Skripsi

HIV-related Toxoplasma Encephalitis in RSCM Hospital Jakarta Period of 2006 – 2010 : Factors Associated with Treatment Response. = Toksoplasma ensefalitis pada pasien HIV di RSCM Jakarta periode 2006 – 2010 : Faktor-faktor yang berhubungan dengan respon pengobatan.

Although the incidence of cerebral toxoplasmosis has decreased dramatically in the industrialized world since the introduction of antiretroviral therapy (ART) and antibiotics, few studies has been conducted to assess clinical response towards anti- toxoplasma standard therapy in HIV-related toxoplasma encephalitis (TE) in Indonesia. This study is aimed to investigate clinical response toward anti-toxoplasma standard therapy in suspected TE patients and factors associated with poor response. Retrospective data from medical records of patients treated as TE in RSCM Hospital Jakarta during the period of Januari 2006 - December 2010 were reviewed. By using univariate analysis, independent variables were examined to its relationship with poor treatment response. Further multivariate analysis was conducted to make predictor model for poor treatment response. Seventy-one patients were recruited in the study. Median age was 29 years old (IQR 10). The patients were predominantly male (76.1%). Most of patients presented with CD4 cell count less than 100 cells/μL. Fifty five (77.5%) patients showed clinical response toward anti-toxoplasma standard therapy, while the remaining 22.5% showed poor treatment response. The mortality rates among all HIV-infected TE patients in this study is 26.7%. The mortality rates in patient group who did not respond to treatment is significantly higher compared to those who did respond to the treament (OR 18.33; 95% CI 6.10 to 55.09; p < 0.001). Patients with multiple cranial nerve paresis and midline shift radiologic features has significantly higher risk of having poor response toward anti-toxoplasma standard therapy (OR 14.35; 95% CI 1.43 to 143.8; p = 0.023 and OR 7.5; 95% CI 1.69 to 33.29; p = 0.008, respectively). Keywords: HIV/AIDS, toxoplasma encephalitis, standard treatment, treatment response.




Walaupun insiden toksoplasmosis serebral telah menurun secara dramatis di dunia sejak diperkenalkannya terapi antiretroviral dan antibiotik, studi yang telah dilakukan untuk menilai respons klinis terhadap terapi anti-toksoplasma standar terkait HIV toksoplasma ensefalitis (TE) di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon klinis terhadap terapi anti-toksoplasma pada pasien suspek TE dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian potong lintang menggunakan data retrospektif dari catatan medis pasien suspek TE di RSCM Jakarta periode Januari 2006-Desember 2010. Dengan menggunakan analisis univariat, hubungan antara variabel independen dan respon pengobatan yang buruk ditelaah. Selanjutnya analisis multivariat dilakukan untuk membuat model prediksi untuk respon pengobatan buruk. Tujuh puluh satu pasien direkrut dalam penelitian ini. Median usia adalah 29 tahun (IQR 10). Sebagian besar pasien adalah laki-laki (76,1%). Sebagian besar pasien datang dengan jumlah CD4 kurang dari 100 sel / uL. Lima puluh lima (77,5%) pasien menunjukkan respon klinis terhadap terapi anti-toksoplasma, sedangkan 22,5% sisanya menunjukkan respon pengobatan yang buruk. Angka kematian pada pasien HIV dengan TE dalam penelitian ini adalah 26,7%. Tingkat kematian di kelompok pasien yang tidak menunjukkan respon pengobatan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menunjukkan respon pengobatan yang baik (OR 18.33; 95% CI 6.10 - 55.09; p < 0,001). Pasien dengan paresis saraf kranial dan pergeseran garis tengah dalam hasil radiologi memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki respon yang buruk terhadap terapi standar anti-toksoplasma (OR 14.35; 95% CI 1.43-143.8; p = 0,023 dan OR 7.5; 95% CI 1.69-33.29; p = 0,008, masing-masing).
Kata kunci: HIV/AIDS, ensefalitis toxoplasma, pengobatan standar, respon pengobatan.