Text

Faktor risiko kejadian toleransi glukosa terganggu pada anak obes usia 12 - 15 tahun.

Latar belakang. Laporan kejadian obesitas pada anak terus menunjukkan peningkatan sepanjang waktu hingga mencapai angka yang membahayakan (alarm rate). Pada anak obes, toleransi glukosa terganggu (TGT) merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus (DM) tipe 2. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan perbedaan prevalensi TGT di beberapa wilayah. Sampai saat ini, penelitian mengenai faktor risiko TGT pada anak Indonesia masih sangat terbatas. Tujuan. Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor risiko TGT pada anak usia 12-15 tahun, Metode. Studi potong lintang dilakukan pada anak obes usia 12-15 tahun di 10 sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta. Obesitas ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran indeks massa tubuh (IMT) >P menurut kurva CDC 2000. Riwayat DM tipe 2 dalam keluarga ditentukan berdasarkan anamnesis terhadap orangtua subyek. Gambaran klinis akantosis nigrikan (AN) ditentukan secara dikotom melalui pemeriksaan fisis. Intensitas aktivitas fisis diukur melalui wawancara dengan orangtua pasien dengan menggunakan kriteria aktivitas menurut World Health Organization. Diagnosis TGT ditegakkan berdasarkan tes toleransi glukosa oral (TTGO) sesuai kriteria American Diabetes Association tahun 2006. Proporsi AN, riwayat DM tipe 2 dalam keluarga, aktivitas fisis yang dilakukan secara aktif, dan TGT ditentukan. Uji Fisher digunakan untuk menganalisis risiko kejadian TGT berdasarkan IMT, sedangkan uji Mann-Whitney berdasarkan variabel AN, aktivitas fisis, dan riwayat DM tipe 2 dalam keluarga. Analisis regresi logistik dilakukan berdasarkan pertimbangan kepentingan klinis dari seluruh variabel bebas yanng diteliti. Hasil. Didapatkan 182 subyek dengan sebaran jenis kelamin yang normal. Proporsi TGT dan AN berturut-turut adalah 3,8% dan 93,9%. Sebesar 56,7% subyek dengan gambaran AN berada pada rentang IMT 30-39,9; dan seluruh subyek pada rentang IMT 40-49,9 memiliki gambaran AN derajat berat (3-4). Seluruh subyek yang mengalami TGT memiliki gambaran AN derajat berat ( derajat 4) dan tidak ada yang memiliki kebiasaan beraktivitas fisis secara aktif. Riwayat DM tipe 2 pada keluarga didapatkan pada 57,1% subyek dengan TGT, dan 46,9% subyek tanpa TGT. Sebesar 25,1% subyek tanpa TGT memiliki kebiasaan beraktivitas fisis secara aktif. Tidak didapatkan hubungan antara gambaran AN, riwayat DM tipe 2 dalam 97 keluarga, intensitas aktivitas fisis, dan IMT dengan kejadian TGT (nilai p berturut-turut adalah 1; 0,7; 0,2; dan 0,9). Berdasarkan analisis regresi logistik didapatkan bahwa keempat variabel bebas tersebut bukan merupakan faktor risiko kejadian TGT pada penelitian ini. (p>0,05). Simpulan. Tidak terdapat hubungan antara IMT, gambaran AN, riwayat DM tipe 2 dalam keluarga, dan intensitas aktivitas fisis dengan kejadian TGT. Seluruh subyek dengan TGT memiliki gambaran AN derajat 4. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menjelaskan peran distribusi lemak tubuh dengan menggunakan indikator tebal lipatan kulit atau lingkar perut terhadap gangguan regulasi glukosa pada anak obes. Deskripsi progresivitas gangguan regulasi glukosa perlu diidentifikasi pada anak obes dengan gambaran AN walaupun hasil TTGO menunjukkan hasil normal.
Kata kunci: obesitas, toleransi glukosa terganggu, gangguan regulasi glukosa, anak


Judul Seri
-
Tahun Terbit
2012
Pengarang

Francisca Yohanna Maria Kristiani - Nama Orang
Suzanna Immanuel - Nama Orang
Aman Bhakti Pulungan - Nama Orang

No. Panggil
T12048fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan Anak.,
Deskripsi Fisik
xii, 57 Lembar; Il., 30 cm, Lamp. 4
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
NONE
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T12048fkT12048fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Faktor risiko kejadian toleransi glukosa terganggu pada anak obes usia 12 - 15 tahun.

Related Collection