Tesis

Pengaruh Pemberian Glutamin Intravena Terhadap Kejadian Aritmia Pascaoperasi Bedah Pintas Arteri Koroner dengan Mesin Pintas Jantung Paru pada Pasien dengan Fraksi Ejeksi Rendah = Intravenous glutamin administration reduces the incidence of postoperative arrhythmias in patients with low ejection fraction undergo coronary artery bypass graft surgery using cardiopulmonary bypass.

Latar Belakang: Bedah pintas arteri koroner (BPAK) merupakan salah satu modalitas dalam penatalaksanaan penyakit jantung koroner, dengan teknik yang paling umum digunakan adalah dengan penggunaan mesin PJP. Pasien-pasien dengan fraksi ejeksi (FE) rendah memiliki risiko tersendiri apabila akan dilakukan operasi bedah pintas arteri koroner. BPAK dengan mesin PJP memiliki risiko cedera miokard yang diakibatkan dari periode iskemia, reperfusi, dan inflamasi yang dapat mengakibatkan aritmia pascaoperasi. Aritmia terjadi pada 5-40% pasien setelah BPAK dan meningkatkan mortalitas serta morbiditas pada periode pascaoperasi. Glutamin merupakan salah satu asam amino yang memiliki efek protektif terhadap jantung dengan menurunkan mediator inflamasi, menurunkan ekspresi induced nitrous oxide synthase (iNOS), dan kerusakan oksidatif akibat radikal bebas sehingga dapat menurunkan efek cedera miokard dan dihipotesiskan menurunkan kejadian aritmia pascaoperasi BPAK. Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif pada pasien penyakit jantung koroner dengan fraksi ejeksi rendah yang menjalani BPAK menggunakan mesin PJP. Subjek dibagi menjadi kelompok yang mendapat glutamin intravena praoperasi dan tidak mendapat glutamin intravena praoperasi. Luaran yang dinilai pada penelitian ini adalah kejadian aritmia pascaoperasi secara keseluruhan, aritmia ventrikel dan aritmia supraventrikel pascaoperasi BPAK Hasil: Pada kelompok yang mendapat glutamin intravena praoperasi memiliki kejadian aritmia pascaoperasi yang lebh rendah secara bermakna yaitu 16,7%, dibandingkan kelompok yang tidak mendapat glutamin intravena praoperasi yaitu 40% (p=0,045). Kejadian aritmia atrium pascaoperasi juga lebih rendah secara bermakna pada kelompok yang mendapat glutamin intravena praoperasi, yaitu 26,7% dibandingkan kelompok yang tidak mendapat glutamin intravena praoperasi yaitu 73,3% (p=0,026), namun pada kejadian aritmia ventrikel pascaoperasi tidak ada perbedaan bermakna (p=0,74). Kesimpulan: Pada pasien dengan fraksi ejeksi rendah yang menjalani BPAK menggunakan mesin PJP, pemberian glutamin intravena praoperasi dapat menurunkan angka kejadian aritmia pascaoperasi
Kata Kunci: Penyakit jantung koroner, bedah pintas arteri koroner, glutamin, aritmia pascaoperasi


Background: Coronary artery bypass graft surgery (CABG) is one of the modalities in treating coronary artery disease, with the most common technique of using cardiopulmonary bypass (CPB). Low ejection fraction (EF) increases the risk of morbidity and mortality in patients undergoing CABG. CABG with CPB induces myocardial injury caused from ischemia, reperfusion and inflammation, causing postoperative arrhythmias. Arrhyhtmias occur in 5-40% patients after CABG and increase postoperative mortality and morbidity. Glutamine has certain protective effect to the myocardium by decrasing inflammatory mediators, reducing induced nitrous oxide synthase expression and oxidative stress from free radicals. In turn, glutamin lower the effect of myocardial injury and hypothesized for its capability to lower postoperative arrhythmias after CABG. Methods: This is a cohort retrospective study in patients with coronary artery disease with low EF undergoing CABG with CPB. The subjects were separated into two groups of gaving administered preoperative intravenous glutamine and control group. The outcomes of the study is incidence of arrhythmias after CABG and the incidence of ventricular and supraventricular arrhythmias after CABG. Results: The subjects in the intravenous glutamin group have lower incidence of postoperative arrhythmias compared to control (16.7% vs 40%, p=0.045). Supraventricular arrhythmia incidence in intravenous glutamin group is also lower compard to control (26.7% vs 73.3%, p-0,026). There are no significant difference of postoperative ventricular arrhythmias between two groups (p=0.74). Results: In patients with low EF undergoing CABG with CPBP, intravenous glutamin administration can lower the incidence of postoperative arrhythmias.
Keywords: Coronary artery disease, coronary artery bypass graft, glutamine, postoperative arrhythmias

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2022
Pengarang

Hashfi Fauzan Raz - Nama Orang
Dudy Arman Hanafy - Nama Orang
Sugisman - Nama Orang

No. Panggil
T22128fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular.,
Deskripsi Fisik
xiii, 45 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T22128fkT22128fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Pengaruh Pemberian Glutamin Intravena Terhadap Kejadian Aritmia Pascaoperasi Bedah Pintas Arteri Koroner dengan Mesin Pintas Jantung Paru pada Pasien dengan Fraksi Ejeksi Rendah = Intravenous glutamin administration reduces the incidence of postoperative arrhythmias in patients with low ejection fraction undergo coronary artery bypass graft surgery using cardiopulmonary bypass.

Related Collection