Tesis
Perbandingan Luaran Kraniotomi dan Kraniektomi Dekompresi pada Kasus Perdarahan Intraserebral Spontan di RSCM 2015-2022 = Comparison of Craniotomy and Decompressive Craniectomy in Spontaneous Intracerebral Hemorrhage Cases in RSCM 2015-2022.
Pendahuluan: Perdarahan intraserebral (PIS) spontan merupakan kondisi neurologis serius dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Evakuasi hematoma melalui pembedahan menjadi salah satu strategi utama dalam penatalaksanaan PIS, dengan dua teknik utama, yaitu kraniotomi dan kraniektomi dekompresi. Namun, hingga saat ini, belum terdapat konsensus yang jelas mengenai teknik mana yang memberikan luaran klinis lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas kedua prosedur ini dalam meningkatkan luaran pasien PIS yang menjalani operasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama periode 2015-2022. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan menganalisis data rekam medis pasien yang menjalani kraniotomi atau kraniektomi dekompresi. Variabel utama yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, volume hematoma, lokasi perdarahan, serta luaran pascaoperasi yang diukur menggunakan Glasgow Outcome Scale (GOS). Analisis statistik dilakukan menggunakan uji t-independen, chi-square, serta analisis multivariat untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi luaran pasien. Hasil: Sebanyak 46 pasien memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 30 pasien yang menjalani kraniotomi dan 16 pasien yang menjalani kraniektomi dekompresi. Pasien yang menjalani kraniotomi memiliki rata-rata usia lebih tinggi dibandingkan kelompok kraniektomi dekompresi (58,15 ± 11,49 vs. 47,87 ± 13,62 tahun, p=0,009). Volume hematoma lebih besar ditemukan pada kelompok kraniektomi dekompresi (68,21 ± 26,39 cc vs. 49,83 ± 21,24 cc, p=0,020). Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam distribusi lokasi perdarahan dan gejala klinis antara kedua kelompok. Luaran fungsional setelah 6 bulan menunjukkan bahwa pasien yang menjalani kraniektomi dekompresi memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi dibandingkan pasien kraniotomi (p < 0,05). Namun, pasien dalam kelompok kraniektomi dekompresi lebih banyak yang mengalami defisit neurologis residu dan memerlukan prosedur rekonstruksi kranioplasti. Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia, volume hematoma, dan tingkat kesadaran preoperatif berpengaruh signifikan terhadap luaran pasien. Kesimpulan: Kraniektomi dekompresi lebih sering dilakukan pada pasien dengan volume hematoma yang lebih besar dan usia lebih muda. Meskipun prosedur ini dikaitkan dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan kraniotomi, pasien yang menjalani kraniektomi dekompresi memiliki risiko lebih besar mengalami defisit neurologis residu dan memerlukan operasi rekonstruksi lanjutan. Oleh karena itu, pemilihan teknik pembedahan harus mempertimbangkan faktor usia, volume hematoma, serta kondisi neurologis preoperatif. Penelitian lebih lanjut dengan desain prospektif diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini dan memberikan panduan klinis yang lebih komprehensif dalam pemilihan teknik pembedahan untuk pasien PIS.
Kata Kunci: Perdarahan intraserebral, kraniotomi, kraniektomi dekompresi, luaran klinis, Glasgow Outcome Scale
Introduction: Spontaneous intracerebral hemorrhage (ICH) is a severe neurological condition with high mortality and morbidity rates. Hematoma evacuation through surgery is one of the main strategies for managing ICH, with two primary techniques: craniotomy and decompressive craniectomy. However, there is still no clear consensus on which technique provides better clinical outcomes. Therefore, this study aims to compare the effectiveness of these two procedures in improving the outcomes of ICH patients undergoing surgery at RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) from 2015 to 2022. Methods: This retrospective cohort study analyzed medical records of patients who underwent craniotomy or decompressive craniectomy. Key variables analyzed included age, sex, hematoma volume, hemorrhage location, and postoperative outcomes measured using the Glasgow Outcome Scale (GOS). Statistical analyses, including independent ttests, chi-square tests, and multivariate analysis, were performed to evaluate factors influencing patient outcomes. Results: A total of 46 patients met the inclusion criteria, comprising 30 patients who underwent craniotomy and 16 who underwent decompressive craniectomy. Patients in the craniotomy group had a higher mean age than those in the decompressive craniectomy group (58.15 ± 11.49 vs. 47.87 ± 13.62 years, p=0.009). Hematoma volume was larger in the decompressive craniectomy group (68.21 ± 26.39 cc vs. 49.83 ± 21.24 cc, p=0.020). No significant differences were observed in hemorrhage location and clinical symptoms between the two groups. Six-month functional outcomes showed that patients who underwent decompressive craniectomy had a higher survival rate than those who underwent craniotomy (p < 0.05). However, patients in the decompressive craniectomy group experienced more residual neurological deficits and required reconstructive cranioplasty procedures. Multivariate analysis indicated that age, hematoma volume, and preoperative consciousness level significantly influenced patient outcomes. Conclusion: Decompressive craniectomy was more commonly performed in patients with larger hematoma volumes and younger ages. While this procedure was associated with higher survival rates than craniotomy, patients undergoing decompressive craniectomy had a greater risk of residual neurological deficits and required subsequent reconstructive surgery. Therefore, the choice of surgical technique should consider factors such as age, hematoma volume, and preoperative neurological condition. Further prospective studies are needed to confirm these findings and provide more comprehensive clinical guidelines for selecting surgical techniques for ICH patients.
Keywords: Intracerebral hemorrhage, craniotomy, decompressive craniectomy, clinical outcomes, Glasgow Outcome Scale
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2024
- Pengarang
-
Glenn Adiputera Tandian - Nama Orang
Wismaji Sadewo - Nama Orang
Hanif Gordang Tobing - Nama Orang
Syaiful Ichwan - Nama Orang - No. Panggil
-
T24647fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Ilmu Bedah Saraf., 2024
- Deskripsi Fisik
-
xvi, 63 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
T24
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T24647fk | T24647fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi