Tesis

Gejala Klinis Pasien Meningioma serta Hubungannya dengan Lokasi Basis Kranii dan Konveksitas di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo = Clinical Symptoms of Meningioma and its Association with Location in Cranial Base and Convexity in Cipto Mangunkusumo General Hospital.

Latar Belakang: Meningioma merupakan tumor primer jinak intrakranial yang paling sering ditemukan. Lokasi tumor pada meningioma menentukan gejala yang timbul pada pasien. Terapi pada meningioma yang utama adalah pembedahan. Terapi stereotactic radiosurgery (SRS) Gamma Knife dapat digunakan untuk menjangkau lokasi yang sulit dijangkau dengan pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan meningioma beserta dengan faktor klinis dan lokasi tumor di basis kranii dan konveksitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif pada pasien meningioma intrakranial dari tahun 2013-2023 yang akan diambil data demografis dan klinis dan dilakukan pemantauan kesintasan. Analisis Log-rank dan pembuatan kurva Kaplan-Meier serta analisis cox dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kesintasan. Hasil: Terdapat 531 subjek kelompok pembedahan dan 75 subjek kelompok Gamma Knife dalam penelitian ini dengan median usia 45 (18-82) tahun pada kelompok pembedahan dan 53 (27-85) tahun pada kelompok Gamma Knife. Jenis kelamin perempuan (p=0,037), usia lebih muda (p=0,000), defisit nervus kranialis (p=0,000), dan gangguan lapang pandang (p=0,010) berhubungan dengan lokasi tumor di basis kranii. Sementara itu, grade WHO II/III (p=0,000), reseksi total (p=0,000), penurunan kesadaran (p=0,000), nyeri kepala (p=0,023), defisit motorik (p=0,000), defisit sensorik (p=0,009), dan kejang (p=0,000) berhubungan dengan lokasi tumor di konveksitas. Pada subjek kelompok Gamma Knife defisit nervus kranialis berhubungan dengan lokasi tumor di basis kranii (p=0,000) dan defisit motorik berhubungan dengan lokasi tumor di konveksitas (p=0,021). Penurunan kesadaran (RH 3,49 (IK95% 1,3-9,35); p = 0,013), usia ≥ 60 tahun (RH 5,46 (IK95% 2,21-13,48); p = 0,000) dan kejang (RH 4,15 (IK95% 1,86-9,25); p = 0,000) berisiko menurunkan kesintasan pada pasien meningioma yang dilakukan pembedahan. Kesimpulan: Penurunan kesadaran, usia ≥ 60 tahun, dan kejang berisiko menurunkan kesintasan pada pasien meningioma. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan tatalaksana selanjutnya pada pasien meningioma selanjutnya.
Kata kunci: Meningioma, kesintasan, basis kranii, konveksitas, gejala klinis


Background: Meningioma is the most common benign intracranial primary tumor. The location of the tumor in meningioma determines the symptoms that arise in patients. The main therapy for meningioma is surgery. Stereotactic radiosurgery (SRS) Gamma Knife therapy can be used to reach locations that are difficult to reach with surgery. This study aims to determine the survival of meningioma along with clinical symptoms and tumor location at the skull base and convexity. Methods: This study is a prospective cohort study of intracranial meningioma patients from 2013-2023. Demographic and clinical data retrieved and subjects were followed up for survival. Log-rank analysis and Kaplan-Meier curve were generated and cox analysis were performed to determine factors associated with survival. Results: There were 531 subjects underwent surgery and 75 subjects underwent Gamma Knife in this study with a median age of 45 (18-82) years in the surgery group and 53 (27-85) years in the Gamma Knife group. Female gender (p=0.037), younger age (p=0.000), cranial nerve deficit (p=0.000), and visual field impairment (p=0.010) were associated with tumor location at the cranial base. Meanwhile, WHO grade II/III (p=0.000), total resection (p=0.000), decreased consciousness (p=0.000), headache (p=0.023), motor deficit (p=0.000), sensory deficit (p=0.009), and seizure (p=0.000) were associated with tumor location at the convexity. In subjects underwent Gamma Knife, cranial nerve deficit was associated with tumor location at the cranial base (p=0.000) and motor deficit was associated with tumor location at the convexity (p=0.021). Decreased consciousness (HR 3.49 (95% CI 1.3-9.35); p = 0.013), age ≥ 60 years (HR 5.46 (95% CI 2.21-13.48); p = 0.000) and seizures (HR 4.15 (95% CI 1.86-9.25); p = 0.000) reduced survival in meningioma patients underwent surgery. Conclusion: Decreased consciousness, age ≥ 60 years, and seizures were at risk of reducing survival in meningioma patients. This can be used as a consideration in determining further management in subsequent meningioma patients.
Keywords: Meningioma, survival, cranial base, convexity, clinical symptoms

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2025
Pengarang

Jonathan Odilo - Nama Orang
Tiara Aninditha - Nama Orang
David Tandian - Nama Orang

No. Panggil
T25083fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi.,
Deskripsi Fisik
xviii, 78 hlm., ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
SBP Online
Klasifikasi
T25
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T25083fkT25083fkPerpustakaan FKUITersedia - File Digital
Image of Gejala Klinis Pasien Meningioma serta Hubungannya dengan Lokasi Basis Kranii dan Konveksitas di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo = Clinical Symptoms of Meningioma and its Association with Location in Cranial Base and Convexity in Cipto Mangunkusumo General Hospital.

Related Collection


WhatsApp

Halo Sobat Medi 👋

Ada pertanyaan atau hal yang bisa kami bantu?

Layanan WA Perpustakaan FKUI
Senin - Jumat 08.00 - 16.00 WIB
Pesan yang masuk di luar waktu operasional (di atas) akan direspon pada hari kerja berikutnya.