Tesis
Perbandingan Perubahan Interval QTc Pasien Tuberkulosis Resistan Obat dengan Paduan Delamanid dibandingkan Shorter Treatment Regimens = Comparison of QTc Interval Changes in Drug-Resistant Tuberculosis Patients with Delamanid-containing Regimens versus Shorter Treatment Regimens with Injection.
Pendahuluan: Delamanid (DLM) merupakan obat baru yang dikembangkan sebagai obat tuberkulosis resistan obat (TB-RO). Obat ini sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 2019, walaupun dengan data keamanan yang masih terbatas. DLM diketahui dapat menginhibisi kanal kalium hERG sehingga berpotensi menyebabkan gangguan repolarisasi jantung seperti pemanjangan interval QT hingga risiko Torsades de pointes (TdP). Sejauh ini, belum ada data keamanan DLM di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan interval QTc pada pasien TB-RO yang mendapatkan paduan DLM dibandingkan dengan kelompok tanpa paduan DLM yakni shorter treatment regimens (STR) dengan injeksi di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder di RSPG Cisarua dan RSSA Malang. Nilai interval QTc dan perubahan nilai interval QTc dari baseline (ΔQTc) akan dinilai selama 24 minggu yang dihitung dengan menggunakan metode Fridericia (QTcF). Nilai interval QTc dan ΔQTc akan dibandingkan dengan historical control yaitu STR dengan injeksi. Hasil: Dari 99 subjek yang mendapatkan DLM, hanya 31 subjek yang memiliki data EKG untuk dievaluasi, sedangkan pada kelompok STR dengan injeksi terdapat 76 dari 78 subjek yang memenuhi kriteri inklusi. Peningkatan rerata interval QTc dan ΔQTc pada kelompok DLM dan STR dengan injeksi terjadi sejak minggu pertama pengobatan. Peningkatan interval QTc maksimum setelah pengobatan lebih kecil pada kelompok DLM dengan mean difference 18,6 (95%IK 0,3 sampai 37,5) milidetik (p=0,05), serta ΔQTc yang lebih kecil pada kelompok DLM dengan mean difference 31,6 (95%IK 14,1 sampai 49,1) milidetik (p=0,01). Adapun proporsi pemanjangan interval QTc yang lebih kecil pada kelompok DLM dibandingkan STR dengan injeksi (RR= 0,62; 95%IK 0,42 sampai 0,93; p=0,029). Selain itu, gejala gastrointestinal merupakan gejala yang paling sering dilaporkan pada kelompok dengan paduan mengandung DLM. Kesimpulan: Penelitian ini mengindikasikan paduan mengandung DLM cenderung lebih sedikit meningkatkan interval QTc dibandingkan kelompok STR dengan injeksi. Akan tetapi, pemantauan ketat risiko pemanjangan interval QT perlu dilakukan pada penggunaan obat yang berisiko memperpanjang interval QT.
Kata Kunci: delamanid, TB-RO, pemanjangan interval QT, farmakovigilans
Backgrounds: Delamanid (DLM) is considered a new tuberculosis resistant (TB-RO) drug and has been used in Indonesia since 2019, even though with its limited safety data. It is known that DLM inhibits hERG potassium channel which has the potential to cause cardiac repolarization disorders such as QT prolongation which eventually leads to a risk of Torsades de pointes (TdP). Up until now, there is no safety data of DLM in Indonesia. This study aims to analyze the QTc interval changes in TB-RO patients who received the DLM-containing regimens compared to the shorter treatment regimens (STR) with injection in Indonesia. Methods: This is a retrospective cohort study which uses secondary data at RSPG Cisarua and RSSA Malang. The value of the QTc interval and the changes in the value of the QTc interval from the baseline (ΔQTc) will be assessed for a period of 24 weeks and was calculated using the Fridericia method (QTcF). The QTc interval and ΔQTc values will be compared with the historical control which is STR with injection.. Results: There are 31 of 99 subjects who received DLM-containing regimens and 76 of 78 subjects who received STR with injection who met the inclusion criteria. The mean QTc interval and ΔQTc in both groups occurred since the first week of treatment. The increase of QTc interval maximum after treatment was smaller in the DLM group with mean difference 18.6 miliseconds (95%CI 0.3 to 37.5) (p=0,05). In the DLM group, the increase of ΔQTc is less compare to STR with injection group with mean difference 31.6 milliseconds (95%CI 14.1 to 49.1) (p=0.01). The proportion of QTc interval prolongation was smaller in the DLM group than the STR with injection (RR= 0.62; 95%CI 0.42 to 0.93; p=0.029). In addition, gastrointestinal symptoms were the most frequently reported symptoms in the DLM group. Conclusion: This study indicate that DLM-containing regimens is less likely to increase the QTc interval compared to the STR group with injection. However, close monitoring of the risk of QT prolongation needs to be carried out upon the use of QT prolonging drugs.
Keyword: delamanid, TB-RO, QT prolongation, pharmacovigilance
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2022
- Pengarang
-
Jefman Efendi Marzuki HY - Nama Orang
NAFRIALDI - Nama Orang
NENI Sawitri - Nama Orang
PURWANTYASTUTI - Nama Orang - No. Panggil
-
T22133fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Farmakologi Klinik., 2022
- Deskripsi Fisik
-
xviii, 108 hal; ill; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
T22133fk | T22133fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi