Tesis

Proporsi Penyakit Celiac pada Pasien Autoimun Lain di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Beserta Faktor yang Berhubungan = Proportion of Celiac Disease Among Patients with Other Autoimmune Diseases at Cipto Mangunkusumo Hospital and Associated Factors.

Latar Belakang: Penyakit celiac adalah gangguan autoimun spesifik organ yang dipicu oleh konsumsi gluten pada individu dengan predisposisi genetik. Koeksistensi penyakit celiac dengan penyakit autoimun lain telah banyak dilaporkan secara global, namun data epidemiologi di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi penyakit celiac pada pasien dengan penyakit autoimun lain di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Indonesia serta mengidentifikasi faktor-faktor risikonya. Metode: Penelitian nested case-control dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada Februari–Maret 2025. Subjek adalah pasien dewasa (≥18 tahun) dengan diagnosis penyakit autoimun yang menjalani skrining serologis penyakit celiac (anti-tTG IgA dan anti-DGP IgG). Kasus didefinisikan sebagai pasien dengan hasil serologi positif pada kedua penanda tersebut. Kontrol dipilih dengan pencocokan usia dan jenis kelamin. Data demografi, karakteristik klinis, komorbid, dan faktor gaya hidup diambil dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakit celiac. Hasil: Dari 673 pasien autoimun, 11 orang (1,63%) terdeteksi seropositif penyakit celiac. Mayoritas perempuan (89,01%) dengan rerata usia 43,3 tahun. Diagnosis autoimun terbanyak adalah lupus eritematosus sistemik (35,2%), artritis rematoid (16,8%), dan sindrom Sjögren (14,7%). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara penyakit celiac dengan jenis kelamin, usia, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi gluten, maupun komorbid. Proporsi penyakit celiac pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan studi internasional serupa, kemungkinan dipengaruhi faktor genetik dan pola diet di Indonesia. Simpulan: Proporsi penyakit celiac pada pasien autoimun di Indonesia sebesar 1,63%. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara penyakit celiac dengan faktor risiko demografis maupun klinis pada populasi ini. Hasil ini menegaskan perlunya penelitian multisenter dengan jumlah sampel lebih besar serta pendekatan diagnostik komprehensif, termasuk konfirmasi genetik dan histopatologis, untuk memahami epidemiologi penyakit celiac di Indonesia. Skrining rutin penyakit celiac pada pasien autoimun perlu dipertimbangkan, terutama pada mereka dengan gejala gastrointestinal atau faktor risiko genetik.
Kata Kunci: Penyakit celiac, penyakit autoimun, prevalensi, Indonesia, serologi, faktor risiko, nested casecontrol


Background: Celiac disease is an organ-specific autoimmune disorder triggered by gluten ingestion in genetically predisposed individuals. The coexistence of celiac disease with other autoimmune diseases is well-documented globally, but epidemiological data in Indonesia remain scarce. This study aimed to determine the proportion of celiac disease among patients with other autoimmune diseases at Cipto Mangunkusumo National General Hospital and to identify associated risk factors. Methods: A nested case-control study was conducted at Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, from February to March 2025. Adult patients (≥18 years) with established autoimmune diseases who underwent serological screening for celiac disease (anti-tTG IgA and anti-DGP IgG) were included. Cases were defined as patients with positive serology for both markers. Controls were matched by age and sex. Data on demographics, clinical characteristics, comorbidities, and lifestyle factors were extracted from medical records. Bivariate analyses were performed to assess associations between potential risk factors and celiac disease occurrence. Results: Among 673 patients with autoimmune diseases, 11 (1.63%) were seropositive for celiac disease. The majority were female (89.01%), with a mean age of 43.3 years. The most common autoimmune diagnoses were systemic lupus erythematosus (35.2%), rheumatoid arthritis (16.8%), and Sjögren’s syndrome (14.7%). No significant associations were found between celiac disease and sex, age, smoking, alcohol consumption, gluten intake, or comorbidities. The proportion of celiac disease in this cohort was lower than reported in similar international studies, potentially reflecting genetic and dietary differences in the Indonesian population. Conclusions: The proportion of celiac disease among Indonesian patients with autoimmune diseases is 1.63%. No significant associations were identified between celiac disease and demographic or clinical risk factors in this population. These findings highlight the need for larger, multicenter studies and comprehensive diagnostic approaches, including genetic and histopathological confirmation, to better understand the epidemiology of celiac disease in Indonesia. Routine screening for celiac disease in autoimmune patients should be considered, especially in those with gastrointestinal symptoms or relevant genetic risk factors.
Keywords: Celiac disease, autoimmune disease, prevalence, Indonesia, serology, risk factors, nested case-control