Tesis

Status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3), Enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) Serum dan Plasenta Pada Wanita Hamil Aterm dan Preterm = Serum and Placental 25-Hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3), 1,25 Dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3), and 1-Hydroxilase (CYP27B1) Enzyme Status In Aterm and Preterm Labor.

Latar belakang: Angka kematian neonatal di Indonesia masih berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2015, disebutkan terdapat 14 kematian neonatal per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian tertinggi kematian neonatal adalah kelahiran preterm. Defisiensi vitamin D dipercaya sebagai salah satu penyebab kelahiran preterm. Sayangnya, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh vitamin D pada wanita terhadap kehamilan preterm di Indonesia Tujuan: Mengetahui perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1Hidroksilase (CYP27B1) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) serum dan plasenta pada wanita hamil aterm dan preterm Metode: Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang dilakukan dengan subjek ibu hamil yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk persalinan aterm dan preterm pada Januari 2017 hingga Agustus 2017. Pasien dengan kehamilan multipel, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, pecah ketuban dini, preeklampsia atau memiliki penyulit lainnya dieksklusi dari penelitian. Kadar 25Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1), dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada plasenta dan serum maternal diambil pada seluruh subjek. Hasil: Didapatkan sebanyak 60 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan rincian 30 subjek preterm dan 30 subjek aterm. Tidak terdapat perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada serum persalinan preterm dan serum persalinan aterm (p > 0,05). Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada plasenta yang lebih rendah pada persalinan preterm dibandingkan plasenta persalinan aterm (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan status 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada serum dan plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm, namun didapatkan kadar yang lebih rendah pada persalinan preterm. (pada serum dengan median 62,9 pg/mL pada hamil preterm, sedangkan median hamil aterm 75,5 pg/mL; dan pada plasenta dengan median 4,57 pg/g pada preterm dan 5,15 pg/g pada aterm, p>0,05) Tidak terdapat perbedaan status enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) pada plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm (p > 0,05). Kesimpulan: Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) plasenta yang lebih rendah pada subjek dengan kelahiran preterm dibandingkan aterm. Tidak terdapat perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) serum, enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) plasenta, dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) plasenta dan serum antara wanita dengan kehamilan preterm dengan aterm.
Kata kunci: persalinan preterm, vitamin D, defisiensi vitamin


Background: Neonatal mortality rates in Indonesia are still at an alarming rate. In 2015, there were 14 neonatal deaths per 1,000 live births. One of the highest causes of death in neonatal deaths is preterm birth. Vitamin D deficiency is believed to be one of the factors associated with preterm birth. Unfortunately, there are no studies on the effects of vitamin D components on preterm pregnancy in Indonesia. Objective: To determine the differences in 25-hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3), 1hydroxilase (CYP27B1), and 1,25 dihydrovitamin D3 (1,25(OH)2D3) in maternal serum and placenta between aterm and preterm labor. Method: A cross-sectional observational analytic study was performed on pregnant women coming to Cipto Mangunkusumo National General Hospital in January 2017 to August 2017. Patients with multiple pregnancies, fetal growth retardation, congenital abnormalities, premature rupture of membranes, preeclampsia, or other complications have been excluded from the study. 25-hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3), 1-hydroxilase (CYP27B1), and 1,25 dihydrovitamin D3 (1,25(OH)2D3) in the placenta and maternal serum were taken in all subjects. Result: There were 60 subjects who met the inclusion and exclusion criteria with details of 30 preterm subjects and 30 term subjects. There were no differences in the status of 25-Hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3) in maternal serum betweeen preterm and term labor (p > 0.05). Level of 25-Hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3) in the placenta was lower in preterm labor compared to term labor (p=0.001). There was no statistical difference in status of 1,25-Dihydroxyvitamin D3 (1.25(OH)2D3) in maternal serum and placenta of preterm labor and placenta at term. However, lower value was found in preterm labor (serum: median 62.9 pg/mL at preterm and 75,5 pg/mL at aterm, placental: median 4.57 pg/g at preterm and 5.15 pg/g at term, p > 0.05). There was no difference in the status of the enzyme 1-hydroxylase (CYP27B1) in the placenta of preterm labor and placenta at term (p > 0.05). Conclusion: A lower placental 25-hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3) status was obtained in subjects with preterm compared to term labor. There were no differences in serum 25-hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3), placental 1-hydroxilase (CYP27B1), serum and placental 1,25 dihydrovitamin D3 (1,25(OH)2D3) between aterm and preterm labor.
Keywords: preterm labor, vitamin D, vitamin D deficiency.

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2020
Pengarang

Biancha Andardi - Nama Orang
Rima Irwinda - Nama Orang

No. Panggil
T20100fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Obstetri dan Ginekologi.,
Deskripsi Fisik
xvi, 48 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T20100fkT20100fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3), Enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1) Serum dan Plasenta Pada Wanita Hamil Aterm dan Preterm = Serum and Placental 25-Hydroxyvitamin D3 (25(OH)D3), 1,25 Dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3), and 1-Hydroxilase (CYP27B1) Enzyme Status In Aterm and Preterm Labor.

Related Collection