Tesis

Perbandingan Prevalensi Dan Profil Penuaan Kulit Pada Laki-Laki Populasi Angkatan Darat Kecabangan Infanteri Dan Administrasi Usia 30-42 Tahun Berdasarkan Dermoscopy Photoaging Scale = Comparison of Prevalence and Profile of Skin Aging in Male Population of Infantry and Administrative Corps, Aged 30-42 Years, Based on Dermoscopy Photoaging Scale.

Latar Belakang: Penuaan kulit (PK) terdiri atas dua proses, yakni penuaan intrinsik dan ekstrinsik. Proses PK ekstrinsik terutama dipengaruhi oleh pajanan sinar ultraviolet (UV) atau photoaging, dan faktor lain yakni kebiasaan merokok dan penyalahgunaan alkohol. Terdapat berbagai metode penilaian photoaging, salah satunya adalah dermoscopic photoaging scale (DPAS), metode ini bersifat objektif dan non invasif. Populasi militer, terutama kecabangan yang banyak melakukan aktivitas luar ruangan yaitu infanteri, rentan terhadap pajanan UV yang dapat mempercepat proses PK. Tujuan: Menilai Profil PK akibat pajanan UV (photoaging) pada laki-laki militer usia 30-42 tahun dan membandingkan antara kelompok infanteri dan kelompok administrasi yakni kesehatan militer (CKM) menggunakan DPAS. Selanjutnya mengevaluasi hubungan antara profil PK kedua kecabangan tersebut dengan kebiasaan konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional, dilaksanakan di Jakarta Timur pada bulan Mei 2023. Subjek penelitian (SP) adalah anggota TNI Angkatan Darat (TNI AD) kecabangan infanteri, dan CKM. Kriteria penerimaan subjek penelitian yaitu laki-laki TNI AD, berusia 30-42 tahun, telah bekerja sebagai anggota TNI AD selama 6 tahun, dengan tipe kulit Fitzpatrick III-VI. Kriteria penolakan termasuk riwyat pemakaian berbagai obat yang memengaruhi proses PK dan diskromia, obat-obatan sistemik, riwayat tindakan kosmetik dalam 1 tahun terakhir, riwayat infeksi dan kelainan kulit dalam 6 bulan terakhir, serta kebiasaan menggunakan tabir surya denga rutin. Pemeriksaan PK dengan metode DPAS meliputi 11 gambaran kriteria penuaan. Pengolahan data dengan two sample T-test untuk melihat profil PK per regio wajah pada kedua kelompok, dan uji korelasi untuk melihat kaitan kebiasaan merokok dengan profil PK per regio wajah pada kelompok administrasi. Nilai p < 0.05 dinilai bermakna secara statistik. Hasil: Sebanyak 40 subjek penelitian dengan rerata usia 36,20 tahun ± 3,87 untuk kelompok infanteri, dan 35,05 tahun ± 3,07 untuk kelompok CKM. Seluruh SP menunjukkan hasil skor total DPAS (StDPAS) > 1. Ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik antara kedua kelompok uji untuk StDPAS, skor DPAS di regio pipi kanan dan pipi kiri (p < 0,05). Kriteria DPAS yang paling sering ditemukan yaitu efelid/lentigo, yellow papules, superficial wrinkles, dan ada 2 SP dengan aktinik keratosis dari kelompok infanteri. Kebiasaan merokok terhadap nilai DPAS pada setiap regio wajah tidak bermakna secara statistik, dan pada penelitian ini tidak ada SP yang minum alkohol sehingga kaitan antara PK dengan kebiasaan konsumsi alkohol tidak dapat dinilai. Kesimpulan: Berdasarkan metode DPAS, tidak didapatkan perbedaan prevalensi photoaging antara kelompok infanteri dan CKM. Namun StDPAS kelompok infanteri lebih besar dibandingkan CKM. Dengan perbedaan nilai skor DPAS yang bermakna di regio pipi kanan dan pipi kiri dibandingkan regio wajah lain.
Kata kunci: anggota TNI AD, infanteri, kesehatan militer, dermoscopic photoaging scale, penuaan kulit


Background: Skin aging has two main processes, namely intrinsic and extrinsic. The extrinsic process is influenced by primarily affected by exposure of ultraviolet (UV) radiation or photoaging, other factors including smoking and alcohol abuse. There are various methods of assessing photoaging, one of which is the dermoscopic photoaging scale (DPAS), which is objective and non-invasive. The military population, especially those involved in outdoor activities such as infantry, are vulnerable to UV exposure, which can accelerate the process of skin aging. Objective: Assessing the profile of skin aging caused by UV radiation (photoaging) in male military personnel aged 30-42 years and comparing between the infantry group and the military administration group namely medical service using DPAS. Then further evaluate the relationship between the prevalence of aging in both groups with alcohol consumption and smoking habits. Method: This study is descriptive analytic research with cross-sectional design. The research subjects were members of Indonesian Armed Forces of infantry and medical service corpses. The inclusion criteria for research subjects are males who work as Indonesian Army personnel, aged 30-42 years, have been serving in Indonesian Army for 6 years, with Fitzpatrick skin types III-VI. Exclusion criteria include the use of medications that affect the skin aging process and discoloration, systemic medications, a history of cosmetic procedures within the past year, existing skin diseases, history of skin infections within the past 6 months and regular sunscreen use. The assessment of skin aging is based on DPAS, which includes 11 criteria for aging. Data processing involves the use of two-sample t-tests to examine the profile of skin aging per facial region in both groups, and correlation test to evaluate the effect ofsmoking habits and the profile ofskin aging per facial region in the administration group. A p-value < 0.05 is considered statistically significant. Results: A total of 40 research subjects with a mean age of 36.20 years ± 3.87 for the infantry group, and 35.05 years ± 3.07 for the administration group. All participants showed total score ofDPAS (TsDPAS) >1. A significant difference in the mean of total TsDPAS, DPAS score on right and left cheeck were found between the two groups (p < 0.05). The most frequently found DPAS criteria being ephelides/lentigines, yellow papules and superficial wrinkles, and 2 subjects from the infantry group had actinic keratosis. There was no statistically significant association between smoking habits and DPAS scores in each facial region. Conclusion: Based on DPAS method, there is no prevalence difference of photoaging in both groups. But infantry's TsDPAS was greater than military health’s TsDPAS, with a significant difference in the DPAS score in the right and left cheek region compared to other facial regions.
Keywords: Indonesian army personnel, infantry, medical service, dermoscopic photoaging scale, skin aging

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2023
Pengarang

Diah Pitaloka DMP - Nama Orang
Adhimukti T. Sampurna - Nama Orang
Wresti Indriatmi - Nama Orang
Windy Keumala Budianti - Nama Orang
Muhammad Ilyas - Nama Orang

No. Panggil
T23284fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venerologi.,
Deskripsi Fisik
xx, 80 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T23284fkT23284fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Perbandingan Prevalensi Dan Profil Penuaan Kulit Pada Laki-Laki Populasi Angkatan Darat Kecabangan Infanteri Dan Administrasi Usia 30-42 Tahun Berdasarkan Dermoscopy Photoaging Scale = Comparison of Prevalence and Profile of Skin Aging in Male Population of Infantry and Administrative Corps, Aged 30-42 Years, Based on Dermoscopy Photoaging Scale.

Related Collection