Tesis

Karakteristik klinis dan luaran pasien covid-19 yang mendapat terapi kanula hidung arus tinggi (KHAT) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta = Clinical characteristics and outcome of COVID-19 patient using high flow nasal oxygen (HFNO) at Persahabatan Hospital, Jakarta.

Latar Belakang : Pasien COVID-19 berat dan kritis memerlukan perawatan intensif bahkan ventilasi mekanis invasif. Penggunaan KHAT pada pasien gagal napas akut hipoksemik non COVID-19 dapat menurunkan angka intubasi pasien sedangkan data pada pasien COVID-19 mengenai kemampuan KHAT untuk mencegah ventilasi mekanis invasif masih terbatas. Metode : Penelitian ini merupakan kohort retrospektif pada pasien COVID-19 terkonfirmasi yang menggunakan KHAT dan dirawat di RSUP Persahabatan Jakarta pada bulan maret hingga Juli 2020. Data rekam medis demografi, klinis dan laboratorium diambil sebelum penggunaan KHAT sedangkan tanda vital dan indeks pernapasan diambil sebelum dan 24 jam setelah penggunaan KHAT. Hasil Penelitian : Enam puluh dua (62) pasien dimasukkan dalam analisis data. Mayoritas merupakan laki-laki (67.7%), rerata usia subyek 57.6 tahun dengan komorbid terbanyak berupa hipertensi dan diabetes mellitus. Median lama pemakaian KHAT sebesar 4 hari dengan rerata lama perawatan 16.5 hari. Median laju napas dan saturasi pasien sebelum menggunakan KHAT berturut-turut adalah 28x/menit dan 93.5% sementara median rasio PaO2/FiO2 sebesar 68.5. Median rasio neutrofil/limfosit (RNL) pasien sebesar 6.82 sedangkan rerata CRP 146.8 mg/L, median prokalsitonin 0.175 ng/ml dan median D-dimer 1500 µg/L. Pada pengamatan hari ke-21 didapatkan 32 pasien meninggal dan 2 masih dalam ventilator, proporsi pasien dengan luaran gagal sebesar 54.8%. Tanda vital dan indeks pernapasan 24 jam setelah pemakaian KHAT berbedaa bermakna pada pengamatan 24 jam, 7 hari, 14 hari dan 21 hari setelah KHAT antara kelompok luaran gagal dan luaran berhasil dalam hal laju napas, laju nadi, saturasi O2, PaO2/FiO2, SpO2/FiO2 dan indeks ROX. Pasien dengan luaran gagal pada 24 jam setelah pemakaian KHAT memiliki kesintasan yang lebih pendek bila meneruskan KHAT dibandingkan dengan pasien yang dilakukan intubasi (median kesintasan 2.5 hari vs 7 hari, p=0.04). Terdapat korelasi yang bermakna antara tanda vital dan indeks pernapasan 24 jam setelah KHAT dengan luaran hari ke-21 (p < 0.05). Indeks ROX dengan nilai 3.25 merupakan prediktor kegagalan KHAT. Kesimpulan : Penggunaan KHAT dapat menurunkan angka intubasi pada pasien COVID-19 namun harus memperhatikan kemungkinan kegagalan dan penundaan intubasi yang dapat merugikan pasien . Tanda vital dan indeks pernapasan yang diukur 24 jam setelah KHAT memiliki korelasi yang baik untuk memperkirakan luaran pada hari ke-21. Indeks ROX merupakan faktor prediktor kegagalan.
Kata kunci : COVID-19, Kanula hidung arus tinggi (KHAT), indeks ROX


Introduction : Severe and critical COVID-19 patient need instensive care and even invasive mechanical ventilation. Use of HFNO in acute hypoxemic respiratory failure in non COVID-19 patient can reduce the need for intubation while in COVID-19 patient the data is still inadequate. Method : This is a retrospective cohort in confirmed COVID-19 patient who use HFNO and treated at Persahabatan Hospital during March to July 2020. Retrospective medical record data about demographic, clinical and laboratory data was taken before the use of HFNO while vital sign and respiratory index taken 24 hour after HFNO. Result : Sixty two patient are recruited and analyzed. Majority are men (67%), with mean age 57.6 year, comorbidity is mostly hypertension and diabetes. Median of HFNO use is 4 days with median of hospital stay 16.5 days. Median of respiratory rate dan saturation before using HFNO is 28x/minute and 93.5% respectively. Median of PaO2/FiO2 is 68.5. Median of neutrophil/lymphocyte ratio is 6.82 while mean CRP is 146.8 mg/L. Median of Procalcitonin and Ddimer is 0.175 ng/ml and 1500 µg/L. During 21 days of observation, 32 patients died while 2 was still on ventilator with failure proportion of 54.8%. Vital sign and respiratory index measured after 24 hours of HFNO (heart rate, respiratory rate, oxygen saturation, PaO2/FiO2, SpO2/FiO2 and ROX index) show statistical significance on outcome of 24 hour, 7 days, 14 days, and 21 days after using HFNO between failure group and success group. Patient with failure outcome have significantly shorter survival if continued on HFNO compared with those intubated (median survival of 2.5 days vs 7 days, p=0.04). Significant correlation is noted between vital sign and respiratory index after 24 hours of HFNO with outcome at 21 days. ROX index with cut off 3.25 is a predictor for HFNO failure. Conclusion : HFNO can reduce the need to intubate in patient with COVID-19 although failure and intubation delay need to be acknowledged because its harmful effect for the patient. Vital sign and respiratory index are significantly correlated with outcome on day 21. ROX index is a predictor for failure.
Keyword : COVID-19, High flow nasal oxygen (HFNO), ROX index

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2021
Pengarang

Wahyu Soebekti - Nama Orang
Feni Fitriani Taufik - Nama Orang
Mia Elhidsi - Nama Orang

No. Panggil
T21261fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi.,
Deskripsi Fisik
xviii, 83 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T21261fkT21261fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Karakteristik klinis dan luaran pasien covid-19 yang mendapat terapi kanula hidung arus tinggi (KHAT) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta = Clinical characteristics and outcome of COVID-19 patient using high flow nasal oxygen (HFNO) at Persahabatan Hospital, Jakarta.

Related Collection