Tesis

Neurological Soft Signs sebagai alat diagnostik Developmental Coordination Disorder = Neurological soft signs as a diagnostic test for developmental coordination disorder.

Latar belakang: Developmental coordination disorder (DCD) adalah suatu kondisi seorang anak mengalami ketidakmampuan untuk menguasai keterampilan motorik terkoordinasi yang mengganggu pencapaian akademik atau aktivitas sehari-harinya. Seringkali DCD underdiagnosed dan untuk menegakkan diagnosis membutuhkan instrumen pemeriksaan standar yang tidak semua dokter spesialis anak dapat melakukannya. Untuk itu dibutuhkan instrumen diagnosis bagi DCD yang lebih praktis, mudah digunakan serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Metode: Subjek berusia 6-12 tahun dari 3 sekolah dasar negeri (SDN) di Jakarta dan Tangerang yang dicurigai mengalami DCD berdasarkan Developmental Coordination Disorder Questionnaire versi Indonesia (DCDQ_INA). Pada seluruh subjek dilakukan pemeriksaan fisis dan neurologis untuk menyingkirkan kelainan neurologis yang tampak jelas dan kelainan lainnya yang dapat memengaruhi penampilan motorik. Seluruh subjek menjalani pemeriksaan neurological soft signs (NSS) yang terdiri atas 10 item pemeriksaan yang bersifat dikotom dan pemeriksaan standar Bruininks-Oseretsky Test 2 Short Form (BOT-2 SF). Subjek didiagnosis DCD bila skor BOT-2 SF dalam rentang below average dan well below average. Dihitung sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (PPV), dan nilai prediksi negatif (NPV) NSS untuk mendiagnosis DCD terhadap baku emas BOT-2 SF serta dilakukan analisis kurva receiver operating characteristics (ROC). Hasil: Dari 119 anak yang dicurigai DCD, didapatkan 65 anak lelaki dan mayoritas berusia pada rentang usia 10-11 tahun. Sebagian besar subjek (99,2%) positif setidaknya satu item pemeriksaan NSS dan pemeriksaan ‘jari ke hidung’ yang terbanyak positif (73,1%), diikuti asimetri (70,6%), dan aposisi jari (56,3%). NSS berhubungan bermakna dengan DCD apabila jumlah item NSS yang positif dua atau lebih (p = 0,013). Berdasarkan analisis kurva ROC diperoleh nilai cut-offyang memberikan sensitivitas dan spesifisitas optimal pada nilai ≥ 4 item positif, yaitu sensitivitas 71,7% dan spesifisitas 75% (area under curve (AUC) = 0,761; IK95% 0,641 – 0,881; p < 0,001). Simpulan: Pemeriksaan NSS dapat digunakan untuk mendiagnosis DCD pada anak usia 6 – 12 tahun pada nilai cut- off ≥ 4 item positif karena memiliki spesifitas yang baik yakni 75% dan sensitivitas 71,7%. Namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai validitas eksternal NSS sebagai alat diagnosis DCD.
Kata kunci: developmental coordination disorder, neurological soft signs, Bruininks-Oseretsky Test, uji diagnostik, sensitivitas, spesifisitas


Background: Developmental coordination disorder (DCD) is a motor coordination disorder that may affect academic performance and daily activity. DCD is often underdiagnosed, since diagnosis requires standardized examination instruments which are not commonly available in the pediatrician’s office. Therefore, there is a need for diagnostic tools for DCD that are more practical, easy to use, but have good sensitivity and specificity. Method: Subjects were recruited from 3 public elementary schools in Jakarta and Tangerang aged 6–12 years who were suspected of having DCD based on the Indonesian version of the Developmental Coordination Disorder Questionnaire (DCDQ_INA). All subjects underwent a physical and neurological examination to exclude obvious neurological deficit and other abnormalities that potentially affect motor performance. A neurological soft signs (NSS) examination battery consisting of 10 dichotomous items as well as the standard Bruininks-Oseretsky Test 2 Short Form (BOT-2 SF) was performed on all subjects. Subjects were diagnosed with DCD if the BOT-2 SF score was in the below-average or well-below-average range. We also computed the sensitivity, specificity, positive and negative predictive values of NSS to diagnose DCD with BOT-2 SF as the gold standard. A receiver operating characteristics (ROC) curve was done. Results: Out of the 119 children suspected of having DCD, 65 were boys, with the majority aged 10 to 11 years. Most respondents (99.2%) tested positive for at least one NSS item. The ‘finger-to-nose’ test had the highest positive rate (73.1%), followed by asymmetry (70.6%) and finger opposition (56.3%). There was a significant correlation between NSS and DCD when there were two or more positive NSS items (p = 0.013). ROC curve analysis revealed that a cut-off value of ≥4 positive items gave optimal sensitivity and specificity at 71.7% and 75%, respectively (area under curve = 0.761; 95%CI 0.641 to 0.881; p

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2024
Pengarang

Lisa Safira - Nama Orang
Mulya Rahma Karyanti - Nama Orang
Amanda Soebadi - Nama Orang

No. Panggil
T24382fk
Penerbit
Jakarta : Sp-2 Ilmu Kesehatan Anak.,
Deskripsi Fisik
xvii, 121 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T24382fkT24382fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Neurological Soft Signs sebagai alat diagnostik Developmental Coordination Disorder = Neurological soft signs as a diagnostic test for developmental coordination disorder.

Related Collection