Tesis
Management of Male Lower Urinary Tract Symptoms Suggestive of Benign Prostatic Hyperplasia by General Practitioners in Jakarta = Manajemen Gejala Saluran Kemih Bawah pada Pria Sugestif Pembesaran Prostat Jinak oleh Dokter Umum di Jakarta.
This study was performed to describe and evaluate the management of male lower urinary tract symptoms (LUTS) suggestive of benign prostatic hyperplasia (BPH) by general practitioners (GPs) in Jakarta. This observational cross-sectional study was performed between January 2013 and August 2013 in Jakarta. We developed a questionnaire consisting of 10 questions describing the management of male LUTS suggestive of BPH by GPs in their daily practice in the previous month. We collected questionnaires from 200 GPs participating in 4 urology symposiums held in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Most GPs were aged between 25 and 35 years (71.5%) and had worked for more than 1 year (87.5%). One to 5 cases of male LUTS suggestive of BPH were treated by 81% of GPs each month. At diagnosis, the most common symptoms found were urinary retention (55.5%), frequency (48%), and nocturia (45%). The usual diagnostic workup included digital rectal examination (65%), scoring system (44%), measurement of prostate-specific antigen (PSA) level (23.5%), and renal function assessment (20%). Most GPs referred their male patients with LUTS suggestive of BPH to a urologist (59.5%) and 46.5% of GPs prescribed drugs as an initial therapy. Alpha-adrenergic antagonist monotherapy (71.5%) was the most common drug prescribed. Combination therapy with α-adrenergic antagonists and 5α-reductase inhibitors was not routinely prescribed (13%). Thirty-eight percent of GPs referred their patients when recurrent urinary retention was present and 33% when complications were present. Our study provides evidence that the management of male LUTS suggestive of BPH by GPs in Jakarta suggests referral in part to available guidelines in terms of diagnostic methods and initial therapy. However, several aspects of the guidelines, such as PSA level measurement, renal function assessment, urinalysis, ultrasound examination, and prescription of combination therapies, are still infrequently performed.
Keywords: prostatic hyperplasia, lower urinary tract symptoms, general practitioner
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan dan mengevaluasi manajemen gejala saluran kemih bawah (LUTS) laki-laki sugestif dari benign prostatic hyperplasia (BPH) oleh dokter umum di Jakarta. Penelitian cross-sectional observasional ini dilakukan pada periode Januari 2013 hingga Agustus 2013 di Jakarta. Peneliti mengembangkan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan yang menjelaskan manajemen LUTS laki-laki sugestif BPH oleh dokter dalam praktek sehari-hari pada bulan sebelumnya. Peneliti mengumpulkan kuesioner dari 200 dokter yang berpartisipasi dalam 4 simposium urologi yang diadakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebagian besar dokter berusia antara 25 dan 35 tahun (71,5%) dan telah bekerja selama lebih dari 1 tahun (87,5%). Satu sampai lima kasus LUTS pada pria sugestif BPH diobati oleh 81% dokter setiap bulannya. Saat diagnosis, gejala yang paling umum ditemukan adalah retensi urin (55,5%), frekuensi (48%), dan nokturia (45%). Pemeriksaan diagnostik yang lazim termasuk pemeriksaan colok dubur (65%), sistem skoring (44%), pengukuran tingkat antigen spesifik prostat (PSA) (23,5%), dan penilaian fungsi ginjal (20%). Kebanyakan dokter merujuk pasien pria dengan LUTS sugestif dari BPH ke dokter spesialis urologi (59,5%) dan 46,5% dokter umum meresepkan obat-obatan sebagai terapi awal. Antagonis antagonis alfa-adrenergik (71,5%) adalah obat yang paling umum diresepkan. Terapi kombinasi dengan antagonis α-adrenergik dan inhibitor 5a-reduktase tidak rutin diresepkan (13%). Tiga puluh delapan persen dari dokter umum merujuk pasien ketika retensi urin berulang dan 33% ketika terjadi komplikasi. Penelitian ini memberikan bukti bahwa manajemen LUTS pada laki-laki sugestif BPH oleh dokter umum di Jakarta menyarankan sisitem rujukan sebagian untuk pedoman yang tersedia dalam hal metode diagnostik dan terapi awal. Namun, beberapa aspek dari pedoman, seperti pengukuran tingkat PSA, penilaian fungsi ginjal, urinalisis, pemeriksaan ultrasound, dan peresepan terapi kombinasi, masih jarang dilakukan.
Kata kunci: hiperplasia prostat, gejala saluran kemih bawah, dokter umum
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2018
- Pengarang
-
Faisal Abdi Matondang - Nama Orang
Harrina E. Rahardjo - Nama Orang - No. Panggil
-
T18110fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Spesialis Urologi., 2018
- Deskripsi Fisik
-
xi, 15 hal; ill; 21 x 30 cm
- Bahasa
-
English
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
T18110fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
T18110fk | T18110fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi