Tesis

Penilaian perubahan dosis kortikosteroid berdasarkan manifestasi klinis dengan menggunakan skala van Brakel dibandingkan dengan Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta pada reaksi reversal derajat berat di Poliklinik Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo = Evaluation of corticosteroid dose adjustment based on clinical manifestation using van Brakel scale compared to The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program in severe reversal reaction at Dermatology and Venereology Outpatient Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.

Latar belakang: Reaksi reversal (RR) penyebab kecacatan pada 40% pasien kusta. Panduan terapi menurut Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta (PNPPK) tidak menjelaskan lebih lanjut cara evaluasi pengobatan pada RR. Skala van Brakel (SVB) merupakan skala yang bersifat objektif untuk menilai derajat keparahan RR, terdiri atas skor A (menilai kelainan kulit), skor B (menilai fungsi saraf sensorik), dan skor C (menilai fungsi saraf motorik). Skala ini telah digunakan pada beberapa penelitian mengenai pengobatan RR dengan menggunakan azathioprin, siklosporin, dan kortikosteroid intravena. Tujuan: Membandingkan penilaian perubahan dosis kortikosteroid berdasarkan manifestasi klinis dengan menggunakan SVB dan PNPPK pada pasien kusta dengan RR derajat berat. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Desember 2017 hingga Juni 2018. Subjek penelitian terdiri atas pasien RR derajat berat yang akan mendapatkan dosis metilprednisolon sesuai dengan skema pemberian kortikosteroid pada reaksi kusta menurut WHO. Perubahan dosis menyesuaikan nilai skor SVB. Pada kelompok 1 menggunakan penjumlahan skor A, B, dan C, sedangkan kelompok 2 mengguankan skor A. Pemeriksaan saraf sensorik menggunakan SemmesWeinstein monofilament, sedangkan pemeriksaan saraf motorik menggunakan voluntary muscle test. Hasil: Penelitian diikuti 22 pasien yang terbagi menjadi dua kelompok. Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna diantara kelompok tersebut (p>0,05). Manifestasi RR terbanyak adalah kelainan kulit berupa sebagian atau seluruh lesi lama kusta menjadi lebih merah dan meninggi (100%). Kriteria RR derajat berat terbanyak adalah lesi reaksi baru yang disertai rasa panas pada lesi (77,27%). Perubahan dosis terapi dan total skor SVB di dalam kelompok 1 dan 2 bermakna secara statistik (p0,05). Kesimpulan: Penilaian perubahan dosis kortikosteroid berdasarkan manifestasi klinis dengan menggunakan SVB tidak terbukti lebih baik dibandingan dengan PNPPK pada pasien kusta dengan RR derajat berat.
Kata kunci: Panduan Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, reaksi reversal, skala van Brakel


Background: Reversal reaction (RR) is the cause of disability in 40% of leprosy patients. The management guidelines based on The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program, do not explain on the evaluation procedures throughly. Van Brakel scale (VBS) is a scale to objectively evaluate the severity of RR, consisting of score A to evaluate skin abnormalities, score B to evaluate sensoric neural function, and score C to evaluate motoric neural function. This scale has been used in several studies to assess outcomes of RR treatment utilize azathioprine, cyclosporine, and intravenous corticosteroid. Aim: To compare the assessment of corticosteroid dose adjustment based on clinical manifestations using VBS and The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program in severe RR leprosy patients. Method: A single-blind randomized clinical trial was conducted at Dermatology and Venereology Outpatient Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, from December 2017 to June 2018. The subjects were severe RR patients who has been receiving methylprednisolone according to WHO’s corticosteroid regimen in leprosy reaction. Group 1 uses the sum of scores A, B, and C, while group 2 uses score A, because it is considered similar to The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program. Sensoric neural function examinations were done using Semmes-Weinstein monofilament test, while motoric neural function examinations were done using voluntary muscle test. Results: This study followed 22 participants divided into two groups and we found no significant difference between the two (p>0,05). The most common manifestation of RR is escalation of inflammatory symptomps on some or all of leprosy lesions and manifestation of severe RR is a new reaction lesions accompanied by burning sensation. The change of total VBS score and the adjustment of therapeutic dose on both groups were statistically significant (p0,05). Conclusion: Evaluation of corticosteroid dose adjustment based on clinical manifestation using VBS was proven not to be better than The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program in severe RR patients.
Keywords: National Guidelines of Leprosy Disease Management Program, reversal reaction, van Brakel scale

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2018
Pengarang

Astri Adelia - Nama Orang
Sri Linuwih Menaldi - Nama Orang
Hanny Nilasari - Nama Orang

No. Panggil
T18271fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.,
Deskripsi Fisik
xx, 102 hlm. ; 14 x 21 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T18271fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T18271fkT18271fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Penilaian perubahan dosis kortikosteroid berdasarkan manifestasi klinis dengan menggunakan skala van Brakel dibandingkan dengan Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta pada reaksi reversal derajat berat di Poliklinik Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo = Evaluation of corticosteroid dose adjustment based on clinical manifestation using van Brakel scale compared to The National Guidelines of Leprosy Disease Management Program in severe reversal reaction at Dermatology and Venereology Outpatient Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.

Related Collection