Tesis
Epidural Morfin untuk Analgesia Pascabedah Abdomen Bawah: Perbandingan Efektivitas Teknik Infus Kontinu dengan Bolus Intermiten di RSUPN Cipto Mangunkusumo = Morphine Epidural for Lower Abdominal Post-operative Analgesia: Effectiveness Comparison of Continuous Infusion Technique and.
Latar Belakang: Manajemen nyeri pascabedah yang efektif dapat memberikan pemulihan cepat, mengurangi biaya perawatan dan tercapainya kenyamanan serta kepuasan pasien. Intermitten Epidural Bolus (IEB) saat ini merupakan prosedur analgesia pascabedah yang lazim dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, menghasilkan analgesia yang baik, namun membutuhkan waktu dan penanganan sumber daya manusia yang cukup banyak. Pemberian analgesia epidural dapat digunakan secara Continuous Epidural Infusion (CEI), dilaporkan dapat memberikan derajat analgesia yang stabil, mencegah fluktuasi dalam meredakan nyeri, gangguan kardiovaskular minimal, waktu penanganan yang singkat dan sumber daya manusia yang sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas antara teknik CEI dengan IEB pada pemberian morfin 4 mg dan bupivakain 0.125% dalam 24 jam pertama pascabedah. Metode: Penelitian uji klinik acak tidak tersamar ini melibatkan 36 subjek pascabedah abdomen bawah, urologi dan ginekologi dari Januari-Maret 2018. Dilakukan consecutive sampling kemudian dibagi melalui randomisasi menjadi 2 kelompok: CEI mendapatkan morfin 4 mg + bupivakain 0,125% 60 mg (total volume 48 ml) kecepatan 2 ml/jam drip selama 24 jam, tanpa inisial bolus. Kelompok IEB, mendapatkan morfin 2 mg + bupivakain 0,125% 5 mg (total volume 4 ml) tiap 12 jam selama 24 jam pertama. Penelitian ini membandingkan derajat nyeri istirahat dan bergerak pada menit ke-0, jam ke-6, jam ke-12 dan jam ke-24, saat pertama kali pasien membutuhkan analgesik tambahan, jumlah pemberian ketorolak dan efek samping analgesia epidural pada kedua grup dalam 24 jam pertama pascabedah. Hasil: Saat menit ke-0, jam ke-6, jam ke-12 dan jam ke-24 pascabedah pada kedua kelompok rentang NPS termasuk nyeri ringan-sedang, dengan nilai median derajat nyeri bergerak 2-3 dan derajat nyeri istirahat 1-2 dengan nilai p> 0,05. Saat pertama kali membutuhkan analgesik tambahan ketorolak pascabedah kelompok IEB lebih cepat membutuhkan ketorolak (30 menit) dibandingkan CEI (45 menit), (p>0,05). Secara klinis jumlah subjek yang membutuhkan ketorolak lebih dari 1 kali pemberian hanya terdapat pada kelompok IEB yaitu 3 orang. Efek samping mual muntah ditemukan lebih banyak pada kelompok IEB yaitu 8 subjek (44,4 %) dibandingkan kelompok CEI 5 subjek (27,8 %). Hipotensi pada IEB 2 subjek dan tidak ada hipotensi pada kelompok CEI. Simpulan: Teknik CEI dan IEB sama efektif mengontrol nyeri dalam 24 jam pertama pascabedah pascabedah secara klinis.
Kata Kunci: epidural, morfin, bupivakain, infus kontinu epidural, bolus intermiten epidural, pascabedah, abdomen bawah.
Background: Effective post-operative pain management can improve recovery period, reduce cost, and give comfort and satisfaction to the patient. Intermitten Epidural Bolus (IEB) common postoperative analgesia procedure in Cipto Mangunkusumo Hospital, and could provide good analgesia but on the other hand, requires time and human provider. Epidural analgesia given as Continuous Epidural Infusion (CEI), reported adequate analgesia level. It prevents breakthough pain with minimal cardiovascular disturbances. This study aims to compare the effectiveness between CEI and IEB for lower abdomen and urology postoperative epidural analgesia using of 4 mg morphine and bupivacaine 0125% in the first 24 hours postoperative. Methode: This study was a randomized controlled trial, conducted from January-March 2018. Thirty six subjects were selected consecutively and randomized into two groups: In CEI group, morphine 4 mg + bupivacaine 0,125% 60 mg (total volume 48 ml) with speed 2 ml/hour in 24 hour) was given postoperatively, without initial boluses. In IEB group, morphine 2 mg + bupivacaine 0.125% 5 mg (total volume 4 ml) was give every 12 hours within the first 24 hours. The degree of pain (rest and active condition) in 0 minute, 6th hour, 12th hour, and 24th hour postoperative, rescue analgesia time (ketorolac iv), and side effect of epidural analgesia in two groups within first 24 hour postoperative were observed. Result: Pain score in the 0 minute, 6 th th hour, 12 th hour, and 24 hour in two groups according to NPS range were classified as mild-moderate pain, with median value was 23 (active condition) and was 1-2 pain degree (resting) (p>0,05). The time of first postoperative ketorolac was faster in IEB (30 minutes) then in CEI group (45 minutes) (p>0,05). However, three subject in IEB group needed rescue analgesia more than once while there was none in CEI group. Nausea vomiting was more often in IEB groups, which were 8 subjects (44.4%), than in CEI groups which were 5 subjects (27.8%). Hypotension was found two subjects in IEB group while none in CEI group. Conclusion: CEI is similarly effective as IEB in providing in the first 24 hours postoperative pain management.
Keyword: continuous infusion, epidural, intermittent bolus, morphine, lower abdominal, postoperative.
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2018
- Pengarang
-
Raden Nur Sudarmi Wiratanoeningrat - Nama Orang
PRYAMBODHO - Nama Orang
Darto Satoto - Nama Orang - No. Panggil
-
T18400fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif., 2018
- Deskripsi Fisik
-
xvi, 61 hal; ill; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
T18400fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
T18400fk | T18400fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi