Text

Menstrual Disorders and their Relationship with Nutritional Status among Female Medical Students of Universitas Indonesia = Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Introduction: Nutritional status, influenced by many internal and external components, has been proven to have an effect on the hormonal system of the body, meaning that it may also be an important factor to the development of menstrual disorders. This study was conducted to know the kinds of menstrual disorder that occur in female medical students of Universitas Indonesia and whether nutritional status plays a role in them. Methods: The results from this study were collected by using a questionnaire distributed through social media in April 2020 due to the physical distancing regulation implemented in the COVID-19 pandemic. Data were later re-checked and be re-confirmed to the subject, if needed. 188 students participated in the study, ranging from the first until the fifth year students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. The data were analyzed using IBM SPSS Statistics software and using various statistical tests. Results: Body mass index showed one significant relation with menstrual frequency disorder (P < 0.05), but no other significance was found. Waist circumference was proven to not have any effects towards menstrual frequency disorders, dysmenorrhea, menstrual duration disorders, and menstrual bleeding loss disturbance; the result was statistically insignificant (P > 0.05 for all values). Conclusion: Abnormal nutritional status using BMI seems to be relatively prevalent among female medical students of Universitas Indonesia (46.4%) and menstrual disorders that were found to be highly prevalent were menstrual blood loss disturbance and dysmenorrhea, 68,4% and 67.1% respectively, conversely menstrual frequency and duration disorders were not remarkably prevalent. Nutritional status, using BMI as an indicator, proved to have a relationship with menstrual frequency disorder, whether it be polymenorrhea or oligomenorrhea.
Key words: Nutritional status, BMI, waist circumference, menstrual disorders


Pendahuluan: Status gizi, dipengaruhi oleh banyak komponen internal dan eksternal, telah terbukti memiliki efek pada sistem hormonal tubuh, yang berarti bahwa hal tersebut dapat menjadi faktor penting bagi terjadinya gangguan menstruasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gangguan menstruasi yang terjadi pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia dan apakah status gizi berperan dalam diri mereka. Metode: Hasil dari penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang didistribusikan melalui media sosial pada April 2020 karena peraturan physical distancing yang diterapkan dalam pandemi COVID-19. Data kemudian diperiksa ulang ke subjek, jika perlu. 188 siswa berpartisipasi dalam penelitian ini, mulai dari siswa tahun pertama hingga kelima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis melalui IBM SPSS Statistics dan menggunakan berbagai uji statistik. Hasil: Indeks Massa Tubuh menunjukkan satu hubungan signifikan dengan gangguan frekuensi menstruasi (P < 0,05), tetapi tidak ada signifikansi lain yang ditemukan. Lingkar pinggang terbukti tidak memiliki efek pada gangguan frekuensi menstruasi, dismenore, gangguan durasi menstruasi, dan gangguan kehilangan perdarahan menstruasi; hasilnya secara statistik tidak signifikan (P > 0,05 untuk semua nilai). Kesimpulan: Status gizi abnormal berdasarkan IMT tampaknya relatif umum pada mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia (46,4%) dan gangguan menstruasi yang ditemukan sangat banyak adalah gangguan kehilangan darah menstruasi dan dismenore, masing-masing 68,4% dan 67,1%, sebaliknya, Gangguan frekuensi dan durasi menstruasi tidak terlalu umum. Status gizi yang dijadikan indikator IMT terbukti berhubungan dengan gangguan frekuensi menstruasi, baik polmenore maupun oligomenore.
Kata kunci: Status gizi, IMT, lingkar pinggang, gangguan menstruasi