Tesis

Evaluasi Efikasi Kombinasi Dihydroartemisinin-Piperaquine Pada Daerah Hypoendemic Malaria = Evaluation of the Dihydroartemisinin-Piperaquine Combination Efficacy in Hypoendemic Malaria.

Salah satu masalah dalam pengobatan malaria adalah penurunan efikasi akibat resistensi obat. Kombinasi derivat Artemisinin dengan antimalaria lainnya, terbukti efektif dan efisien memperlambat terjadinya resistensi. Telah banyak laporan yang menyatakan penurunan efikasi kombinasi Artesunate-Amodiaquine (AA), termasuk di Indonesia. Sehingga pola pengobatan malaria diubah dengan menggunakan kombinasi derivat artemisinin lainnya, yaitu kombinasi Dihydroartemisinin-Piperaquine (DHP). Walaupun masih cukup baik dibandingkan dengan kombinasi AA, namun telah ada penelitian yang melaporkan kegagalan pengobatan kombinasi DHP. Deteksi efikasi pengobatan yang memanfaatkan teknologi molekuler tidaklah aplikatif untuk digunakan kapan saja pada layanan primer. Padahal deteksi efikasi pengobatan yang terbaik seharusnya dilakukan pada setiap musim dan semua karakteristik pasien, serta mudah untuk dilakukan, terutama pada layanan kesehatan primer sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan. Evaluasi efikasi pengobatan idealnya dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat menentukan pola pengobatan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batubara, suatu daerah hypoendemis malaria di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini mendapatkan 23 orang penderita malaria dengan gejala klinis (clinical malaria) dan 24 orang penderita malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic malaria). Plasmodium vivax merupakan etiologi malaria yang dominan. Rerata Kepadatan Parasit Aseksual pada hari diagnosis (H0) adalah >24.000 parasit /ul. Secara keseluruhan tidak dijumpai pasien yang kepadatan parasitnya pada hari kedua setelah pengobatan (H2) lebih besar dibandingkan dengan H0. Namun didapati tiga orang yang kepadatan parasite pada H2 nya sama dengan H0. Sampai pada hari ketiga setelah pengobatan (H3) masih ditemukan parasite pada 15 orang pasien malaria dengan rerata < 440 parasit/ul. Salah satu dari pasien tersebut memiliki kepadatan parasite yang lebih besar dari 25% kepadatan parasite pada H0. Efikasi kombinasi DHP masih cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan proporsi kasus yang mengalami Respon Klinis dan Parasitologis Memadai sebesar 97,87%. Efikasi terapi tersebut juga tidak berbeda bermakna pada kelompok penderita malaria klinis dan malaria tanpa gejala klinis.
Kata Kunci: efikasi, dihydroartemisinin-piperaquine, kepadatan parasit, resistensi, faktor risiko, malaria klinis, malaria tanpa gejala klinis


One of the problems in the treatment of malaria is the decrease in efficacy due to drug resistance. The combination of Artemisinin derivatives with other antimalarials has been shown to be effective and efficient in slowing the occurrence of resistance. There have been many reports stating the decreased efficacy of the Artesunate-Amodiaquine (AA) combination, including in Indonesia. So that the pattern of malaria treatment was changed by using a combination of other artemisinin derivatives, namely the Dihydroartemisinin-Piperaquine (DHP) combination. Although it is still quite good compared to the AA combination, there have been studies reporting the failure of DHP combination treatment. Detection of treatment efficacy using molecular technology is not applicable for use at any time in primary care. Whereas the detection of the best treatment efficacy should be carried out in every season and all patient characteristics, and is easy to do, especially in primary health services as the spearhead of health services. Evaluation of treatment efficacy should ideally be carried out on an ongoing basis so that it can determine the pattern of treatment. This research was conducted in Batubara Regency, a malaria hypoendemic area in North Sumatra Province. This study found 23 people with malaria with clinical symptoms (clinical malaria) and 24 people with malaria without clinical symptoms (asymptomatic malaria). Plasmodium vivax is the predominant etiology of malaria. The mean Asexual Parasite Density on the day of diagnosis (H0) was >24,000 parasites/ul. Overall, there were no patients whose parasite density on the second day after treatment (H2) was greater than that of H0. However, there were three people whose parasite density on H2 was the same as H0. Until the third day after treatment (H3), parasites were still found in 15 malaria patients with an average of < 440 parasites/ul. One of these patients had a parasite density greater than 25% of the parasite density at H0. The efficacy of the DHP combination is still quite good. This is evidenced by the proportion of cases that experienced an Adequate Clinical and Parasitological Response of 97.87%. The efficacy of the therapy was also not significantly different in groups of patients with clinical malaria and malaria without clinical symptoms.
Keywords: efficacy, dihydroartemisinin-piperaquine, parasite density, resistance, risk factors, clinical malaria, asymptomtaic malaria

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2021
Pengarang

Lambok Siahaan - Nama Orang
Ika Puspa Sari - Nama Orang
Agnes Kurniawan - Nama Orang

No. Panggil
T21202fk
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik.,
Deskripsi Fisik
xii, 42 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T21202fkT21202fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Evaluasi Efikasi Kombinasi Dihydroartemisinin-Piperaquine Pada Daerah Hypoendemic Malaria = Evaluation of the Dihydroartemisinin-Piperaquine Combination Efficacy in Hypoendemic Malaria.

Related Collection