Text
Penilaian Efektivitas dan Dermatofarmakokinetik Krim Pelembap Minyak Kelapa untuk Pencegahan Sekunder Dermatitis-Tangan Akibat Kerja pada Perajin Batik = Effectiveness and Dermatopharmacokinetic of Moisturizer Containing Cocos nucifera L. and Glycerin for Secondary Prevention of Hand Dermatitis among Batik Workers.
Perajin batik merupakan kelompok berisiko tinggi mengalami dermatitis tangan akibat kerja. Upaya pencegahan menggunakan alat pelindung diri (APD) fisik tidak memberi perlindungan optimal sehingga dibutuhkan intervensi lain. Minyak kelapa merupakan sumber yang kaya kandungan asam laurat dan gliserin merupakan humektan yang baik sebagai pelembap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan dermatofarmakokinetik pelembap yang mengandung minyak kelapa dan gliserin untuk pencegahan sekunder dermatitistangan pada perajin batik. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda acak cross-over yang melibatkan 32 perajin batik lelaki di bidang pewarnaan dan pencucian berusia 25–60 tahun dengan dermatitis-tangan akibat kerja. Data diambil di sentra batik Bantul dan Kulonprogo, Yogyakarta. Efektivitas pelembap dinilai dengan skor Hand Eczema Score Index (HECSI), transepidermal water loss (TEWL), dan skin capacitance (SCap) dorsum tangan dan palmar pada baseline dan 14 hari setelah menggunakan krim pelembap. Metode skin stripping digunakan untuk mengetahui penetrasi dan retensi pelembap di dalam stratum korneum setelah diaplikasikan 12 jam. Pada penelitian ini ditemukan tipe dermatitis-tangan terbanyak adalah hiperkeratotik palmaris 56% subjek, interdigital eczema 15,6%, nummular hand eczema 12,5%, pulpitis 9,4%, dan recurrent vesicular hand eczema 6,3% subjek. Diskolorasi kuku ditemukan pada 96,97% subjek. Subjek yang selalu menggunakan APD sebesar 40,6% sehingga risiko subjek mengalami dermatitis-tangan cukup besar. Setelah 14 hari, kedua pelembap menunjukkan perubahan skor HECSI, penurunan TEWL dan peningkatan SCap lebih dari 20%. Perbandingan efek terapi kedua pelembap pada nilai HECSI, penurunan TEWL, dan SCap secara statistik tidak berbeda bermakna. Hasil skin stripping menggunakan analisis kromatografi menunjukkan bahwa terjadi penetrasi asam laurat dan gliserin kedua krim pada jam ke-3 (uptake) dan masih terdeteksi pada jam ke-12 (clearance). Krim minyak kelapa mampu meretensi kadar asam laurat dan gliserin lebih tinggi dibandingkan plasebo. Temuan ini mendukung program kesehatan kulit untuk para perajin batik dan merekomendasikan pemberian pelembap secara rutin, minimal tiap 12 jam per hari.
Kata Kunci: dermatitis-tangan akibat kerja, minyak kelapa, pelembap, pencegahan, perajin batik
Batik workers are a group at highest risk of acquiring occupational contact dermatitis, especially hand dermatitis. Prevention of using personal protective equipment (PPE) does not provide optimal protection therefore other interventions are needed for secondary prevention. The development of topical agents that improve skin barrier function is a promising approach for the management of hand dermatitis. Topically applied lipids and humectants may interfere with skin barrier function, and facilitate skin barrier repair. The aim of this study is to evaluate the effectiveness of Cocos nucifera and glycerine for secondary prevention of hand dermatitis among batik workers. In a double-blind, cross-over randomized study, the effect of glycerine coconut oil-containing cream vs. glycerine alone on skin barrier functions was determined by assessment after repeated application of moisturizers over a 2-week period in batik workers with occupational hand dermatitis. As much as 32 batik dyeing and/or rinsing process workers were enrolled in this study for a minimum of 6 months with mild to moderate occupational hand dermatitis. Assessment of transepidermal water loss (TEWL), skin capacitance and the Hand Eczema Severity Index (HECSI) were made at baseline and day 14. The research showed that the type of hand dermatitis among subjects that occurs were 56% palmar hyperkeratosis, 15.6% interdigital eczema, 12.5% nummular hand eczema, 9.4% pulpitis and 6.3% recurrent vesicular hand eczema. As much as 96.97% of the subjcts have nail discoloration. 40.6% of the subjects always use PPE were at risk of developing hand dermatitis. After applying 14 days, both moisturizers showed clinical improvement by 20% decreased of HECSI and TEWL and 20% increased of skin capacitance. There was no statistically significant treatment effect between both moisturizers. Skin stripping result was analyzed using chromatography method showed penetration at 3 rd hour (uptake) and still detected at 12 th hour (clearance). The findings of the study support the skin health program for batik workers and routine usage of moisturizers are recommended for a minimal of 12 hours per day to prevent hand dermatitis.
Keywords: batik workers, coconut oil, moisturizer, occupational hand dermatitis, prevention
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2019
- Pengarang
-
Windy Keumala Budianti - Nama Orang
- No. Panggil
-
D19009fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran., 2019
- Deskripsi Fisik
-
xxviii, 189 hlm. ; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
NONE
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
D19009FK | D19009fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi