Tesis
Perbedaan Protokol Pembuatan Tetes Mata Serum Darah Perifer Manusia dan Efek Pemberiannya terhadap Penyembuhan Kornea Pasca Trauma Kimia Basa: Evaluasi Klinis dan Histopatologi Kornea pada Kelinci = Protocol Difference in the Preparation of Human Peripheral Blood Serum Eyedrops and Their Effects on Corneal Healing after Alkali Burn: Clinical Evaluation and Corneal Histopathology on Rabbits.
Latar Belakang: Pada kasus trauma kimia basa, penggunaan tetes mata serum darah dapat memberikan suplai tambahan bagi komponen protein dan growth factor yang dapat membantu regenerasi epitel. Hingga saat ini belum ada protokol standar di seluruh dunia mengenai cara pembuatan tetes mata serum darah. Perbedaan protokol pembuatan dapat menghasilkan kapasitas epiteliotropik yang inkonsisten dan berpengaruh pada luaran klinis dan histopatologis. Tujuan: Menilai perbandingan efek pemberian tetes mata serum darah perifer manusia dengan protokol pembuatan yang berbeda terhadap penyembuhan kornea pasca trauma kimia basa pada hewan coba kelinci. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain acak pada kelinci yang dilakukan trauma kimia basa pada mata kanan. Kelinci dirandomisasi dan dibagi menjadi tiga kelompok terapi, yaitu plasebo, serum protokol Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dan serum protokol Liu et al. Pada protokol RSCM digunakan kecepatan sentrifugasi 1780g selama 1 jam tanpa waktu pembekuan ataupun pengenceran, sedangkan pada protokol Liu et al. dilakukan waktu pembekuan selama 120 menit, sentrifugasi dengan kecepatan 3000 g selama 15 menit dan konsentrasi 25% dengan balanced salt solution (BSS) sebagai zat pengencer. Penetesan dilakukan selama 4x/hari dan juga dilakukan pada mata kiri kelinci untuk melihat kemungkinan reaksi penolakan dan iritasi. Penilaian klinis berupa derajat kekeruhan, derajat neovaskularisasi, ukuran defek, laju penyembuhan dilakukan pada hari ke-0, 1, 3, 7 dan 14. Setelah hari ke-14, dilakukan enukleasi dan kemudian dilakukan juga penilaian histopatologis berupa skor epitel, skor neovaskularisasi, skor PMN dan ekspresi α-smooth muscle actin (α- SMA). Hasil: Sebanyak 12 kelinci (24 mata) terbagi dalam tiga kelompok perlakuan. Pada hari ke-14, kelompok yang mendapatkan serum protokol Liu et al. mengalami derajat kekeruhan kornea yang lebih rendah (p=0,005) dibandingkan kelompok terapi lain. Defek epitel pada kelompok kelinci yang mendapatkan terapi serum protokol Liu et al. mengalami penurunan ukuran yang signifikan pada hari ke-1 (p=0,012) dan laju penyembuhan yang paling cepat pada hari ke-0 hingga hari ke-1 (p=0,028). Tidak ditemukan efek samping maupun iritasi pada seluruh mata kiri kelinci. Secara histopatologis, tidak terdapat perbedaan bermakna pada skor epitel, skor neovaskularisasi, skor PMN dan ekspresi α-SMA. Pada pengamatan kualitatif, didapatkan epitel menipis yang mengarah ke proses ulserasi pada kelompok yang mendapatkan terapi serum protokol RSCM dan plasebo. Kesimpulan: Penggunaan serum protokol Liu et al. memberikan luaran klinis lebih baik dalam hal derajat kekeruhan, ukuran defek epitel dan laju penyembuhan. Pada luaran histopatologis, tidak terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok terapi.
Kata Kunci: protokol pembuatan; tetes mata serum darah perifer manusia; trauma kimia basa
Background: In cases of alkali burn, the use of blood serum eyedrops may supply protein and growth factor which boost epithelial regeneration. To date, no standard protocol has been established worldwide for the preparation of blood serum eyedrops. Differences in the preparation protocol may lead to inconsistencies in epitheliotropic capacity, which affect the clinical and histopathological outcomes. Objective: To compare and to assess the effects of administering blood serum eyedrops with different preparation protocols on the corneal healing process of rabbit test subjects after alkali burn. Methods: This was a randomized experimental study on rabbits which were subjected to alkali burn on their right eyes. The rabbits were randomized and split into three different treatment groups: placebo, Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) protocol serum, and Liu et al. protocol serum. The RSCM protocol serum was prepared with a centrifugation speed of 1780g for 1 hour without clotting or dilution, whereas the Liu et al. protocol serum included clotting time of 120 minutes, centrifugation at 3000g for 15 minutes, and dilution to 25% concentration using balanced salt solution (BSS) as the diluent. The eyedrops were given 4x/day and was also given on the left eyes to assess the potential of rejection and irritation. Clinical assessment of degree of haziness, degree of neovascularization, defect size, and healing rate were done on day 0, 1, 3, 7, and 14. On day 14, enucleation was performed and histopathological examination was done to assess the epithelial, neovascularization, and PMN scores, as well as α-smooth muscle actin (α- SMA) expression. Results: A total of 12 rabbits (24 eyes) were divided into three treatment groups. On day 14, the lowest degree of corneal haziness was found in the Liu et al. protocol serum group (p=0.005) compared to the other two groups. This group also had a significant decrease in epithelial defect size on day 1 (p=0.012) and the quickest healing rate from day 0 to day 1 (p=0.028). No side effects or irritation was observed on the left eyes of the rabbits. Histopathologically, there was no significant difference in epithelial, neovascularization, and PMN scores, as well as α-SMA expression, among the three groups. Through qualitative assessment, there were some rabbits in the placebo and RSCM protocol group with epithelial thinning which led to ulceration. Conclusion: The usage of Liu et al. protocol serum provided better clinical outcomes in terms of degree of haziness, size of epithelial defect, and healing rate. No significant difference in histopathological outcomes was observed among the three treatment groups.
Keywords: preparation protocol; human peripheral blood serum eyedrops; alkali burn
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2023
- Pengarang
-
Theresia Kania - Nama Orang
Melva Louisa - Nama Orang
Syska Widyawati - Nama Orang
Eka Susanto - Nama Orang
Made Susiyanti - Nama Orang - No. Panggil
-
T23317fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Mata., 2023
- Deskripsi Fisik
-
xvii, 129 hlm. ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
T23317fk | T23317fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi