Tesis

Gambaran Pemberian Profilaksis Primer Kotrimoksazol pada Pasien HIV Dewasa di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM Tahun 2004-2013 = Description of Primary Cotrimoxazole Prophylaxis in Adult HIV Patients in HIV Integrated Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta in 20042013

Latar Belakang : Pemberian kotrimoksazol diberikan sebagai standar
pencegahan primer terhadap infeksi toksoplasmosis dan pneumonia Pneumocystis
jirovecii (PCP) pada pasien HIV dengan CD4 kurang dari 200 sel/mm3 dan pasien
tuberkulosis. Beberapa penelitian di luar negeri mendapatkan bahwa pemberian
profilaksis kotrimoksazol belum sesuai dengan panduan nasional, sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk menilai kepatuhan dokter dalam meresepkan
profilaksis primer kotrimoksazol.
Tujuan : mengetahui pola peresepan dokter terutama dalam memulai,
menghentikan, dosis obat, efek samping, durasi pemberian dan persentase lama
pemberian profilaksis primer kotrimoksazol pada pasien HIV
Metode : Studi ini merupakan studi kohort retrospektif dan mengambil data
semua pasien HIV usia lebih dari 18 tahun yang berobat ke UPT HIV RSCM
tahun 2004-2013 dan memenuhi kriteria pemberian profilaksis primer
kotrimoksazol. Variabel yang diteliti adalah pola inisiasi peresepan, penghentian
peresepan, dosis, durasi, persentase lama pemberian, serta ada tidaknya efek
samping kotrimoksazol
Hasil : Sejumlah 3818 pasien mempunyai indikasi pemberian kotrimoksazol
dengan nilai tengah usia pasien adalah 29 tahun, pria (79,1%), tuberkulosis
(58,5%), stadium 3 dan 4 (86%). Nilai tengah CD4 saat awal adalah 51 sel/mm3
(RIK 101). Profilaksis primer kotrimoksazol sudah dimulai pada 83% pasien.
Pemberian dosis kotrimoksazol sudah sesuai pedoman pada 99,8% pasien. Efek
samping yang dari yang paling sering sampai yang jarang terjadi adalah
peningkatan transaminase (38,1%), leukopenia (16,9%), anemia (16,5%), mual
(15,4%), muntah (7,8%), trombositopenia (7,4%) dan alergi (5,3%). Efek samping
yang menyebabkan penghentian peresepan adalah alergi (100%), anemia (2,4%),
peningkatan transaminase (2,1%), muntah (0,8%) dan leukopenia (0,6%). Pola
penghentian peresepan tidak sesuai pedoman pada 61,6% dengan nilai tengah
persentase lama pemberian 87,5% (RIK 39) dan nilai tengah durasi pemberian
profilaksis primer kotrimoksazol adalah 20 bulan (RIK 20). Durasi pada pasien
dengan CD4≤100 sel/mm3 dan >100 sel/mm3 adalah 21 bulan (RIK 22) dan 12,5
bulan (RIK 14,75) dengan nilai p=0,000.
Kesimpulan : walaupun pada saat awal 83% pasien HIV dewasa dilakukan
pemberian profilaksis primer kotrimoksazol dengan pengaturan dosis yang sangat
baik, namun 61,6% penghentian peresepan tidak sesuai pedoman.
Kata Kunci : profilaksis, kotrimoksazol, HIV


Back Ground : Cotrimoxazole was standard of primary prevention against
toxoplasmosis infection and Pneumocystis jirovecii pneumonia (PCP) in patients
with CD4 less than 200 cell/mm3 and tuberculosis. Some study found that
prophylactic use cotrimoxazole in patients with HIV was inappropriate with
national guideline. It was necessary to have research in order to know clinician
adherence to prescribe primary cotrimoxazole prophylaxis.
Objective : to know initiation, discontinuation, dosage, adverse events, duration
and duration percentage of primary cotrimoxazole prophylaxis in HIV patients
Methods : This was cohort retrospective study and was done in UPT HIV RSCM
and subject of study were all patients more than 18 years old from 2004 to 2013
and had indication of primary cotrimoxazole prophylaxis. Variable in this study
were initiation, discontinuation, dosage, duration, duration percentage and adverse
events of primary cotrimoxazole prophylaxis.
Result : There were 3818 patients had indication of primary cotrimoxazole
prophylaxis with median age of study subjects were 29 years old, 79,1% were
male, 58,5% were tuberculosis, WHO clinical stage 3 and 4 were 86%. Median
CD4 at beginning was 51 cell/mm3 (IQR 101). Initiation of primary
cotrimoxazole prophylaxis was performed in 83% patients who met indication.
99,8% patients used appropriate dose of cotrimoxazole. Frequent adverse events
were increasing hepatic transaminase (38,1%), leucopenia (16,9%), anemia
(16,5%), nausea (15,4%), vomiting (7,8%), thrombocytopenia (7,4%) and
hypersensitivity (5,3%). Adverse event causing discontinuation were
hypersensitivity (100%), anemia (2,4%), increasing hepatic transaminase (2,1%),
vomiting (0,8%) and leucopenia (0,6%). Inappropriate discontinuation of
cotrimoxazole was 61,6% with median duration percentage was 87,5% (IQR 39)
and median of duration was 20 month (IQR 20). Duration in patients with
CD4≤100 cell/mm3 and >100 cell/mm3 was 21 month (IQR 22) and 12,5 month
(IQR 14,75) p=0,000.
Conclusion : although initiation of primary cotrimoxazole prophylaxis was done
in 83% adult HIV patients with appropriate dosage, but 61,6% discontinuation
was inappropriate with guideline
Key words : prophylaxis, cotrimoxazole, HIV

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2014
Pengarang

Ken Ayu Mastini - Nama Orang
Evy Yunihastuti - Nama Orang
Zubairi Djoerban - Nama Orang
Hamzah Shatri - Nama Orang

No. Panggil
T14492fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Penyakit Dalam.,
Deskripsi Fisik
xv, 75 hlm, 21 x 29 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
T14492fk
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T14492fkT14492fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Gambaran Pemberian Profilaksis Primer Kotrimoksazol pada Pasien HIV Dewasa di Unit Pelayanan Terpadu HIV RSCM Tahun 2004-2013 = Description of Primary Cotrimoxazole Prophylaxis in Adult HIV Patients in HIV Integrated Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta in 20042013

Related Collection