Tesis

Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Endobronkial di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan = Treatment Success Rate of Endobronchial Tuberculosis in PersahabatanNational Respiratory Referral Hospital, Jakarta Indonesia.

Latar belakang: Tuberkulosis endobronkial (TBEB) adalah salah satu bentuk TB yang terus menjadi masalah kesehatan karena komplikasi berupa bronkostenosis yang tetap terbentuk walaupun sudah mendapatkan obat antituberkulosis (OAT). Gejala dan tanda pernapasan yang tidak khas menyebabkan sering terjadi keterlambatan dan kesalahan diagnosis.Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional (RSRRN) Persahabatanbelum memiliki data mengenai keberhasilan pengobatan TBEB setelah pemberian OAT. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif pada pasien dengan diagnosis TBEB berdasarkan data bronkoskopi dan rekam medis sejak bulan Januari 2013 sampai Desember 2017. Diagnosis TBEB ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi, histopatologi atau berdasarkan kombinasi gejala klinis, radiologis dan tampilan lesi bronkoskopi. Pengobatan TBEB dianggap berhasil bila terdapat perbaikan klinis disertai perbaikan atau jumlah lesi TBEB tidak berkurang dan tampilan radiologi. Hasil: Sampel penelitian terdiri dari 30 subjek. Mayoritas subjek adalah perempuan (86,7%), usia < 20 - 39 tahun (73,3%), berpendidikan tinggi (90%), tidak bekerja (56,6%), status gizi kurang (58,3%), belum pernah mendapat OAT (63,3%), tidak ada riwayat kontak TB (83,4%), tidak merokok (86,7%) dan tidak ada komorbid (76,6%). Sesak napas (83,3%) merupakan gejala respirasi yang paling sering dikeluhkan pasien..Stridor dan ronki merupakan tanda yang paling sering didapat (36,7%). Infiltrat,fibroinfiltrat dan konsolidasi merupakan gambaran radiologis yang paling sering didapat pada foto toraks (26,6%). Sedangkan pada CT scan toraks paling banyak didapatkan gambaran konsolidasi (45%). Lesi TBEB paling banyak didapatkan di trakea (60%) dan berbentuk fibrostenosis 86,7%). Tujuh puluh persen pasien mendapat pengobatan OAT jenis non KDT, mendapat steroid inhalasi (73,3%) dengan median lama pengobatan TBEB adalah 12 bulan.Keluhan membaik setelah pemberian OAT dari klinis pada 76% pasien, bronkoskopi 20% pasien, foto toraks 23% pasien dan CT scan 16,6% pasien. Kesimpulan: Keberhasilan pengobatan TBEB adalah 43%, 17% disertai sekuele dan 40% tidak dapat dinilai.
Kata kunci: Tatalaksana tuberkulosis endobronkial, gejala dan temuan tuberkulosis endobronkial, fibrostenosis pada tuberkulosis endobronkial, bronkoskopi pada tuberkulosis endobronkial


Background: Endobronchial tuberculosis (EBTB) is a special form of respiratory tuberculosis that continues to be a health problem because bronchostenosis may develop as a serious complication despite efficacious antituberculosis chemotherapy. The EBTB has nonspesific signs and symptoms, therefor it may cause misdiagnosis and delayed diagnosis. Persahabatan National Respiratory Referral Hospital doesn‟t have data about successful treatment of EBTB. Methods: This was a retrospective study of EBTB patients based from the medical record and confirm with bronchoscopy data from January 2013 to December 2017. Endobronchial tuberculosis diagnosed based from microbiology, histopathology examination or based on combination of clinical symptoms, radiology and bronchoscopy lesion appearance. Endobronchial tuberculosis treatment considered successful if there is improvement in clinical symptoms accompanied by improvement or no change in the number of lesions or the radiological appearance. Results:The study sample consisted of 30 subjects. Majority of the subjects were female (86,7%), age < 20-39 years (73,3%), highly educated (90%), not working (56,6%), malnutrition (58,3%), never received antituberculosis medication (63,3%), not smoking (86,7%) and has no comorbidities (76,6%). Shortness of breath (83.3%) is the most complained symptom. Stridor and rhonchi are the most frequent signs (36.7%). Infiltrate, fibroinfiltrates and consolidation are the most common radiological images on chest X-ray (26.6%). Whereas most chest CT scans obtained a consolidated picture (45%). Most EBTB lesions were fibrostenosis (86,7%) found in the trachea (60%). Seventy percent of patients received non fix dose combination (FDC) type antituberculosis treatment (ATT), received inhaled steroids (73.3%) with a median duration of TBEB treatment was 12 months. Complaints improved after administration of ATT in clinical symptoms in 76% of patients, bronchoscopy 20% patients, chest Xray 23% patients and CT scans 16.6% patients. Conclusion :The success of EBTB treatment is 43%, 17% with sequels and 40% cannot be assessed.
Keywords : Endobronchial tuberculosis treatment,endobronchial tuberculosis symptoms and findings, fibrostenosis in endobronchial tuberculosis, bronchoscopy in endobronchial tuberculosis

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2019
Pengarang

Adistya Sari - Nama Orang
Wahju Aniwidyaningsih - Nama Orang
Erlina Burhan - Nama Orang

No. Panggil
T19276fk
Penerbit
Jakarta : .,
Deskripsi Fisik
xvi, 80 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T19276fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T19276fkT19276fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Endobronkial di Rumah Sakit Rujukan Respirasi Nasional Persahabatan = Treatment Success Rate of Endobronchial Tuberculosis in PersahabatanNational Respiratory Referral Hospital, Jakarta Indonesia.

Related Collection