Tesis
Analisis Status Zat Besi Pada donor Darah Laki-laki Di Unit Donor Darah PMI Kabupaten Gunungkidul
Latar belakang. Defisiensi besi adalah salah satu gangguan gizi yang paling
umum di seluruh dunia dan ini bisa terjadi pada para donor darah laki-laki yang
rutin. Seorang donor tetap diharapkan dapat menyumbangkan darahnya secara
teratur dalam jangka waktu yang tertentu. Pada donor darah yang seringkali
diambil, dikhawatirkan pada suatu waktu dapat terjadi defisiensi besi, tanpa
anemia. Dengan demikian menjadi perhatian utama para donor tersebut untuk
dilakukan skrining defisiensi besi yang bertujuan bagi para donor darah ini agar
tetap sehat dan terus mendonorkan darahnya.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada para donor
darah laki-laki yang menyumbangkan darahnya pertama, kelima dan kesepuluh
kali. Masing-masing donasi terdiri dari 25 orang yang diambil sampel darahnya
untuk dilakukan pemeriksaan hematologi darah lengkap dan pemeriksaan serum
iron, TIBC, saturasi transferin dan feritin serum.
Hasil. Didapatkan hasil pada donasi pertama, rerata kadar feritin adalah 91,78;
pada donasi kelima terjadi peningkatan kadar feritin yaitu sebesar 111,49 dan
menurun lagi pada kelompok pendonor donasi kesepuluh yakni 65,28. Hasil uji
kruskal wallis menunjukkan ada perbedaan rerata yang bermakna antara kadar
feritin pada donasi pertama, kelima dan kesepuluh kali (nilai p = 0,044).
Simpulan. Terdapat penurunan cadangan besi tubuh (feritin serum) pada donasi
pertama dan kesepuluh. Semakin sering kita menyumbangkan darah dapat terjadi
defisiensi besi tahap pertama yang kita sebut juga iron depletion. Karena itu perlu
diperhatikan pola makan atau status gizi dan juga suplemen yang diberikan
sesudah donor.
Background : Iron deficiency is one of the most common nutritional disorder in
the world and this can occur in the routine male blood donors. A blood donor is
expected to donate blood regularly in a certain period of time. In routine blood
donors, it is feared that they could have iron deficiency without anemia. Thus the
need for screening these donors the iron status of these donors, becomes major
concern to keep these blood donors healthy and can donate their blood intensly
continue to donate blood.
Methodology : This study used a cross-sectional design on the first, fifth and
tenth times male blood donors. Each donation consists of 25 people who were test
for serum iron, total iron binding capacity ( TIBC), transferrin saturation and
serum ferritin.
Results : it is increasing in the first donation, the mean ferritin levels were 91,78,
the fifth donation ferritin levels increase in the amount of 111,49 and declined
again in the tenth donation donor group 65,28. Results of Kruskal Wallis test
showed significant difference between the mean ferritin levels at the first
donation, the fifth and the tenth time (p = 0,044).
Conclusion : There is a significant of serum ferritin in the first and tenth routine
male male blood donors. Therefore need to be considered diet or nutritional status
and iron supplements were given after the donor.
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2014
- Pengarang
-
Grace C D Tanamal - Nama Orang
Ina S Timan - Nama Orang
NI KEN RITCHIE - Nama Orang - No. Panggil
-
T14378fk
- Penerbit
- Jakarta : S2 Program Studi Ilmu Biomedik., 2014
- Deskripsi Fisik
-
xiv, 40 hlm; 20x29cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
T14378fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
T14378fk | T14378fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi