Tesis
Pengaruh salpingektomi pada kasus hidrosalping terhadap cadangan ovarium dan reseptivitas endometrium = The Effect of Salpingectomy in Hydrosalpinx Cases on Ovarian Reserve and Endometrial Receptivity.
Latar Belakang: Permasalahan hidrosalping diketahui menjadi salah satu penyebab gagalnya implantasi embrio. Penatalaksanaan hidrosalping terpilih adalah dengan dilakukan salpingektomi. Tuba pada pasien dengan hidrosalping diduga lebih reseptif dibandingkan dengan endometrium. Salpingektomi diharapkan dapat membuat perbaikan reseptivitas endometrium. Namun, salpingektomi juga diduga berdampak terhadap berkurangnya cadangan sel telur. Belum diketahui bagimana pengaruh salpingektomi pada kasus hidrosalping terhadap cadangan ovarium dan reseptivitas endometrium. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental pre dan post dengan perbandingan reseptivitas endometrium dan cadangan ovarium pada sebelum dan sesudah tindakan salpingektomi pada kasus hidrosalping. Diagnosis hidrosalping dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi dan atau histerosalpingografi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat dengan durasi Juni hingga Desember 2024. Pemeriksaan reseptivitas endometrium dan tuba dilakukan dengan melakukan pemeriksaan ELISA ekspresi Leukemia Inhibitory Factor (LIF). Reseptivitas endometrium diambil dari jaringan biopsi pipel endometrium dan reseptivitas tuba diambil dari jaringan tuba fallopi pars ampularis. Pemeriksaan cadangan ovarium dilakukan dengan melakukan pemeriksaan serum Anti Mullerian Hormon (AMH) dan folikel antral basal (FAB) dari ultrasonografi transvaginal. Hasil: Sebanyak 22 subjek yang mengalami hidrosalping dilakukan biopsi pipel jaringan endometrium, jaringan tuba fallopi, serum AMH dan FAB pada saat tindakan salpingektomi. Tiga bulan pasca salpingektomi, 13 dari 22 subjek dilakukan pemeriksaan pasca tindakan. Rerata usia subjek adalah 31,5 (2,4) tahun dengan rerata kadar AMH awal adalah 4.19 (2,52) ng/mL. Terdapat perbaikan median ekspresi LIF yang tidak bermakna (p 0,31) pada pasien hidrosalping yang dilakukan salpingektomi yaitu 172,5 (65,9 – 533,3) menjadi 233 (89,4 – 580,1) pg/mL. Terdapat penurunan rerata serum AMH yang tidak bermakna (p 0,44) pada pasien hidrosalping yang dilakukan salpingektomi dari 4,90 (2,52) menjadi 3,67 (1,94) ng/ML. Tidak terdapat perubahan bermakna dari median FAB sebelum yaitu 20 (8-43) dan sesudah tindakan yaitu 20 (10 - 40) folikel. Tidak terdapat perbedaan bermakna (p 0,131) median ekspresi LIF antara jaringan endometrium dan tuba pada pasien hidrosalping sebelum tindakan operasi yaitu 178 (65 – 399,1) dan 167,9 (192,0 – 287,8) pg/mL. Kesimpulan: Terdapat perbaikan reseptivitas endometrium pasien hidrosalping yang dilakukan salpingektomi yang ditandai dengan peningkatan ekspresi LIF namun tidak bermakna. Terdapat penurunan cadangan ovarium pasien hidrosalping yang dilakukan salpingektomi yang ditandai penurunan AMH serum namun tidak bermakna. Tidak terdapat penurunan FAB ovarium yang bermakna pada pada pasien hidrosalping yang dilakukan salpingektomi. Reseptivitas antara endometrium dan tuba pasien yang mengalami hidrosalping tidak terdapat perbedaan bermakna.
Kata kunci: hidrosalping, reseptivitas endometrium, cadangan ovarium, reseptivitas tuba, LIF, AMH
Background: Hydrosalpinx is known to be one of the causes of embryo implantation failure. The preferred management for hydrosalpinx is salpingectomy. It is hypothesized that the fallopian tubes in patients with hydrosalpinx may have higher receptivity compared to the endometrium. Salpingectomy is expected to improve endometrial receptivity. However, salpingectomy may also negatively impact ovarian reserve. The effect of salpingectomy in hydrosalping cases on ovarian reserve and endometrial receptivity remains unclear. Methods: This study is a pre- and post-operative experimental study comparing endometrial receptivity and ovarian reserve before and after salpingectomy in hydrosalpinx cases. Hydrosalpinx diagnosis was made through ultrasonography and/or hysterosalpingography. The research was conducted at Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPN) and Gatot Soebroto Central Army Hospital (RSPAD) in Central Jakarta, from June to December 2024. Endometrial and tubal receptivity was evaluated through ELISA for Leukemia Inhibitory Factor (LIF) expression. Endometrial receptivity samples were obtained from pipelle endometrial biopsy, and tubal receptivity samples were taken from the ampullary part of the fallopian tube. Ovarian reserve was assessed by measuring Anti-Müllerian Hormone (AMH) serum levels and antral follicle count (AFC) through transvaginal ultrasonography. Results: A total of 22 subjects with hydrosalpinx underwent pipelle biopsy of the endometrial tissue, fallopian tube tissue, serum AMH, and AFC during the salpingectomy procedure. Three months after salpingectomy, 13 out of 22 subjects were followed up for post-operative assessment. The mean age of the subjects was 31.5 (2.4) years, with a mean initial AMH level of 4.19 (2.52) ng/mL. There was an improvement in the median LIF expression, though not statistically significant (p = 0.31), in hydrosalpinx patients after salpingectomy, from 172.5 (65.9 – 533.3) to 233 (89.4 – 580.1) pg/mL. There was a non-significant decrease in the mean AMH level (p = 0.44) from 4.90 (2.52) to 3.67 (1.94) ng/mL. No significant changes were observed in the median AFC, which remained 20 (8-43) follicles before and 20 (10-40) follicles after the procedure. No significant difference (p = 0.131) in median LIF expression was found between endometrial and tubal tissues before the operation, with values of 178 (65 – 399.1) and 167.9 (192.0 – 287.8) pg/mL, respectively. Conclusion:Salpingectomy in hydrosalpinx patients improved endometrial receptivity, as indicated by an increase in LIF expression, though this change was not statistically significant. A decrease in ovarian reserve was observed, indicated by a reduction in AMH serum levels, but this change was also not statistically significant. There were no significant changes in AFC post-salpingectomy. No significant difference was found in receptivity between the endometrium and fallopian tubes in hydrosalping patients.
Keywords:hydrosalpinx, endometrial receptivity, ovarian reserve, tubal receptivity, LIF, AMH
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2025
- Pengarang
-
Ferry Darmawan - Nama Orang
Budi Wiweko - Nama Orang
Achmad Kemal Harzif - Nama Orang
Ahmad Fuady - Nama Orang - No. Panggil
-
T25026fk
- Penerbit
- Jakarta : Sp-2 Obstetri dan Ginekologi., 2025
- Deskripsi Fisik
-
xvi, 65 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
| T25026fk | T25026fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia - File Digital |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi