Tesis

Efek Pemberian Injeksi Intravitreal Bevacizumab dengan Kombinasi Triamsinolon Asetonid terhadap Sensitivitas Retina dan Ketebalan Makula Sentral pada Pasien Edema Makula Diabetik Derajat Sedang-Berat = Efficacy of Intravitreal Bevacizumab Combined with Triamcinolone Acetonide on Retinal Sensitivity and Central Macular Thickness Changes in Patients with Moderate-toSevere Diabetic Macular Edema.

Latar Belakang: Saat ini, injeksi intravitreal anti-VEGF seperti Bevacizumab merupakan tatalaksana medikamentosa lini pertama pada DME. Namun monoterapi bevacizumab dinilai kurang efektif dalam mengobati DME derajat sedang-berat, sehingga meningkatkan jumlah re-injeksi dan peningkatan risiko kehilangan penglihatan permanen akibat edema makula berkepanjangan. Selain vascular endothelial growth factor (VEGF), mediator inflamasi juga berperan penting dalam pathogenesis DME. Oleh karena itu diperlukan terapi adjuvant pada kasus dengan respon terapi yang suboptimal. Tujuan: Mengetahui perbedaan perubahan sensitivitas retina, ketebalan makula sentral (CMT) dan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik (BCVA) sesudah dilakukan injeksi intravitreal Bevacizumab dengan kombinasi Triamsinolon Asetonid (TA) dibandingkan dengan monoterapi Bevacizumab pada pasien dengan edema makula diabetik derajat sedang-berat. Metodologi: Pada studi eksperimental lengan ganda dengan randomisasi block of four ini didapatkan sejumlah 28 subjek dengan CMT > 400 µm dibagi menjadi dua kelompok. Subjek pada kelompok intervensi diberikan injeksi kombinasi Bevacizumab 1,25 mg dan TA 2 mg intravitreal, sedangkan subjek kelompok kontrol hanya diberikan injeksi Bevacizumab 1,25 mg intravitreal. Evaluasi BCVA dan CMT dilakukan pada 1 minggu dan 1 bulan pasca injeksi, evaluasi sensitivitas retina pada 1 bulan pasca injeks, serta peningkatan TIO dan efek samping. Hasil: Pasca 1 bulan injeksi didapatkan penurunan CMT yang lebih besar yang bermakna pada kelompok intervensi (-269,1 (170-413) µm vs -133,6 (50-218) µm, p < 0,001), begitu juga dengan peningkatan sensitivitas retina yang lebih baik pada kelompok intervensi (2,4 (0,02-7,1) dB vs 1,3 (0,16-3,5) dB, p = 0,035). Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada luaran BCVA logMAR antar kedua kelompok (0.2 (0-0.5) vs 0.15 (0-0.5)), namun didapatkan 35,7% subjek pada kelompok intervensi mendapatkan perbaikan BCVA >10 huruf. Tidak didapatkan peningkatan TIO yang bermakna pada semua subjek. Kesimpulan: Terapi kombinasi bevacizumab dan TA ini terbukti efektif dan costeffective sebagai dalam menurunkan edema makula segera dan memperbaiki sensitivitas retina pada pasien DME derajat sedang-berat dan DME persisten.
Kata kunci: edema makula diabetik, injeksi triamsinolon intravitreal, anti-vascular endothelial growth factor, bevacizumab


Backgrounds: Intravitreal bevacizumab (IVB) monotherapy is less effective in treating moderate-to-severe diabetic macular edema (DME), potentially increasing the number of injections and the risk of permanent vision loss due to prolonged macular edema. In addition to vascular endothelial growth factor (VEGF), inflammatory mediators also play an important role in the pathogenesis of DME. Therefore, there is a need for additional treatment options for DME cases with suboptimal response to anti-VEGF therapy. Objectives: To compare the efficacy and safety of the combination of IVB and triamcinolone acetonide (TA) with IVB monotherapy in treating moderate to severe DME. Methods: In this double-arm randomized controlled trial study, a total of 28 DME patients with central macular thickness (CMT) >400 µm were assigned into two groups according to the therapeutic method: 1,25 mg of bevacizumab combined with 2 mg of TA as the intervention group and 1,25 mg of IVB monotherapy as the control group. Best corrected visual acuity (BCVA) and CMT were observed at 1 week and 1 month follow-up, retinal sensitivity was observed at 1 month followup, as well as increased IOP and other side effects. Results: CMT reduction after 1 month were higher in the intervention group with statistically significant different (-269,1 µm vs -133,6 µm, p < 0,001) as well as retinal sensitivity improvement also better in the intervention group (2,4 dB vs 1,3 dB, p = 0,035). But there was no statistically different in BCVA changes after 1 month follow-up (0,2 vs 0,15, p= 0,874) between the groups, even though 35,7% of the intervention group has gained more than 10 BCVA letters. No significant increase in IOP were observed at the end of the follow-up. Conclusions: IVB combined with TA injections had a greater reduction in CMT and improvement in retinal sensitivity. It is effective and cost-effective to treat moderate-to-severe or persistent DME by utilizing TA as an adjunct to anti-VEGF.
Keywords: diabetic macular edema; intravitreal triamcinolone; anti-vascular endothelial growth factor, bevacizumab

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2024
Pengarang

Ridho Ranovian - Nama Orang
Andi Arus Victor - Nama Orang
Anggun Rama Yudantha - Nama Orang
Retno Asti Werdhani - Nama Orang
Astrianda N. Suryono - Nama Orang

No. Panggil
T24083fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Mata.,
Deskripsi Fisik
xv, 107 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T24083fkT24083fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Efek Pemberian Injeksi Intravitreal Bevacizumab dengan Kombinasi Triamsinolon Asetonid terhadap Sensitivitas Retina dan Ketebalan Makula Sentral pada Pasien Edema Makula Diabetik Derajat Sedang-Berat = Efficacy of Intravitreal Bevacizumab Combined with Triamcinolone Acetonide on Retinal Sensitivity and Central Macular Thickness Changes in Patients with Moderate-toSevere Diabetic Macular Edema.

Related Collection