Tesis

Perbandingan Akurasi Deteksi Ovulasi antara Suhu Basal Tubuh, Lendir Serviks dan Kombinasi Keduanya dengan Pemeriksaan Ultrasonografi = The Ovulation Detection Accuracy between Body Basal Temperature, Cervical Mucus and Combination of Both Compared to Ultrasound Examination.

Latar Belakang: Deteksi ovulasi sangat berguna ada kasus infertilitas. Dampak masalah ini di negara berkembang lebih berat daripada negara maju, karena selain menyebabkan penderitaan fisik juga dampak masalah psikososial. Ada berbagai metode sederhana untuk mendeteksi ovulasi diantaranya suhu basal tubuh dan lendir serviks. Berbagai data sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik pada kedua metode tersebut, sehingga bisa menjadi alternatif bagi pasien infertilitas di sarana kesehatan lini pertama. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan pemeriksaan suhu basal tubuh dan lendir serviks sebagai pemeriksaan alternatif dalam mendeteksi ovulasi terutama pada fasilitas kesehatan yang tidak mempunyai ultrasonografi. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di poliklinik RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada tahun 2016-2017. Sebanyak 49 pasien perempuan infertilitas yang mempunyai siklus menstruasi yang normal diminta untuk berpartisipasi dan dilakukan pengukuran suhu basal tubuh, pengambilan sampel lendir serviks dan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal. Dan data dikelompokkan menjadi 3 Hari Perkiraan Ovulasi (HPO) yaitu HPO-2, HPO dan HPO+2. Dilakukan uji diagnostik dan dilakukan perbandingan akurasi antara suhu basal tubuh, lendir serviks dan kombinasi keduanya. Hasil: Didapatkan hasil yang paling baik adalah akurasi lendir serviks dan kombinasi keduanya dengan hasil 65%. Dan yang paling rendah adalah suhu basal tubuh dengan hasil 59% Dengan suhu basal tubuh dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 46,7%, spesifisitas 78,9%, dan akurasi 59%. Lendir serviks dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 70%, spesifisitas 57,8%, dan akurasi 65%. Kombinasi suhu-lendir serviks dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 46,67%, spesifisitas 94,73%, dan akurasi 65%. Kesimpulan: Pemeriksaan lendir serviks memiliki akurasi yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan suhu basal tubuh dalam mendeteksi ovulasi. Diperlukan penelitian mengenai validasi alat diagnostik ini pada masyarakat yang lebih luas dan bukan hanya pada kelompok yang mengalami infertilitas sehingga dapat diterapkan pada masyarakat umum.
Kata Kunci: Deteksi ovulasi, Suhu Basal Tubuh, Lendir Serviks, Kombinasi Suhu Basal Tubuh dan Lendir Serviks, Ultrasonografi, Infertilitas



Background: Ovulation detection is particularly useful in cases of infertility. The impact of this problem in developing countries is more severe than developed countries, because in addition to physical suffering is also the impact of psychosocial problems. There are various simple methods to detect ovulation including measurement of basal body temperature and cervical mucus. Various data are sensitive and specific enough for both methods; therefore these might act as alternative for infertility patients in primary health facilities. Purpose: This study aims to make basal body temperature examination and cervical mucus as an alternative examination in detecting ovulation, especially in health facilities that do not have ultrasound. Methods: This cross-sectional study was conducted at outpatient clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in the year 2016-2017. A total of 49 infertile female patients who had normal menstrual cycles were asked to participate and performed basal body temperature measurements, cervical mucus sampling and trans-vaginal ultrasound examination. The data are subsequently grouped into 3 Days Estimated Ovulation (HPO); HPO-2, HPO and HPO + 2. Diagnostic tests were performed and accurate comparison between basal body temperature, cervical mucus and a combination of both were later assessed. Results: The best accuracy was found on cervical mucus and combination of both with 65% in detecting ovulation, whilst the lowest was basal body temperature (59%) with sensitivity 46,7%, and specificity 78,9%. Cervical mucus in diagnosing ovulation has a sensitivity of 70% and specificity 57.8%. The combination of temperature-cervical mucus in diagnosing ovulation has sensitivity of 46.67% and specificity of 94.73%. Conclusion: Cervical mucus examination has better accuracy compared with basal body temperature examination in detecting ovulation. A further research for validating these diagnostic tools to the wider community and not only in patients with infertility is needed.
Keywords: Ovulation Detection, Body Basal Temperature, Cervical Mucus, Combination of Body Basal Temperature and Cervical Mucus, Ultrasound, Infertility

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2017
Pengarang

Alexander Mukti - Nama Orang
Eka Rusdianto Gunardi - Nama Orang

No. Panggil
T17142fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Obstetri dan Ginekologi.,
Deskripsi Fisik
xiii, 69 hlm., 21cm x 30cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T17142fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T17142FKT17142fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Perbandingan Akurasi Deteksi Ovulasi antara Suhu Basal Tubuh, Lendir Serviks dan Kombinasi Keduanya dengan Pemeriksaan Ultrasonografi = The Ovulation Detection Accuracy between Body Basal Temperature, Cervical Mucus and Combination of Both Compared to Ultrasound Examination.

Related Collection