Text

Effects of Fasting on Malondialdehyde (MDA) Level in New Zealand White Rabbits Brain = Pengaruh Puasa terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) pada Otak Kelinci New Zealand White.

Background: Oxidative stress is the imbalance between oxidants and antioxidants. It is a part of the pathogenesis of many diseases. Studies have shown that intermittent fasting may improve overall fitness and health indicators. It is not known whether intermittent fasting can reduce the amount of lipid peroxidation happening in the brain. Lipid peroxidation produces reactive oxygen species (ROS) which contributes to oxidative stress and end products like reactive aldehydes (e.g. malondialdehyde (MDA)). Objective: The purpose of this study is to measure the concentration ofMDA in the brain tissue of New Zealand white rabbits that undergo intermittent fasting (IF) for 16 hours and prolonged fasting (PF) for 40 hours; and see if there is a significant change of MDA concentration. Methods: For seven days, 16 animal subjects were put into three dietary regimens: ad libitum (n = 5), IF (n = 5), and PF (n = 6). The brain tissue is then extracted, homogenized, and centrifuged. Thiobarbituric reactive substances (TBARS) assay was conducted to determine MDA level. Absorbance was read by a spectrophotometer at a wavelength of 530 nm. Concentration was extrapolated from the absorbance. One-way analysis of variance (ANOVA) compared the effect of the different regimens on the MDA concentration. Results: The level of MDA in the brain tissue ofthe control group (n = 5) averaged 0.438 nmol/mg (SD = 0.15595); IF group (n = 5) at 0.614 nmol/mg (SD = 0.25076); and PF group (n = 6) at 0.3767 nmol/mg (SD = 0.31753). The ANOVA test showed a statistically insignificant result (F(2,13) = [1.227], p = 0.325). Conclusion: IF and PF for one week does not result in a statistical significance difference on MDA concentration in the brain of New Zealand white rabbits.
Keywords: malondialdehyde, fasting, intermittent, New Zealand white rabbit



Latar Belakang: Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan. Hal ini adalah bagian dari patogenesis banyak penyakit. Literatur menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat meningkatkan kebugaran dan indikator kesehatan. Namun, tidak diketahui apakah puasa intermiten dapat mengurangi jumlah peroksidasi lipid yang terjadi di otak. Peroksidasi lipid menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang berkontribusi terhadap stres oksidatif dan produk akhir seperti aldehida reaktif (misalnya malondialdehid (MDA)). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi MDA pada jaringan otak kelinci New Zealand White yang menjalani puasa intermiten (IF) selama 16 jam dan puasa berkepanjangan (PF) selama 40 jam; dan melihat apakah ada perubahan yang signifikan dari konsentrasi MDA. Metode: Selama tujuh hari, 16 subjek hewan dimasukkan ke dalam tiga regimen diet: ad libitum (n = 5), IF (n = 5), dan PF (n = 6). Jaringan otak kemudian diekstraksi, dihomogenisasi, dan disentrifugasi. Uji thiobarbituric (TBARS) dilakukan untuk menentukan kadar MDA. Absorbansi dibaca oleh spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Analisis variansi satu arah (ANOVA) membandingkan efek regimen yang berbeda pada konsentrasi MDA. Hasil: Kadar MDA di jaringan otak pada kelompok kontrol (n = 5) rata-rata 0,438 nmol/mg (SD = 0,15595); grup IF (n = 5) pada 0,614 nmol/mg (SD = 0,25076); dan kelompok PF (n = 6) pada 0,3767 nmol/mg (SD = 0,31753). Uji ANOVA menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik (F(2,13) = [1,227], p = 0,325). Kesimpulan: Kesimpulan: IF dan PF selama satu minggu tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada konsentrasi MDA otak kelinci New Zealand White.
Keywords: malondialdehyde, puasa, intermiten, kelinci New Zealand White