Belum terdapat penelitian berbasis komunitas di Indonesia yang meneliti hubungan antara albuminuria dan CIMT, maupun studi yang menentukan nilai potong (cut-off) albuminuria untuk memprediksi peningkatan CIMT. Tujuan: Menganalisis hubungan antara derajat albuminuria dan nilai CIMT pada pasien DMT2. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan data sekunder dari Penelitian Evaluasi Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Tipe 2: Follow-Up Kohort PTM Bogor Tahun 2019–2020 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Subjek yang memiliki data rasio albumin terhadap kreatinin urin (Albumin-to-Creatinine Ratio/ACR) dan CIMT dianalisis. Variabel perancu yang disesuaikan dalam analisis meliputi usia, jenis kelamin, status merokok, hipertensi, terapi antihipertensi, dislipidemia, penggunaan statin, indeks massa tubuh (IMT), dan terapi diabetes. Hasil: Sebanyak 195 subjek (rerata usia 56,9 ± 9,0 tahun; 76,4% perempuan) dianalisis. Sebanyak 50,3% memiliki albuminuria normal, 38,5% mikroalbuminuria, dan 11,3% makroalbuminuria. Median CIMT adalah 0,76 mm (rentang: 0,40–1,60 mm); peningkatan CIMT ditemukan pada 39,5% subjek. Terdapat korelasi lemah namun signifikan antara derajat albuminuria dan CIMT (r = 0,142; p = 0,047). Namun, setelah disesuaikan dengan usia, hipertensi, dan terapi diabetes, derajat albuminuria tidak berhubungan secara signifikan dengan CIMT (p = 0,878), sementara usia (p = 0,004) dan riwayat hipertensi (p < 0,001) menunjukkan hubungan yang signifikan. Model regresi memiliki nilai Adjusted R² sebesar 0,165. Analisis kurva ROC menunjukkan AUC sebesar 0,489 (p = 0,795). Simpulan: Terdapat hubungan positif yang lemah antara derajat albuminuria dan CIMT, namun derajat albuminuria tidak terbukti sebagai prediktor independen peningkatan CIMT setelah dikontrol dengan faktor perancu. ACR tidak dapat digunakan sebagai prediktor aterosklerosis subklinis pada pasien DMT2 berdasarkan nilai CIMT.
Kata kunci: albuminuria, ketebalan intima-media karotis (CIMT), diabetes melitus tipe 2, aterosklerosis, risiko kardiovaskular
Background: The prevalence of microvascular and macrovascular complications of type 2 diabetes mellitus (T2DM) in Indonesia is rising, contributing to increased morbidity and mortality. Albuminuria, a microvascular complication, has been associated with atherosclerosis, a macrovascular condition. Carotid intima-media thickness (CIMT) is a validated early marker of atherosclerosis in T2DM, but its application remains limited. To date, no community-based studies in Indonesia have examined the association between albuminuria and CIMT in community settings or determined the optimal albuminuria cut-off for predicting elevated CIMT. Objective: To assess the association between albuminuria degree and CIMT in individuals with T2DM. Methods: A cross-sectional analysis was conducted using secondary data from the Evaluation of Chronic Complications of Type 2 Diabetes Mellitus: PTM Bogor Cohort Follow-Up Study 2019–2020, conducted by the Indonesian Ministry of Health and Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Subjects with available albumin-to-creatinine ratio (ACR) and CIMT measurements were included. Confounders such as age, sex, smoking status, hypertension, antihypertensive therapy, dyslipidemia, statin use, body mass index (BMI), and diabetes treatment were adjusted in multivariate analysis. Results: Among 195 participants (mean age 56.9 ± 9.0 years; 76.4% female), 50.3% had normoalbuminuria, 38.5% microalbuminuria, and 11.3% macroalbuminuria. The median CIMT was 0.76 mm (range: 0.40–1.60 mm); elevated CIMT was observed in 39.5% of subjects. A weak but statistically significant correlation was found between albuminuria and CIMT (r = 0.142; p = 0.047). However, after adjusting for age, hypertension, and diabetes therapy, albuminuria was not independently associated with CIMT (p = 0.878), while age (p = 0.004) and hypertension (p < 0.001) remained significant. The regression model had an adjusted R² of 0.165. The ROC analysis yielded an AUC of 0.489 (p = 0.795). Conclusions While a weak positive association between albuminuria and CIMT was observed, albuminuria was not an independent predictor of increased CIMT after adjusting for confounders. ACR is not a reliable predictor of subclinical atherosclerosis in T2DM based on CIMT measurements.
Key words: albuminuria, carotid intima-media thickness, type 2 diabetes mellitus, atherosclerosis, cardiovascular risk
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
M. Rosyid Narendra - Nama Orang
Dicky L. Tahapary - Nama Orang
Arif Mansjoer - Nama Orang - No. Panggil
-
T25295fk
- Penerbit
- Jakarta : Sp-2 Ilmu Penyakit Dalam., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xvii, 98 hlm. ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25295fk | T25295fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi