Tesis

Penggunaan NSAID dan Obat Tradisonal Untuk Mengobati Nyeri Terkait Menstruasi Pada Remaja = Managing dysmenorrhea of adolescents in Indonesia: between traditional medicine and NSAID.

Latar Belakang : Dismenore atau yang juga dikenal dengan nyeri haid banyak dialami oleh wanita usia reproduksi, terutama remaja dengan intensitas yang beragam. Banyak penelitian di negara lain melaporkan tingginya prevalensi dismenore, yang juga terjadi pada remaja di Indonesia, dengan semua rentang keparahan sebanyak 55%. Ekspresi siklooksigenase (COX) dan prostaglandin berperan dalam memicu nyeri haid. Dengan demikian, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) telah dipilih dalam mengobati dismenore sejak beberapa tahun yang lalu berdasarkan patofisiologinya. Namun, di Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah yang dieksplorasi untuk pengobatan tradisional yang digunakan oleh nenek moyang selama berabad-abad. Tumbuhan tersebut dipercaya sebagai obat tradisional untuk mengatasi dismenore akibat efek spasmolitik atau lainnya. Karena telah banyak digunakan sejak nenek moyang kemudian diturunkan secara turun temurun, obat tradisional dapat menjadi pilihan utama selain NSAID untuk mengatasi dismenorea pada remaja di Indonesia. Tujuan : Menganalisis antara obat tradisional dan NSAID untuk pengelolaan dismenore pada remaja Indonesia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain potong lintang, disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke SMA binaan selama Juni sampai Desember 2020 Hasil : Dari 362 remaja yang diikutsertakan dalam penelitian ini, 59,9% sering mengalami nyeri haid, sedangkan 32,6% selalu mengalaminya setiap siklus. Kemudian kami menemukan 33,1% peserta memilih obat tradisional untuk mengobati nyeri haid, sedangkan 16,9% memilih NSAID. Kami juga menemukan skala VAS ketika peserta memilih untuk mengobati dismenore baik dengan obat tradisional atau NSAID, yang 4,5 dalam pengobatan tradisional dan 6,5 dalam penggunaan NSAID, dengan sensitivitas 61,8% dan spesifisitas 72,5%, sedangkan obat tradisional menunjukkan sensitivitas dan 78,2%. spesifisitas 42,7%. Kesimpulan : Dalam penelitian ini sumber daya alam belum diklasifikasikan, tetapi masih dalam satu kelompok sebagai obat tradisional. Tingginya jumlah obat tradisional yang tumbuh di Indonesia berpotensi untuk dievaluasi dalam penelitian mengenai manfaat yang dapat dikembangkan untuk pelayanan kesehatan.
Kata Kunci : Dismenore, Indonesia, Remaja, NSAID, obat tradisional


Background: Dysmenorrhea, or also well-known as menstrual pain, is affecting many reproductive aged women, especially adolescents with various intensity. Many studies in other countries reported high prevalence of dysmenorrhea, which also happened in adolescents in Indonesia, with 55% from all ranged severity. The cyclooxygenase (COX) expression and prostaglandins had role in driving menstrual pain. Thus, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) had already been chosen in treating dysmenorrhea since years ago based on the pathophysiology. However, in Indonesia with its abundant of natural resources which were explored for traditional medicine that used by the ancestors for centuries. Those herbs were believed as traditional medicine for managing dysmenorrhea regarding the spasmolytics effect or others. As it widely been used since the ancestor then it generated hereditary, traditional medicine could become the first choice besides NSAID for managing dysmenorrhea in adolescents in Indonesia. Objective: This study aims to analyze between traditional medicine and NSAID for the management of dysmenorrhea in Indonesia’s adolescents. Method: This study is a survey-based observational descriptive study with cross- sectional design, was approved by the Research Ethics Committee, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, conducted by distributing questionnaire to the targeted high school during June – December 2020. Results: From 362 adolescents included in this study, 59.9% had menstrual pain frequently, while 32.6% always experienced it every cycle. Then we found 33.1% participants chose traditional medicine for treating menstrual pain, while 16.9% chose NSAID. We also found the VAS scale when participants chose to treat dysmenorrhea whether by traditional medicine or NSAID, of which 4.5 in traditional medicine and 6.5 in the use of NSAID, with 61.8% sensitivity and 72.5% specificity, while traditional medicine showed 78.2% sensitivity and 42.7% specificity. Conclusion: In this study natural resources were not classified yet, but still being in one group as traditional medicine. High number of traditional medicines grown in Indonesia were potential for being evaluated in research regarding the benefit which could be possibly developed for health care services.
Keywords: Dysmenorrhea, Indonesia, adolescents, NSAID, traditional medicine

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2021
Pengarang

Handika Zulimartin - Nama Orang
Achmad Kemal Harzif - Nama Orang

No. Panggil
T21145fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Obstetri dan Ginekologi.,
Deskripsi Fisik
xvii, 56 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
Tanpa Hardcopy
T21145fkT21145fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Penggunaan NSAID dan Obat Tradisonal Untuk Mengobati Nyeri Terkait Menstruasi Pada Remaja = Managing dysmenorrhea of adolescents in Indonesia: between traditional medicine and NSAID.

Related Collection