Tesis

Pengaruh Pemberian Melatonin 20 Mg Terhadap Perubahan Nilai Limfosit Absolut, Rasio Neutrofil-Limfosit Dan Kadar Prokalsitonin pada Pasien Sepsis dan Syok Sepsis = Effect of Melaonin 20 mg Administration on Changes in Absolute Lymphocyte Count, Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio and Procalcitonin Levels in Patients with Sepsis and Septic Shock.

Latar Belakang: Sepsis adalah gejala inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi, yang dapat mengakibatkan disfungsi organ dan kematian. Sepsis bakterialis menjadi diagnosis tersering dan terapi ditujukan untuk mengeliminasi bakteri dan memperbaiki respon imunologi. Terapi definitif pada infeksi/sepsis bakterialis adalah antibiotik. Selain antibiotik, terapi pendukung atau ajuvan dapat diberikan untuk membantu atau mempercepat pemulihan. Melatonin adalah neurohormon, yang terutama berfungsi sebagai regulator irama sirkadian, antioksidan dan anti-inflamasi. Studi-studi menunjukkan konsentrasi melatonin plasma pada sepsis menurun secara signifikan dan penambahan melatonin eksogen efektif sebagai terapi ajuvan pada sepsis, khususnya terhadap respon imun dan efek antibakterial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan melatonin 20 mg terhadap perubahan nilai limfosit absolut (LA), rasio netrofil-limfosit (NLR) dan kadar prokalsitonin (PCT) pada pasien sepsis dan syok sepsis. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi uji klinis acak terbuka pada pasien sepsis atau syok sepsis yang dirawat di ICU RSUP Fatmawati. Sebelum memulai protokol, dilakukan pemeriksaan jumlah limfosit absolut, NLR dan prokalsitonin. Pada pasien dalam kelompok perlakuan, melatonin 20 mg per oral diberikan pada malam hari. Dini hari setelah 24 jam kemudian, darah vena diambil untuk dilakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit dan limfosit absolut. Pengambilan darah dan pemeriksaan tersebut diulang pada jam ke-48 dan 72 setelah diberikan melatonin dosis ke-2 dan ke-3. Pemeriksaan prokalsitonin diulang pada jam ke-72 perawatan setelah diberikan melatonin dosis ke-3. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan peningkatan jumlah LA dan penurunan NLR yang lebih cepat serta penurunan PCT yang lebih besar pada kelompok melatonin bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sejak hari pertama didapatkan peningkatan jumlah LA pada kelompok melatonin sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan. Pada hari ke-2 dan ke-3, kedua kelompok mengalami peningkatan jumlah LA dengan peningkatan kelompok melatonin lebih besar daripada kelompok kontrol. Pada hari yang ke-3, kedua kelompok masih mengalami peningkatan jumlah LA, dengan peningkatan kelompok kontrol yang lebih tinggi. Pemberian melatonin menunjukkan penurunan NLR yang lebih besar pada kelompok melatonin pada hari pertama dan kedua tetapi pada hari ke-3 kelompok melatonin menunjukkan kenaikan NLR sedangkan kelompok kontrol tetap menunjukkan penurunan NLR. Pemberian melatonin menunjukkan penurunan kadar PCT yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, perbedaan yang diamati tidak mencapai signifikansi statistik (p > 0,05) (LA: p=0.293, 0.221, 0.238), (NLR p=0.947, 0.436, 0.113), (PCT p=0.746), kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan jumlah sampel. Kesimpulan: Pemberian melatonin 20 mg pada pasien sepsis dan syok sepsis mempercepat peningkatan limfosit absolut dan penurunan NLR serta lebih menurunkan kadar prokalsitonin bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata kunci: sepsis, syok sepsis, melatonin, limfosit absolut, rasio neutrofil-limfosit, prokalsitonin


Background: Sepsis is a systemic inflammatory response to infection that can progress to organ dysfunction and death. Bacterial infections are the most common etiology. The cornerstone of bacterial sepsis management is antibiotic therapy aimed at eradicating the causative organisms and modulating the immune response. In addition to antibiotics, adjuvant therapies may enhance recovery. Melatonin is an endogenous neurohormone primarily responsible for regulating circadian rhythms, and it also possesses potent antioxidant and anti-inflammatory properties. Previous studies have demonstrated melatonin concentration significantly decrease in sepsis and exogenous melatonin's potential role as an adjuvant in the treatment of sepsis, particularly in enhancing immune system and antibacterial responses. This study aims to evaluate the effect of adjunctive administration of 20 mg melatonin on changes in absolute lymphocyte count (ALC), neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR), and procalcitonin levels in patients with bacterial sepsis and septic shock. Methods: This study was designed as a randomized controlled trial involving patients diagnosed with sepsis and septic shock in the ICU of RSUP Fatmawati. Participants were randomly assigned to either the intervention or control group. The intervention group received 20 mg of melatonin orally at night. Blood samples were collected 24 hours after the first dose of melatonin to assess leukocyte differential counts and ALC. These hematological evaluations were repeated at 48 and 72 hours following the second and third doses of melatonin, respectively. Procalcitonin levels were measured at baseline and again at 72 hours after the third melatonin dose. Results: In this study, the melatonin group exhibited a more rapid increase in ALC and a greater reduction in NLR and procalcitonin PCT levels compared to the control group. From the first day, an increase in lymphocyte count was observed in the melatonin group, whereas the control group showed a decrease. On days 2 and 3, both groups experienced an increase in lymphocyte count, with a greater increase observed in the melatonin group. On day 3, both groups continued to show an increase in lymphocyte count, although the control group exhibited a higher increase. The administration of melatonin led to a greater reduction in NLR on days 1 and 2; however, on day 3, the melatonin group showed an increase in NLR, while the control group continued to demonstrate a decrease. Melatonin administration also resulted in a greater reduction in PCT levels compared to the control group. Nevertheless, these differences were not statistically significant for all three outcomes (LA: p = 0.293, 0.221, 0.238; NLR: p = 0.947, 0.436, 0.113; PCT: p = 0.746). This lack of significance is likely due to the smaller-than-planned sample size. Conclusion: The administration of 20 mg of melatonin in patients with sepsis and septic shock accelerates the increase in absolute lymphocyte count and reduction in NLR. Additionally, there is a higher decrease in procalcitonin levels compared to the control group.
Keywords: sepsis, septic shock, melatonin, absolute lymphocyte count, neutrophil-tolymphocyte ratio, procalcitonin