Skripsi

Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Diabetes Melitus dengan Kejadian Selulitis pada Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2017 – 2019.

Latar belakang: Selulitis merupakan infeksi kulit yang relatif umum terjadi dan merupakan salah satu jenis pioderma yang paling umum. Prevalensi pasien rawat jalan dengan selulitis adalah 4,6 juta pada tahun 1997 dan meningkat menjadi 9,6 juta pada tahun 2005 di Amerika Serikat. Selama periode itu, kejadian selulitis meningkat dari 17,3 menjadi 32,5 per 1000 penduduk. Terdapat 29 kasus selulitis pada tahun 2012 – 2014 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Selulitis paling sering terjadi pada orang dewasa paruh baya dan lanjut usia. Angka kejadian selulitis adalah 24,6 per 1000 penduduk per tahun dengan insiden lebih tinggi pada orang berusia 45-65 tahun. Selain peningkatan usia, jenis kelamin dan diabetes melitus juga dapat meningkatkan risiko selulitis, di mana penelitian lain menunjukkan bahwa kejadian selulitis ditemukan lebih tinggi pada pria serta kelebihan berat badan dan diabetes melitus merupakan faktor predisposisi infeksi umum seperti selulitis. Tujuan kami adalah untuk menilai hubungan antara usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dan selulitis pada pasien rawat inap dan rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Meskipun telah ada penelitian yang meneliti hubungan antara faktor risiko selulitis dan selulitis di negara lain, jumlah penelitian mengenai hubungan antara usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dengan kejadian selulitis di Indonesia masih terbatas. Jadi, usia, jenis kelamin dan diabetes mellitus dapat meningkatkan risiko selulitis, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti hubungan antara usia, jenis kelamin dan diabetes mellitus. Metode: Studi cross sectional dilakukan dengan total 131 subyek. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yang merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien dikonsulkan ke Departemen Dermatologi dan Venereologi, antar Departemen, di dalam atau dari Luar RSCM Tahun 2017-2019, dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan kejadian selulitis dengan p-value = 0,044, namun tidak ada hubungan antara kejadian selulitis dan jenis kelamin (p-value = 0,433). Selain itu, ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian selulitis dengan p-value = 0,035. Kesimpulan: Penelitian ini menegaskan bahwa ada hubungan antara usia dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor usia dan diabetes melitus dapat meningkatkan risiko mengembangkan selulitis. Studi lebih lanjut dengan pengaturan yang berbeda akan berguna untuk menilai hubungan sebab dan akibat.
Kata kunci: selulitis, usia, jenis kelamin, diabetes melitus



Introduction: Cellulitis is relatively common skin infection and one ofthe most common type of pyoderma. The prevalence of outpatients with cellulitis was 4.6 million in 1997 and increased to 9.6 million in 2005 in the United States. During that period, the incidence of cellulitis increased from 17.3 to 32.5 per 1000 population. There were 29 cases of cellulitis in 2012 – 2014 at RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Cellulitis occurs most often in middle-aged adults and elderly. The incidence rate ofcellulitis is 24.6 per 1000 population per year with a higher incidence in people aged 45-65 years. Other than increasing age, gender and diabetes mellitus also may increase the risk of cellulitis, where other studies showed that the incidence ofcellulitis was found to be higher in men and that excess body weight and diabetes mellitus predispose to common infections such as cellulitis. Our aim is to assess the relationship between age, gender, diabetes mellitus and cellulitis within inpatient and outpatient settings of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Although there have been studies that examine the relationship between the risk factors of cellulitis and cellulitis in other countries, the amount of study regarding the relationship between age, gender, diabetes mellitus and cellulitis in Indonesian clinical care setting is still limited. In conclusion, age, gender and diabetes mellitus may increase the risk of cellulitis, however, further study that examines the relationship between age, gender and diabetes mellitus must be done. Method: A cross sectional study was conducted with a total of 131 subjects. The data used in this study, which is secondary data in the form ofmedical records ofpatients who were consulted to the outpatient and inpatient settings ofDepartment ofDermatology and Venereology RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2017-2019, went through univariate and bivariate analysis. Result: Our result shows that there is a relationship between age and the incidence of cellulitis with a p-value = 0.044, but there was no relationship between the incidence of cellulitis and gender (p-value = 0.433). In addition, there is a relationship between diabetes mellitus and the incidence of cellulitis with p-value = 0.035. Conclusion: This study confirms that there is a relationship between age and diabetes mellitus and the incidence of cellulitis. These findings indicate that these factors could increase the risk of developing cellulitis. Further studies with different setting would be useful for assessing the cause and effect relationship of these measures.
Keywords: cellulitis, age, gender, diabetes mellitus

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2022
Pengarang

Rifda Hanun Shalihah - Nama Orang
Sandra Widaty - Nama Orang

No. Panggil
S22074fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 Reguler.,
Deskripsi Fisik
xii, 43 hlm. ; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
S22074fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
S22074fkS22074fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Diabetes Melitus dengan Kejadian Selulitis pada Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2017 – 2019.

Related Collection