Tesis

Kualitas Tidur dan Insomnia pada Dokter di Jakarta dan Faktor-Faktor yang Berhubungan = Sleep Quality and Insomnia Among General Practitioners in Jakarta and Related Factors.

Latar belakang: Kualitas tidur merupakan prinsip produktivitas kesehatan dan ekonomi yang baik. Kualitas tidur dipengaruhi oleh serangkaian faktor mulai dari karakteristik demografis, pilihan gaya hidup pribadi hingga jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, dokter seringkali bekerja dalam jam-jam yang panjang, tidak teratur, dan tidak jarang mereka bekerja di malam hari; waktu yang lazimnya dipakai untuk beristirahat. Sifat pekerjaan mereka memerlukan kewaspadaan, fokus, dan kemampuan untuk membuat keputusan secara cepat, tuntutan kognitif dan emosional ini dapat menyebabkan gangguan tidur dan kualitas tidur yang buruk, yang pada akhirnya akan memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka secara keseluruhan. Masih jarangnya penelitian yang dilakukan terkait gangguan tidur pada dokter ini, juga menyebabkan kurang diketahuinya faktor-faktor risiko yang berhubungan. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya mengingat dokter merupakan kelompok pekerja risiko tinggi, sehingga dapat menjaga keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada populasi tersebut. Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif analitik potong lintang. Data yang didapatkan merupakan data primer dari yang terdiri dari kuesioner terbuka, kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) bahasa Indonesia, kuesioner Maslach-Trisni Burnout Inventory dan kuesioner Sleep Hygiene Index bahasa Indonesia. Tempat penelitian ini adalah beberapa tempat kerja di Jakarta. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2024. Populasi target penelitian ini adalah dokter yang aktif bekerja baik sebagai dokter praktik (bertemu pasien) atau dokter perusahaan maupun dokter yang bekerja sebagai peneliti. Sampel dari penelitian ini adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dan bersedia mengikuti penelitian. Hasil: Dari sejumlah 176 dokter umum/bukan spesialis yang berpartisipasi, didapatkan 48,4% memiliki kualitas tidur buruk, dengan median skor PSQI 5 (1 -15), dan sebanyak 4,5% memiliki insomnia. Sekitar 40% dari dokter-dokter ini bekerja selama lebih dari 40 jam seminggu, dan 35,2% ada shift malam. Median masa bekerja partisipan adalah 36 bulan (0-240). Sebanyak 32,4% dokter bekerja di setting kegawatdaruratan. Hampir separuh partisipan memiliki higiene tidur buruk (46,6%), dan sebanyak 9,1% mengalami burnout. Higiene tidur, burnout, dan obesitas memiliki hubungan signifikan secara statistik terhadap kualitas tidur, namun setelah penyesuaian, hanya higiene tidur dan burnout yang masih memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap kualitas tidur (p < 0,001, aOR 6,6; IK 95% (3,3-13,2), dan p < 0,05, aOR 5,4; IK 95% (1,1 -26,9)). Sementara pada insomnia, higiene tidur dan burnout memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap insomnia, namun setelah penyesuaian, hanya burnout yang masih memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap insomnia (p < 0,05, aOR 8,5; IK 95% (1,8-40,1)). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan kualitas tidur buruk dan insomnia pada populasi dokter di Jakarta, dan tidak ditemukan hubungan antara faktor okupasi, salah satunya shift malam dengan kedua luaran tersebut. Namun demikian, ditemukan faktorfaktor lain yang berhubungan yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut untuk penelitianpenelitian berikutnya.
Kata kunci: kualitas tidur, insomnia, dokter, PSQI, Jakarta, obesitas, higiene tidur, burnout


Background: Sleep quality is a principle of good health and economic productivity. Sleep quality is influenced by a range of factors, including demographic characteristics, personal lifestyle choices, job types, and work environment conditions. As healthcare providers, doctors often work long, irregular hours, and frequently at night—a time typically reserved for rest. The nature of their work requires alertness, focus, and the ability to make quick decisions; these cognitive and emotional demands can lead to sleep disturbances and poor sleep quality, which ultimately affects their overall physical and mental health. The lack of research on sleep disturbances among doctors has led to a limited understanding of the associated risk factors. This study aims to be a starting point for future research, considering that doctors are a highrisk occupational group, thereby ensuring occupational safety and health, especially within this population. Methods: This study is a cross-sectional, descriptive analytical study. Data collected are primary data, obtained with open questionnaires, the Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire, the Maslach-Trisni Burnout Inventory questionnaire, and the Indonesian version of the Sleep Hygiene Index questionnaire. The research sites are various workplaces in Jakarta. Data collection was conducted in January 2024. The target population of this study includes actively working general practitioners, either practicing (meeting patients) or working as company doctors or researchers. The sample consists of the accessible population that meets the inclusion and exclusion criteria and is willing to participate in the study. Results: Out of a total of 176 general practitioners who participated, 48.4% had poor sleep quality, with a median PSQI score of 5 (1 -15), and 4.5% had insomnia. About 40% of these doctors worked more than 40 hours a week, and 35.2% had night shifts. The median duration of employment among participants was 36 months (0-240). A total of 32.4% of doctors worked in emergency settings. Nearly half of the participants had poor sleep hygiene (46.6%), and 9.1% experienced burnout. Sleep hygiene, burnout, and obesity were statistically significantly associated with sleep quality, but after adjustment, only sleep hygiene and burnout remained statistically significantly associated with sleep quality (p < 0.001, aOR 6.6; 95% CI (3.3-13.2), and p < 0.05, aOR 5.4; 95% CI (1.1 -26.9)). For insomnia, sleep hygiene and burnout were statistically significantly associated with insomnia, but after adjustment, only burnout remained statistically significantly associated with insomnia (p < 0.05, aOR 8.5; 95% CI (1.8- 40.1)). Conclusion: The results of this study indicate that poor sleep quality and insomnia were found in the population of doctors in Jakarta, and no relationship was found between occupational factors, one of which is night shifts, and these two outcomes. However, other related factors were found that require further exploration in future research.
Keywords: sleep quality, insomnia, doctors, PSQI, Jakarta, obesity, sleep hygiene, burnout

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2024
Pengarang

Aristo Tanadi - Nama Orang
Pukovisa Prawiroharjo - Nama Orang
Aria Kekalih - Nama Orang

No. Panggil
T24414fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Magister Kedokteran Kerja.,
Deskripsi Fisik
xvii, 92 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T24414fkT24414fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Kualitas Tidur dan Insomnia pada Dokter di Jakarta dan Faktor-Faktor yang Berhubungan = Sleep Quality and Insomnia Among General Practitioners in Jakarta and Related Factors.

Related Collection