Skripsi
Evaluasi Serum α-fetoprotein Sebagai Biomarker dalam Surveilans Pasien untuk Karsinoma Sel Hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Indonesia = The Evaluation of α-fetoprotein Serum as a Biomarker for the Surveilance of Hepatocellular Carcinoma in dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and Dharmais National Cancer Hospital, Indonesia.
Latar Belakang : Kanker hati merupakan penyebab kematian kedua tersering akibat kanker di seluruh dunia, dan karsinoma sel hati (KSH) menyumbang 90% dari keseluruhan kasus kanker hati di dunia. Jenis kanker ini memiliki prognosis yang sangat buruk. Di Indonesia, harapan hidup pasien KSH rata-rata tidak mencapai tiga bulan. Hal ini terjadi akibat kecenderungan pasien untuk berobat hanya ketika sudah mencapai stadium lanjut, yang di mana tingkat kesintasan pasien KSH pada fase ini sudah sangat rendah. Hal ini menjadikan upaya deteksi dini melalui program surveilans menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pedoman manajemen KSH di seluruh dunia secara umum merekomendasikan pemeriksaan biomarker KSH menggunakan alfa-fetoprotein (AFP) serta pemeriksaan ultrasound untuk surveilans pasien berisiko mengalami KSH. Namun, beberapa tahun terakhir, banyak studi yang menunjukkan kontroversi mengenai aplikasi AFP secara klinis mengenai sensitivitas dan spesifisitas AFP yang rendah.
Tujuan : Mengetahui efektifitas penggunaan biomarker serum AFP dalam surveilans KSH pada pasien di Indonesia serta parameter yang paling berhubungan dengan peningkatan kadar AFP ≥ 10 ng/ml
Metode : Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis data sekunder yang didapatkan dari rekam medis pasien KSH dan pasien yang berisiko mengalami KSH yaitu pasien sirosis, hepatitis B, dan hepatitis C yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais, Indonesia.
Hasil : Hasil menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas AFP dalam surveilans KSH di Indonesia dengan cut-off 10 ng/ml secara berurutan adalah sebesar 82.6% dan 68.9%. Parameter yang paling berkaitan dengan peningkatan AFP ≥ 10 ng/ml dalam analisis multivariat secara berurutan adalah stadium BCLC C, etiologi hepatitis B, stadium BCLC B, dan sirosis.
Kesimpulan : AFP masih dapat digunakan di Indonesia sebagai biomarker surveilans KSH karena sensitivitasnya yang cukup tinggi. Selain itu, pasien dengan etiologi hepatitis B dan sirosis kami rekomendasikan untuk wajib mengikuti program surveilans KSH.
Kata Kunci: Karsinoma Sel Hati, α-fetoprotein, Surveilans, dan Biomarker
Background : Liver cancer is the second most common cause of cancer-related death worldwide with hepatocelullar carcinoma (HCC) representing 90% all liver cancer cases. HCC has a very poor prognosis. In Indonesia, the average life of expectancy is less than three months. This is expected due to patient’s tendency in seeking treatment only when in an advanced stage—in which the survival rate is very low. Thus, early detection of HCC through surveillance program is crucial. HCC guidelines worldwide have given surveillance recommendation through the examination of HCC biomarkers—the α-fetoprotein (AFP)—and ultrasound for patients with risks of developing HCC. However, in recent years, there have been some controversies regarding the usage of AFP concerning its low sensitivity and specificity in detecting HCC.
Objectives: To determine the effectiveness of serum biomarker AFP in the surveillance of HCC patients and discover the parameters most associated with the increase of AFP ≥ 10 ng / ml in Indonesia
Methods : The method used for this research is by analyzing secondary data obtained from the medical records of HCC patients and patients of high-risk in developing HCC of whom include cirrhosis, hepatitis B and hepatitis C patients who undergo treatment at the dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and Dharmais National Cancer Hospital, Indonesia.
Results : The results showed that the sensitivity and specificity of AFP in the surveillance of HCC in Indonesia with a cut-off of 10 ng/ml was 82.6% and 68.9%, respectively. The parameters most associated with the increase of AFP ≥ 10 ng / ml through multivariate analysis, in a consequtive order, are BCLC C, the etiology of hepatitis B, the stage of BCLC B, and the presence of cirrhosis.
Conclusion : We conclude that AFP can still be used in Indonesia as a HCC surveillance biomarker for its high sensitivity value, and we recommend the surveillance of HCC as a mandatory program for cirrhosis and hepatitis B patients in Indonesia.
Keywords: Hepatocelullar carcinoma, α-fetoprotein, Surveilance, and Biomarker
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2018
- Pengarang
-
Alessa Fahira - Nama Orang
Chyntia Olivia Maurine Jasirwan - Nama Orang - No. Panggil
-
S18068fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 Reguler., 2018
- Deskripsi Fisik
-
xix, 94 hal; ill; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
S18068fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
S18068fk | S18068fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi