Tesis
Hubungan Hiperhidrasi dengan Disfungsi Endotel pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Dua Kali Seminggu = The Relationship between Hyperhydration and Endothelial Dysfunction in Chronic Renal Failure Patients Undergoing Hemodialysis Twice A Week.
Latar Belakang: Hiperhidrasi menyebabkan peningkatan beban volume jantung dan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah, hipertrofi ventrikel kiri, edema paru, serta gagal jantung kongestif. Komplikasi hemodialisis yang tidak adekuat menyebabkan hiperhidrasi selanjutnya terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Hiperhidrasi lama menyebabkan iskemia koroner karena dilatasi jantung, hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi, dan penurunan cadangan koroner. Pasien gagal jantung kronik atau hiperhidrasi muncul dengan vasokonstriksi sistemik yang berlebihan dan penurunan perfusi jaringan perifer. Disfungsi endotel berperan pada vasokonstriksi yang berlebihan pada gagal jantung dan hiperhidrasi. Brain-type natriuretic peptide (BNP) merupakan parameter untuk mengukur hidrasi. Asymmetrical dimethyl arginine (ADMA) merupakan inhibitor endogen dan bersifat kompetitif terhadap nitric oxide synthase endotel dan merupakan mediator yang penting pada percepatan aterosklerosis dan banyak digunakan sebagai salah satu parameter disfungsi endotel. Tujuan: Untuk mengetahui peranan dan hubungan hiperhidrasi dengan disfungsi endotel dengan menggunakan parameter ADMA dan BNP. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada pasien yang menjalani hemodialisis minimal 3 bulan dengan frekuensi dua kali seminggu. Hiperhidrasi diukur dengan menggunakan BNP, disfungsi endotel menggunakan ADMA dan sampel diambil sebelum hemodialisis dimulai. Hasil: Penelitian dilakukan pada 126 subjek, kejadian hiperhidrasi (BNP > 356 pg/ml) sebesar 64,3%. Median usia 52 (47-62) dengan presumtif penyebab GGK utama adalah hipertensi (38,9%), DM (28,6%), Glomerulonefritis (21,4%). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hiperhidrasi dengan disfungsi endotel (PR = 1,042, p = 0,832 IK 95% = 0,714-1,521). Analisis multivariat dan regresi logistik HsCRP merupakan faktor perancu utama yang mempengaruhi hubungan antara hiperhidrasi dan disfungsi endotel (OR (IK95%) 1,604 (0,551-4,666), p=0,386, ΔOR 53,37% atau lebih dari 10%) Simpulan: Tidak ada hubungan antara hiperhidrasi dengan disfungsi endotel (RR=1,042, p=0,832 IK95% = 0,714-1,521).
Kata kunci: hiperhidrasi, disfungsi endotel, hemodialisis, Brain-type natriuretic peptide, Asymmetrical dimethyl arginine
Background: Hyperhydration leads to increased cardiac volume load and contributes to increased blood pressure, left ventricular hypertrophy, pulmonary edema, as well as congestive heart failure. Inadequate hemodialysis complications cause subsequent hyperhydration to increase morbidity and mortality of cardiovascular disease. Prolonged hyperhydration causes coronary ischemia due to heart dilation, left ventricular hypertrophy, hypertension, and decreased coronary reserves. Patients with chronic heart failure or hyperhydration appear with excessive systemic vasoconstriction and decreased peripheral tissue perfusion. Endothelial dysfunction plays a role in excessive vasoconstriction in heart failure and hyperhydration. BNP is a parameter for measuring hydration. ADMA is an endogenous inhibitor and is competitive against endothelial nitric oxide synthase and is an important mediator in the acceleration of atherosclerosis and is widely used as one of the parameters of endothelial dysfunction. Objective: To determine the role and relationship of hyperhydration with endothelial dysfunction using ADMA and BNP parameters. Methods: This research is a latitude cut study. in patients undergoing hemodialysis at least 3 months with a frequency of twice a week. Hyperhydration is measured by using BNP, endothelial dysfunction using ADMA and samples taken before hemodialysis begins. Results: The study was conducted on 126 subjects, hyperhydration incidence (BNP > 356 pg/ml) of 64.3%. Median age 52 (47-62) with presumptive causes of primary CKD is hypertension (38.9%), DM (28.6%), Glomerulonephritis (21.4%). There is no significant association between hyperhydration and endothelial dysfunction (PR =1.042, p=0.832 CI 95% = 0.714-1.521). Multivariate analysis and logistic regression HsCRP is a major role-playing factor affecting the relationship between hyperhydration and endothelial dysfunction (OR (CI 95%) 1.604 (0.551-4.666), p=0.386, ΔOR 53.37% or more than 10%). Conclusions: There is no link between hyperhydration and endothelial dysfunction (PR=1.042, p=0.832 CI 95% = 0.714-1.521).
Key words: hyperhydration, endothelial dysfunction, hemodialysis, Brain-type natriuretic peptide, Asymmetrical dimethyl arginine
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2021
- Pengarang
-
Adi Wijaya - Nama Orang
Ikhwan Rinaldi - Nama Orang
Ginova Nainggolan - Nama Orang
Pringgodigdo - Nama Orang
Maruhum Bonar H Marbun - Nama Orang - No. Panggil
-
T21177fk
- Penerbit
- Jakarta : Sp-2 Ilmu Penyakit Dalam., 2021
- Deskripsi Fisik
-
xvii, 74 hal; ill; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
Tanpa Hardcopy
T21177fk | T21177fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi