Skripsi
Influence of Clove (Syzygium aromaticum) Flower Bud Extract on the growth of an In-vitro Culture of Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) = Efek ekstrak bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap kultur In-vitro Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) .
Background: Indonesia, like many other tropical countries, is the victim of constant threat from infectious diseases. In addition, the microbes, which can be eliminated by common antibiotics, have become resistant. This is all in part due to improper prescription of antibiotics, lesser-educated public and unsanitary conditions. Such conditions have culminated into a threat that may exceed cancer. In response to antimicrobial resistance, conservative antibiotic use through rapid diagnostics may be a viable option, however the options of alternative medicine is also one that must be considered. Given its cultural values, abundance of natural resources and prevalence of communicable diseases, Indonesia must be on the forefront of research on alternative medicine. Medicinal herbs are ubiquitously found and used by the people of Indonesia. One such herb is the clove plant (Syzygium aromaticum). It is culturally used to relieve symptoms of halitosis, as well as gastric and other local infections. Hence, a research must be conducted to investigate the efficacy of Syzygium aromaticum against Methicillin resistant Staphlycoccus aureus, the etiological agent of multiple local and systemic infections. Purpose: The purpose of the research is to investigate the effect of the extract of clove bud (Syzygium aromaticum) against cultured Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Methods: This is an Experimental Research to determine the effect of Clove (S aromaticum) on MRSA culture in vitro. The parameters being measured are the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Using the broth microdilution method, we can semiquantitatively find the minimum concentration required to suppress the growth of bacteria, and then samples from the microdilution trays will be further inoculated to agar media, so we can determine the minimum concentration required to eliminate the microbe entirely. Result: The research revealed that Clove (Syzygium aromaticum) bud extract has antimicrobial properties against MRSA and Staphylococcus aureus. MRSA (MIC: 0.3906%, MBC: 0.3906%) is more susceptible to aqueous clove extract, compared to Staphylococcus aureus (MIC: 0.7813%, MBC: 0.7813%).
Key words: Syzygium aromaticum, MRSA, MIC, MBC
Latar belakang: Indonesia adalah negara yang selalu menghadapi ancaman dari penyakitan inkesius, sama seperti negara tropis lain. Kuman-kuman yang menyebabkan penyakit tersebut, telah menjadi resisten, karena salah preskripsi obat dan lingkugan masyarakat yang tidak hygienis. Ancaman dari kuman resisten telah berkembang, dan bisa jadi lebih membahayakan daripada kanker. Salah satu cara untuk mengkurangkan kasus penyakit ini adalah preskripsi obat dengan benar dan diagnosis yang lebih cepat dan tepat. Selain itu, kita harus melihat obat herbal sebagai salah satu obat alternatif. Indonesia adalah negara yang kultural dan mempunyai kekayaan tanaman dan rempah-rempah. Rempah-rempah ini bisa ditemui dimana-mana, dan dipakai oleh mayoritas masyarakat. Salah satu contohnya adalah Cengkeh (Syzygium aromaticum), yang sering dipakai untuk menghilangkan bau mulut, dan mengobati infeksi lokal. Oleh karena itu, efeknya Syzygium aromaticum terhadap Methicillin-resistent Staphylococcus aureus, salah satu kuman etiologinya infeksi lokal dan sistemik, harus dipelajari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efeknya ekstrak Syzygium aromaticum terhadap kultur Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA). Metode: Penelitian ini mengunakan methode eksperimental. Parameter yang diukur di penelitian ini adalah Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Methode yang digunakan untuk mencari konsentrasi minimal dibutuhkan untuk inhibisi bakteri (MIC) adalah broth dilution. Sampel dari broth dilution akan di inokulasi pada media agar, dan konsentrasi minimal dibutuhkan untuk membunuhi bakteri (MBC) akan bisa diukur. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) mempunyai efek antimikrobial terhadap MRSA dan S aureus. MRSA (MIC: 0.3906%, MBC: 0.3906%) juga lebih sensitif terhadap extrak cengkeh, dibandingkan S aureus (MIC: 0.7813%, MBC: 0.7813%).
Kata kunci: Syzygium aromaticum, MRSA, MIC, MBC
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2016
- Pengarang
-
Naivedh Bhat - Nama Orang
Ariyani Kiranasari - Nama Orang - No. Panggil
-
S16219fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 KKI., 2016
- Deskripsi Fisik
-
ix, 30 hlm., 21cm x 30cm
- Bahasa
-
English
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
S16219fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
S16219FK | S16219fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi