Tesis
Potensi Kerugian Ekonomi dari Pasien Kanker yang Tidak Tertangani Akibat Kurangnya Fasilitas Radioterapi di Indonesia.
Tujuan: Menilai kerugian ekonomi tidak langsung akibat kematian dini pasien kanker yang tidak mendapatkan terapi radiasi. Metodologi: Studi potong lintang yang menggabungkan data RTU (Radiotherapy Utilization), YPLL (Years of Potential Life Lost), dan Upah Minimum Regional (UMR), dimasukkan ke dalam model ekonomi kesehatan untuk mengekstrapolasi potensi kerugian ekonomi akibat hilangnya produktivitas pasien kanker yang tidak tertangani. Hasil: Estimasi kerugian ekonomi tidak langsung akibat kematian dini pasien kanker mencapai 4,1 - 7,3 triliun rupiah. Kanker serviks memberikan kontribusi terbesar sebesar 1,53 - 2,7 triliun rupiah, diikuti kanker nasofaring sebesar 1,28 –2,27 triliun rupiah, dan kanker payudara sebesar Rp 0.59 – 1.04 triliun. Regional 4 (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta) menjadi wilayah dengan kerugian ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 1,2 triliun rupiah. Kesimpulan: Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pemerataan layanan kesehatan, khususnya dalam bidang radioterapi, akibat ketimpangan distribusi tenaga medis dan keterbatasan infrastruktur. Pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan insidensi kanker menambah tekanan pada sistem kesehatan nasional. Kematian dini yang timbulk akibat penyakit kanker yang tidak mendapatkan terapi radiasi yang seharusnya akan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan sehingga peran stakeholder dalam merumuskan kebijakan dan investasi jangka panjang pada layanan radioterapi menjadi penting.
Kata Kunci: Tingkat utilisasi radioterapi, RTU, YPLL, Kerugian ekonomi tidak langsung
Objective: To assess the indirect economic loss due to premature death of cancer patients who did not receive radiotherapy treatment. Methodology: A crosssectional study combining data on Radiotherapy Utilization (RTU), Years of Potential Life Lost (YPLL), and Regional Minimum Wage (UMR), which were incorporated into a health economic model to extrapolate the potential economic loss from the lost productivity of untreated cancer patients. Results: The estimated indirect economic loss due to premature cancer deaths over five years is between IDR 4,1 - 7,3 trillion. Cervical cancer contributed the most, amounting to IDR 1.53 - 2.7 trillion, followed by nasopharyngeal cancer (IDR 1.28 - 2.27 trillion) and breast cancer (IDR 0.59 – 1.04 trillion). Region 4 (Central Java and Yogyakarta) recorded the highest economic loss, totaling IDR 1.2 trillion. Conclusion: Indonesia faces a serious challenge in achieving equitable healthcare access, particularly in radiotherapy services, due to the uneven distribution of medical personnel and limited infrastructure. Population growth and rising cancer incidence are adding pressure to the national healthcare system. Premature deaths resulting from untreated cancers that should have received radiotherapy lead to substantial economic losses, highlighting the importance of stakeholder involvement in policy formulation and long-term investment in radiotherapy services.
Keywords: Radiotherapy Utilization Rate, RTU, YPLL, Indirect Economic Loss
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Nicholas - Nama Orang
Soehartati A. Gondhowiardjo - Nama Orang
T. B. Mayang Permata - Nama Orang - No. Panggil
-
T25129fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 126 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
SBP Online
- Klasifikasi
-
T25
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25129fk | T25129fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi