Tesis

Evaluasi efek tidak diinginkan akibat interaksi obat pada pasien SLE di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo = Evaluation of undesirable effects due to drug interactions in SLE patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.

Pendahuluan: Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan penyakit autoimun kronik progresif yang mempengaruhi sistem multiorgan dengan manifestasi klinis dan laboratorium yang bervariasi. Terapi SLE dapat mencakup kortikosteroid (KS), hidroksiklorokuin, imunosupresan lainnya serta obat tambahan sehingga berpotensi menimbulkan interaksi obat dan efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi kejadian interaksi obat dan efek samping akibat interaksi obat pada pasien SLE. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik, potong lintang, dengan mengambil data rekam medis pasien baru SLE yang mendapat setidaknya 1 obat imunosupresan di Alergi Imunologi Klinik KSM Ilmu Penyakit Dalam periode Januari 2019-September 2022. Potensi interaksi obat dinilai saat awal pasien terkonfirmasi SLE dan mendapat obat imunosupresan, kemudian dievaluasi setiap kontrol ke poliklinik; untuk menilai adanya kejadian ESO akibat interaksi obat. Analisis kausalitas dilakukan menggunakan Drug Interaction Probability Score (DIPS) dan WHO-Uppsala Monitoring Centre (WHO-UMC) pada pasangan obat yang menimbulkan ESO. Penilaian aktivitas penyakit pada SLE dilakukan dengan menggunakan skor MEXSLEDAI, nilai anti dsDNA dan pengukuran kuantitatif proteinuria (PUK). Hasil: Terdapat 91% subjek (121 dari 133) yang mengalami PIO. Jumlah kejadian PIO mayor, moderate dan minor berturut turut 46,6%, 85% dan 25,6%. Proporsi pasien SLE yang mengalami ESO akibat interaksi obat mayor 4,1%, moderate 20,3% dan minor 0,8%. ESO akibat interaksi obat meliputi penurunan absorbsi HCQ, mielosupresi, inhibisi metabolisme MP, hipertensi tidak terkontrol dan penurunan efek sukralfat. Tidak didapatkan perbedaan perubahan nilai skor MEXSLEDAI, anti dsDNA dan proteinuria kuantitatif (PUK) bulan ke 6 dibandingkan baseline antara kelompok dengan interaksi obat dan tanpa interaksi obat. Kesimpulan: Didapatkan 90,97% pasien SLE yang mengalami potensi interaksi obat, dan 25,2% di antaranya mengalami efek samping akibat interaksi obat. Efek interaksi obat terhadap aktivitas penyakit perlu dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan metode penelitian yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian
Kata kunci: SLE, efek samping obat (ESO), interaksi obat (IO), ESO akibat IO, aktivitas penyakit MEXSLEDAI, anti dsDNA, proteinuria kuantitatif (PUK)



Introduction: Systemic lupus eritematosus (SLE) is an autoimmune and chronic progressive disease which affect multiorgan, with various clinical manifestation and laboratorium result. The treatment modality includes corticosteroid (CS), hydroxychloroquine, other imunosuppresant agents and adjunct treatment that increase the potential to have drug interaction and adverse drug event. Methods: This observational study (cross sectional), will look into medical records ofthe SLE patients, that receive at least 1 imunosupresant in Alergy Imunology Clinic KSM Ilmu Penyakit Dalam RSCM, during Januari 2019-September 2022. Drug interaction potential was evaluated after SLE diagnosis confirmation and patients receive immunosuppressant, and in each visit records we look for the adverse drug reaction that could occur due to drug interaction. The causality assessment tools is Drug Interaction Probability Score (DIPS) and WHO-Uppsala Monitoring Centre (WHO-UMC) for the drug pair that create ADR. The SLE disease activity evaluation will use MEXSLEDAI scores, anti dsDNA and quantitative proteinuria (PUK). Results: Theres 91% (121 from 133) Drug Interaction Probability (DIP). DIP major, moderate and minor 46,6, 85% and 25,6%. The proportion of patient having ADR caused by drug interaction mayor 4,1%, moderate 20,3% and minor 0,8%. The ADR consists decreased HCQ absorbtion, myelosuppresion, methylprednisolone (MP) metabolism inhibition, uncontrolled hypertension and sucralfate reduced efficacy. Theres no differences in MEXSLEDAI score, anti dsDNA and PUK values after 6 months compared to baseline in group without drug interaction vs with drug interactionss. Conclusion: 90,9% SLE patients have DIP and 25,2% have ADR caused by drug interaction 25,2%. The influence of drug interaction effects to SLE disease activity need to be evaluate further with adequate sample size.
Key words: SLE, adverse drug reaction (ADR), drug interaction (DI), ADR due to DI, disease activity, MEXSLEDAI, anti dsDNA, quantitative proteinuria (PUK)

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2022
Pengarang

Litacha Tamlicha - Nama Orang
Alvina Widhani - Nama Orang
Instiaty - Nama Orang
Vivian Soetikno - Nama Orang

No. Panggil
T22501fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Farmakologi Klinik.,
Deskripsi Fisik
xv, 113 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T22501fkT22501fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Evaluasi efek tidak diinginkan akibat interaksi obat pada pasien SLE di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo = Evaluation of undesirable effects due to drug interactions in SLE patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.

Related Collection