Tesis

Kesintasan Pasien Kanker Payudara yang Mendapat Kemoterapi Berbasis Antrasiklin di Rumah Sakit Umum Daerah Kotamadya Bogor : Peran Kelengkapan Imunohistokimia dan Imaging = The Survival of Breast Cancer Patients That Get Anthracyclin–Based Chemotherapy in RSUD Kotamadya Bogor : The Role of Immunohistochemistry and Imaging.

Latar belakang: Pengobatan kanker payudara memerlukan pemeriksaan imunohistokimia (IHK) serta imaging untuk menentukan jenis terapi. Namun saat ini di Indonesia hanya terdapat 17 rumah sakit rujukan yang dapat melakukan pemeriksaan IHK. RSUD Kotamadya Bogor seperti Rumah Sakit Tipe B lainnya belum memiliki fasilitas pemeriksaan IHK. Ketidaklengkapan pemeriksaan ini dapat mempengaruhi tatalaksana yang akhirnya mempengaruhi kesintasan pasien kanker payudara yang diobati. Tujuan: Mengetahui kesintasan 1 tahun dan 3 tahun pasien pasien kanker payudara yang mendapat regimen kemoterapi berbasis antrasiklin. Serta mengetahui perbedaan kesintasan 3 tahun antara pasien yang mendapat pemeriksaan imunohistokima dan imaging lengkap dengan yang tidak di RSUD Kotamadya Bogor. Metode: Penelitian retrospektif dengan cara menelusuri data rekam medik pasien pasien kanker payudara periode Januari 2014 – Desember 2017 di RSUD Kotamadya Bogor. Tindak lanjut terhadap subjek penelitian dilakukan dengan menghubunginya melalui telepon. Kurva Kaplan-Meier dan Log rank digunakan untuk analisis. Hasil: Subjek penelitian berjumlah 174 kasus, yaitu 84 subjek (48%) dengan pemeriksaan IHK dan 90 subjek (52%) tanpa pemeriksaan IHK. Subjek dengan pemeriksaan imaging yang dianjurkan berjumlah 47 subjek (27%) sedangkan yang tidak 127 subjek ( 73%). Kesintasan 1 dan 3 tahun pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi berbasis antrasiklin adalah 99% dan 93%. Hasil analisis menunjukkan perbedaan kesintasan 3 tahun antara pasien yang mendapat pemeriksaan imunohistokimia dengan yang tidak, dengan nilai P = 0,015 Kesimpulan: Kesintasan pasien kanker payudara secara keseluruhan tidak dapat ditentukan karena ketidaklengkapan data imunohistokimia dan imaging. Namun berdasarkan data pasien yang mendapat toleransi kemoterapi oleh dokter penyakit dalam sebelum pemberian kemoterapi berbasis antrasiklin didapatkan kesintasan 1 tahun 99%, dan 3 tahun 93%. Kesintasan pasien kanker payudara yang mendapatkan pemeriksaan imunohistokimia lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Perbedaan kesintasan berdasarkan imaging tidak dapat disimpulkan karena ketidaklengkapan data.
Kata Kunci: Imunohistokimia, imaging, kesintasan kanker payudara, RSUD Bogor.


Background: Treatment of breast cancer requires immunohistochemistry (IHC) and imaging tests to determine the type of therapy. However, currently in Indonesia only 17 of them can conduct IHC test. RSUD Kotamadya Bogor like other Type B Hospitals do not have IHC test facilities. The incompleteness of these tests can affect the management which ultimately can affect the survival of breast cancer patients. Objective: To find out 1 year and 3 years survival of breast cancer patients who received anthracycline-based chemotherapy, and to find the difference 3 years survival between those who received IHC and imaging tests with those do not received it in RSUD Kotamadya Bogor. Method: A retrospective study by collecting the breast cancer patients medical records in RSUD Kotamadya Bogor since January 2014 to December 2017. Follow-up on the subject of the study was done by tracing the medical record and contacting them by telephone. Survival is assessed by the Kaplan-Meier Curve method and differences in survival based on the completeness of IHC test and imaging with Log rank analysis. Results: The study subjects are 174 cases consisting of 84 subjects (48%) with IHC test and 90 subjects (52%) without it. The subjects who received the recommended imaging test were 47 subjects (27%) while those who were not 127 subjects (73%). The 1-year survival rate is 99% and the 3-years survival rate is 93%. The results of the analysis showed differences in survival of 3 years between patients who received IHC test and those without IHC test with P = 0.015. Conclusion: The survival rate of overall breast cancer patients cannot be determined since the data of immunohistochemistry and imaging are not complete. However, using the data of patients whom get the chemotherapy tolerance from the internist before getting anthracycline chemotherapy, the 1-year survival rate is 99% and the 3-years survival rate is 93%. The survival rate of breast cancer patients with IHC is better than those without IHC test.
Keywords: Immunohistochemistry, imaging, survival of breast cancer, RSUD Kotamadya Bogor.

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2019
Pengarang

Marthino Robinson - Nama Orang
Tubagus Djumhana Atmakusuma - Nama Orang
Cosphiadi Irawan - Nama Orang
Hamzah Shatri - Nama Orang

No. Panggil
T19253fk
Penerbit
Jakarta : Sp-2 Ilmu Penyakit Dalam.,
Deskripsi Fisik
xix, 83 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T19253fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T19253fkT19253fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Kesintasan Pasien Kanker Payudara yang Mendapat Kemoterapi Berbasis Antrasiklin di Rumah Sakit Umum Daerah Kotamadya Bogor : Peran Kelengkapan Imunohistokimia dan Imaging = The Survival of Breast Cancer Patients That Get Anthracyclin–Based Chemotherapy in RSUD Kotamadya Bogor : The Role of Immunohistochemistry and Imaging.

Related Collection