Tesis
Efek Analgesia Elektroakupunktur Telinga Battlefield Acupuncture (BFA) dibandingkan Sham Elektroakupunktur pada Nyeri, Penurunan Dosis Analgetik dan Kualitas Hidup Pasca Operasi Percutaneous Nephrolithotomy = The Effect of Battlefield Acupuncture Ear Electroacupuncture Analgesia versus Sham Electroacupuncture on Pain, Analgesic Dose Reduction, Quality of Life Post Percutaneous Nephrolithotomy Surgery.
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi elektroakupunktur (EA) telinga Battlefield Acupuncture (BFA) terhadap nyeri, dosis analgetik, dan kualitas hidup pada pasca operasi menjalani PCNL. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda pada 30 subjek yang dibagi menjadi kelompok intervensi (EA-BFA dan paracetamol IV) dan kelompok kontrol (sham EABFA dan paracetamol). Penelitian ini menggunakan jarum filiformis ukuran 0,20x13 mm, pada titik telinga BFA MA-IT1, MA-AT2, MA-H1, MA-H2, MA-TF1 bilateral. Kemudian titik MA-AT2 dan MA-TF1 dihubungkan ke kabel elektrostimulator ipsilateral. Elektrostimulator yang digunakan merek AWQ-104L Digital, gelombang kontinyu, dan frekuensi 2 Hz. Paracetamol 1 gram IV diberikan jika VAS nyeri >3. Terapi akupunktur diberikan hanya 1 kali sebelum dilakukan tindakan operasi, dengan evaluasi menggunakan skala VAS, dosis kumulatif analgetik yang dinilai sebelum terapi dan setelah terapi pada menit ke 0, jam ke 8, ke 24 dan ke 48, serta kuesioner SF 36 dan efek samping sebelum terapi dan 7 hari setelah terapi. Hasil: Terdapat perbedaan skor VAS yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah tindakan akupunktur (post terapi) menit ke-0, jam ke-8, jam ke-24 dan jam ke-48 pasca operasi (p = 0,004; p = 0,036; p = 0,018; p = 0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok intervensi memiliki skor VAS yang lebih rendah secara signifikan dibanding dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Selain itu pada kelompok intervensi memiliki dosis analgetik lebih rendah signifikan dibanding dengan kelompok kontrol dengan perbedaan post terapi jam ke 8, jam ke 24 dan jam ke 48 pada pasien pasca operasi (p = 0,002; p = 0,008; p = 0,018; p = < 0,001). Pada kelompok intervensi ditemukan peningkatan kualitas hidup signifikan pada domain keterbatasan emosional, kesehatan mental, fungsi sosial, dan kesehatan umum (0,041; 0,001; 0,047; 0,011; dan 0,028). Namun perbedaan antar kedua kelompok hanya didapatkan pada domain kesehatan umum (p=0,042). Efek samping terapi pada kedua kelompok adalah minimal. Kesimpulan: EA BFA dapat mengurangi gejala nyeri, penggunaan dosis kumulatif analgetik, dan meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi yang ditandai dengan penurunan skor VAS, penurunan dosis kumulatif, serta peningkatan skor SF36. Meskipun peningkatan skor SF36 antar kedua kelompok hanya ditemukan pada domain kesehatan umum saja, namun dalam kelompok intervensi didapatkan peningkatan skor SF36 pada sebagian besar domain. Efek samping minimal menunjukkan bahwa terapi ini aman dan dapat menjadi alternatif dalam tatalaksana nyeri pasca operasi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi jangka panjang terhadap kualitas hidup pasca operasi.
Kata kunci: akupunktur, battlefield acupuncture, elektroakupunktur, dan percutaneous nephrolithotomy
Background: This study aimed to evaluate the effectiveness of Battlefield Acupuncture (BFA) ear electroacupuncture (EA) therapy on pain, analgesic dosage, and quality of life in postoperative patients undergoing PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy). Methods: This was a double-blind randomized clinical trial involving 30 subjects divided into an intervention group (EA-BFA and IV paracetamol) and a control group (sham EA-BFA and paracetamol). Filiform needles were used at the BFA ear points MA-IT1, MA-AT2, MA-H1, MA-H2, and MA-TF1 bilaterally. The MA-AT2 and MA-TF1 points were connected to ipsilateral electrostimulator cables. The electrostimulator used was the AWQ-104L Digital model, with continuous waves and a frequency of 2 Hz. Intravenous paracetamol (1 gram) was administered if the pain VAS score was >3. Acupuncture therapy was given only once before the surgical procedure, with evaluations using the VAS scale, cumulative analgesic dose assessed before and after therapy at minute 0, hour 8, hour 24, and hour 48, as well as the SF- 36 questionnaire and side effects assessed before therapy and 7 days after therapy. Results: There were significant differences in VAS scores between the intervention and control groups after acupuncture therapy at minute 0, hour 8, hour 24, and hour 48 post-operation (p = 0.004; p = 0.036; p = 0.018; p = 0.001). These results indicate that the intervention group had significantly lower VAS scores compared to the control group (p < 0.05). Additionally, the intervention group had significantly lower analgesic doses compared to the control group at post-therapy hour 8, hour 24, and hour 48 in post-operative patients (p = 0.002; p = 0.008; p = 0.018; p < 0.001). A significant improvement in quality of life was observed in the intervention group in the domains of emotional limitations, mental health, social functioning, and general health (p = 0.041; p = 0.001; p = 0.047; p = 0.011; and p = 0.028). However, differences between the two groups were only significant in the general health domain (p = 0.042). Side effects from the therapy in both groups were minimal. Conclusion: EA BFA can reduce pain symptoms, cumulative dose analgetic and improve the quality of life in post-operative patients, as indicated by decreased VAS scores and increased SF-36 scores. Although the improvement in SF-36 scores between the two groups was only significant in the general health domain, the intervention group showed improvements in most domains. The minimal side effects suggest that this therapy is safe and may serve as an alternative for managing post-operative pain, although further research is needed to evaluate its long-term effects on post-operative quality of life.
Keywords: acupuncture, battlefield acupuncture, electroacupuncture, percutaneous nephrolithotomy
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Hermin Widyaprastuti - Nama Orang
Christina Simadibrata - Nama Orang
Ponco Birowo - Nama Orang
Yoshua Viventius - Nama Orang - No. Panggil
-
T25175fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Akupunktur Medik., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 106 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
SBP Online
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25175fk | T25175fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi