Tesis

Sebaran Konfigurasi Variasi Anatomi Transisi Ruang Sinus Frontal-Etmoid Anterior pada Populasi Dewasa Indonesia di RSCM = Distribution of Anatomical Variation Configurations in the Frontal-Ethmoid Sinus Transition Region in the Adult Indonesian Population at RSCM.

Latar belakang: Sinusitis kronik yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa merupakan tantangan klinis yang sering dijumpai, di mana variasi anatomi pada sinus paranasal, terutama pada regio sinus frontal dan transisinya dengan etmoid, berperan sebagai salah satu faktor penyulit. Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) menjadi terapi utama, dengan keberhasilan sangat bergantung pada pemahaman anatomi individu yang diperoleh melalui pencitraan High Resolution Computed Tomography (HRCT). Klasifikasi Zinreich menawarkan pendekatan sistematik dalam menggambarkan variasi konfigurasi anatomi tersebut, namun belum banyak dievaluasi pada populasi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sebaran konfigurasi variasi anatomi berdasarkan klasifikasi Zinreich serta mengukur diameter antero-posterior sinus frontal pada populasi dewasa Indonesia. Metode: Studi potong lintang retrospektif dilakukan terhadap data HRCT paranasal pada pasien dewasa tanpa sinusitis kronik yang menjalani pemeriksaan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis konfigurasi dilakukan terhadap tiga komponen utama: resesus frontalis, infundibulum etmoid, dan bula etmoid, berdasarkan klasifikasi Zinreich. Diameter antero-posterior sinus frontal juga diukur dan dianalisis berdasarkan grup klasifikasi tersebut. Hasil: Dari 200 subjek, grup yang paling banyak ditemukan adalah grup 6 (25%) dan grup 7 (21%), sementara grup 4 merupakan yang paling jarang (3%). Rerata diameter antero-posterior tertinggi ditemukan pada grup 3, dan terendah pada grup 6, menunjukkan hubungan antara variasi konfigurasi dengan potensi kesulitan akses dalam prosedur FESS. Kesimpulan: Klasifikasi Zinreich dapat diterapkan menggunakan HRCT dengan identifikasi lengkap seluruh grup variasi konfigurasi. Sebaran dominan grup 6 dan 7 menunjukkan pentingnya pengenalan konfigurasi yang menyempitkan resesus frontalis dalam perencanaan FESS. Pengukuran diameter A-P turut memperkuat nilai prediktif konfigurasi terhadap kompleksitas tindakan pada sinus frontal.
Kata kunci: Sinus frontal, HRCT, klasifikasi Zinreich, infundibulum etmoid, resesus frontalis, bula etmoid.


Background: Chronic sinusitis unresponsive to medical therapy remains a frequent clinical challenge, in which anatomical variations in the paranasal sinuses—particularly in the frontal sinus and its transition with the ethmoid—act as contributing complicating factors. Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS) is the mainstay treatment, with its success highly dependent on precise anatomical mapping, primarily through High Resolution Computed Tomography (HRCT). The Zinreich classification offers a systematic approach to describe these anatomical configurations, but its application has not been widely studied in the Indonesian population. This study aims to assess the distribution of anatomical variation configurations based on the Zinreich classification and to measure the antero-posterior (A-P) diameter of the frontal sinus in the adult Indonesian population. Methods: This retrospective cross-sectional study analyzed HRCT paranasal data of adult patients without chronic sinusitis who underwent imaging at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Three main anatomical components—frontal recess, ethmoidal infundibulum, and ethmoid bulla—were evaluated according to the Zinreich classification. The A-P diameter of the frontal sinus was measured and analyzed across each classification group. Results: Among 200 subjects, group 6 (25%) and group 7 (21%) were the most frequently observed, while group 4 was the least common (3%). The highest average A-P diameter was found in group 3, and the lowest in group 6, suggesting a correlation between anatomical configuration and procedural complexity in FESS. Conclusion: The Zinreich classification can be effectively applied using HRCT with complete identification of all configuration groups. The predominance of groups 6 and 7 underscores the importance of recognizing configurations that narrow the frontal recess in preoperative FESS planning. A-P diameter measurements further support the predictive value of anatomical configuration in assessing the complexity of frontal sinus procedures.
Keywords: Frontal sinus, HRCT, Zinreich classification, ethmoidal infundibulum, frontal recess, ethmoid bulla.