Tesis

Efek Furosemid Kontinu Dosis Rendah pada Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal yang Menjalani Bedah Jantung = Low Dose Continuous Furosemide Infusion Effect on Cardiac Surgery Patients with Renal Dysfunction.

Latar Belakang: Disfungsi ginjal prabedah meningkatkan risiko gagal ginjal dan kematian pada pasien bedah jantung. Studi yang meneliti efek proteksi furosemid pada bedah jantung sebagian besar dilakukan pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek furosemid dosis rendah profilaksis pada pasien bedah jantung dengan disfungsi ginjal ringan - sedang. Metode: Delapan puluh tujuh pasien bedah jantung elektif dengan disfungsi ginjal ringan - sedang (LFGe 30-89 mL/min/1,73 m 2 ), terdaftar dalam kelompok furosemid (n = 43) atau kontrol (n = 44). Furosemid (2 mg/jam) atau NaCl 0,9% 2 cc/jam diberikan setelah induksi dan dilanjutkan selama total 12 jam. Kami memeriksa sampel darah pada 12, 24, 48, dan 120 jam setelah infus mulai mengukur perubahan LFGe. Penurunan LFGe > 20% dianggap sebagai perburukan fungsi ginjal, sedangkan peningkatan LFGe > 20% dianggap sebagai pemulihan fungsi ginjal. Kami membandingkan kebutuhan infus furosemid terapeutik dan terapi penggantian ginjal pada kedua kelompok. Hasil: Dari 90 subjek yang direkrut, 3 subjek drop out (1 subjek data tidak lengkap dan 2 subjek dipasang intra-aortic balloon pump/IABP saat pembedahan), hanya 87 subjek yang diikutsertakan dalam analisis. Insiden penurunan LFGe pada jam ke12, ke-24 dan ke-48 lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol, berbeda signifikan pada sampel jam ke-48 (p value 0,047). Proporsi peningkatan LFGe > 20% pada sampel 120 jam hampir sama pada kedua kelompok. Subyek dalam kelompok furosemid membutuhkan lebih sedikit pemberian infus furosemid dosis terapeutik (p < 0,05). Namun, penggunaan terapi pengganti ginjal lebih banyak ditunjukkan pada kelompok furosemid daripada kelompok kontrol meskipun tidak signifikan. Lama rawat di ICU dan rumah sakit lebih lama pada kelompok furosemid dibandingkan dengan kontrol, sedangkan angka kematian ditunjukkan sama antara kedua kelompok. Simpulan: Furosemid dosis rendah dapat mengurangi kejadian perburukan fungsi ginjal, dan kebutuhan infus terapeutik furosemid, tetapi tidak mencegah kebutuhan untuk terapi pengganti ginjal. Penggunaan infus furosemid dosis rendah perioperatif dapat dipertimbangkan karena menunjukkan efek yang menguntungkan.
Kata Kunci: Furosemid, Laju Filtrasi Glomerulus, Disfungsi Ginjal, Bedah Jantung.


Background: Preoperative renal dysfunction increases the risk of postoperative renal failure and mortality in cardiac surgery patients. Studies investigated the protective effect of furosemide in cardiac surgery mostly conducted in patients with normal renal function. This study aim to evaluate the effect of prophylactic low-dose furosemide in cardiac surgery patients with mild to moderate renal dysfunction. Methods: Eighty-seven patients of elective cardiac surgery with mild to moderate renal dysfunction (eGFR 30-89 mL/min/1.73 m 2 ), were enrolled in either furosemide (n = 43) or control (n = 44) groups. Furosemide (2 mg/h) or 0.9% NaCl is administered after induction and continued for a total of 12 hours. We examined blood samples on 12, 24, 48, and 120 hours after infusion started to measure the change in eGFR. A > 20% decrease in eGFR was considered as worsening of renal function, while > 20% increase in eGFR as recovering of renal function. We compared the requirement for therapeutic furosemide infusion and renal replacement therapy in both groups. Results:. From 90 subjects recruited, 3 were dropped out (1 subject's data incomplete and 2 subjects underwent intraoperative intraaortic balloon pump/IABP installation), only 87 subjects were included in the analysis. The incidence of decreasing of GFR at the 12th, 24th and 48th hour was shown more likely in control group, more significant in 48 hours (p value 0.047). The proportion of >20% GFR increase in the 120-hour sample was almost the same in both groups. Subjects in furosemide group required less administration of therapeutic dose furosemide infusion (p < 0.05). However, use of renal replacement therapy was shown more in the furosemide group than the control group although is not significant. The length of stay in ICU and hospital were longer in the furosemide group compared to control, while the mortality rate were shown to be equal between two groups. Conclusions: Low-dose furosemide can reduce the incidence of worsening renal function, and the need for a therapeutic furosemide infusion, but does not prevent the usage for renal replacement therapy. Continuous low-dose furosemide perioperative can be considered due to beneficial effects proven.
Keywords: Furosemide, Glomerular Filtration Rate, Renal Dysfunction, Cardiac Surgery

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2022
Pengarang

Prieta Adriane - Nama Orang
Adhrie Sugiarto - Nama Orang
Riyadh Firdaus - Nama Orang
Jefferson Hidayat - Nama Orang
April Retno Susilo - Nama Orang

No. Panggil
T22096fk
Penerbit
Jakarta : Sp-2 Anestesiologi dan Terapi Intensif.,
Deskripsi Fisik
xxiv, 145 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T22096fkT22096fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Efek Furosemid Kontinu Dosis Rendah pada Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal yang Menjalani Bedah Jantung = Low Dose Continuous Furosemide Infusion Effect on Cardiac Surgery Patients with Renal Dysfunction.

Related Collection