Tesis
Perbandingan efektivitas pemberian magnesium sulfat intravena dengan dexmedetomidine intravena dalam mengurangi agitasi pulih sadar pasien dewasa yang menjalani pembedahan otorhinolaringologi = Comparison on the effectiveness of intravenous magnesium sulfate and intravenous dexmedetomidine in reducing emergence agitation in adult patients undergoing otorhinolaryngology surgery.
Pendahuluan: Agitasi pulih sadar adalah fenomena bisa terjadi selama pemulihan dari anestesi umum. Insidensinya meningkat pada pembedahan otorhinolaringologi dan berpotensi meningkatkan risiko cedera dan memperpanjang masa pemulihan pasien. Dexmedetomidine adalah standar baku agen pencegahan, namun biaya yang mahal, keterbatasan akses, waktu ekstubasi, dan kejadian bradikardia dan hipotensi yang bermakna menjadi keterbatasan. MgSO4 dinilai dapat menjadi alternatif dexmedetomidine, namun belum terdapat cukup penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas pemberian MgSO4 intravena dengan dexmedetomidine intravena dalam mengurangi agitasi pulih sadar pada pasien dewasa yang menjalani pembedahan otorhinolaringologi. Metode: Penelitian ini adalah studi multisenter acak tersamar ganda yang mengikutsertakan 64 pasien dewasa yang menjalani pembedahan otorhinolaringologi. Sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan rasio 1:1, satu menerima MgSO4 20 mg/kgBB/jam dan yang lain menerima dexmedetomidine 0,5 mikrogram/kgBB/jam sejak induksi hingga tindakan selesai. Variabel yang diukur meliputi proporsi agitasi pulih sadar, onset dan durasi agitasi, kebutuhan dosis efedrin untuk mengatasi bradikardia dan hipotensi, perubahan frekuensi nadi dan tekanan arteri rata-rata, skor nyeri, penggunaan fentanyl perioperatif, penggunaan sevoflurane intraoperatif, dan lama waktu ekstubasi. Hasil: Proporsi kejadian agitasi pulih sadar tidak berbeda secara signifikan antara MgSO4 dan dexmedetomidine (31.3% vs 18.8%, p > 0,05) dengan severitas, onset dan durasi agitasi yang juga tidak berbeda. Penurunan tekanan arteri rata-rata dan frekuensi nadi lebih besar pada grup dexmedetomidine dibandingkan dengan grup MgSO4. Dosis kebutuhan efedrin intraoperatif juga lebih rendah secara signifikan pada MgSO4 dibanding dengan dexmedetomidine (0 mg vs 5 mg, p < 0,05). Tidak terdapat perbedaan signifikan penggunaan fentanyl dan sevoflurane pada kedua grup. Proporsi nyeri pascabedah tidak berbeda antara grup MgSO4 dibanding dengan dexmedetomidine (6,2% vs 6,2%, p > 0,05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan waktu ekstubasi antara grup MgSO4 dengan dexmedetomidine (10 menit vs 10 menit, p > 0,05). Simpulan: MgSO4 tidak kalah efektif dibanding dexmedetomidine untuk mencegah kejadian agitasi pulih sadar pada pasien dewasa yang menjalani pembedahan otorhinolaringologi.
Kata kunci: Agitasi pulih sadar, magnesium sulfat, dexmedetomidine, dewasa, otorhinolaringologi
Background: Emergence agitation is a phenomenon that can occur during recovery from general anesthesia. Its incidence increases in otorhinolaryngology surgery and can potentially raise the risk of injury and prolong patient recovery. Dexmedetomidine is the standard preventive agent, but its high cost, limited accessibility, extubation time, and significant incidence of bradycardia and hypotension are limitations. MgSO4 is considered a potential alternative to dexmedetomidine, but there is insufficient research available. This study aims to compare the effectiveness of intravenous MgSO4 with intravenous dexmedetomidine in reducing emergence agitation in adult patients undergoing otorhinolaryngology surgery. Methods: This study is a multicentered, double-blinded, randomized controlled trial involving 64 adult patients undergoing otorhinolaryngology surgery. They were divided into two groups in a 1:1 ratio, with one group receiving MgSO4 at 20 mg/kgBW/hour and the other receiving dexmedetomidine at 0.5 micrograms/kgBW/hour from induction until the procedure was completed. The measured variables included the proportion of emergence agitation, onset and duration of agitation, ephedrine dose needed to manage bradycardia and hypotension, changes in heart rate and mean arterial pressure, pain scores, perioperative fentanyl use, intraoperative sevoflurane use, and extubation time. Results: The proportion of emergence agitation was not significantly different between the MgSO4 and dexmedetomidine groups (31.3% vs 18.8%, p > 0.05), with no differences in the severity, onset and duration of agitation. The reduction in mean arterial pressure and heart rate was greater in the dexmedetomidine group compared to the MgSO4 group. The intraoperative ephedrine requirement was also significantly lower in the MgSO4 group compared to the dexmedetomidine group (0 mg vs 5 mg, p < 0.05). There was no significant difference in the use of fentanyl and sevoflurane between the two groups. The proportion of postoperative pain did not differ between the MgSO4 and dexmedetomidine groups (6.2% vs 6.2%, p > 0.05). There was no significant difference in extubation time between the MgSO4 and dexmedetomidine groups (10 minutes vs 10 minutes, p > 0.05) Conclusion: MgSO4 is not less effective than dexmedetomidine in preventing emergence agitation in adult patients undergoing otorhinolaryngology surgery.
Keywords: Emergence agitation, magnesium sulphate, dexmedetomidine, adult, otorhinolaryngology
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2024
- Pengarang
-
Girhanif Amri Yunda - Nama Orang
Aino Nindya Auerkari - Nama Orang
Riyadh Firdaus - Nama Orang - No. Panggil
-
T24415fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif., 2024
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 136 hlm., ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
T24415fk | T24415fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi