Skripsi
Hubungan Konversi Sputum pada Bulan ke-2 dengan Hasil Akhir Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru Kasus Baru BTA Positif yang Menggunakan Strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse chemotherapy) di RSUP Persahabatan Jakarta. = Association of Sputum Conversion at Second Month and The Outcome of Treatment Among New Cases of Pulmonary Tuberculosis, and Positive Acid Fast Bacilli (AFB) Cases Who Treated DOTS Strategy in Persahabatan Hospital, Jakarta.
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia dan di dunia. Berdasarkan Global Tuberculosis Control: Surveillance, Planning, Financing: WHO Report 2008, di dunia terdapat 9,2 juta kasus baru dengan 1,7 juta kematian akibat TB. Diagnosis dan tatalaksana yang cepat sangat penting untuk mencapai hasil akhir pengobatan TB yang optimal dan mengurangi transmisi dari infeksi dan penyakit ini ke orang lain. Konversi sputum pada bulan ke 2 pada pasien TB merupakan indicator utama untuk mengetahui efektiitas dari tatalaksana dan infectivity dari penyakit TB. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konversi sputum pada bulan ke- 2 dengan hasil akhir pengobatan pada pasien TB paru kasus baru BTA positif yang menggunakan strategi DOTS di RSUP Persahabatan Jakarta. Metode: Pengambilan data sekunder dilakukan pada tahun 2008 - 2009 di RSUP persahabatan Jakarta sebanyak 108 kasus pasien TB paru BTA positif yang telah menyelesaikan pengobatannya. Kemudian dibagi menjadi 2 kelompok antara lain pasien dengan konversi dan tanpa konversi sputum pada bulan ke- 2. Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan konversi sputum pada bulan ke- 2 dengan hasil akhir pengobatan TB. Pasien dengan hasil akhir pengobatan berupa pindah tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya pada penelitian ini. Hasil: Dari 103 pasien TB diantaranya adalah 52 kelompok pasien dengan koversi dan 51 kelompok pasien tanpa konversi sputum pada bulan ke2. Tidak ada perbedaan bermakna dalam segi demografi umur dan jenis kelamin (p>0.05). Pasien dengan konversi sputum memiliki angka keberhasilan lebih tinggi yaitu 42 orang (80.8%) dengan nilai p = 0.005 dibandingkan pasien tanpa konversi sputum pada bulan ke 2. Pasien tanpa konversi sputum memiliki angka default (putus obat) lebih tinggi yaitu 9 orang (17.6%) dengan nilai p = 0.234 dibandingkan pasien dengan konversi sputum pada bulan ke- 2. Pasien tanpa konversi sputum memiliki angka kematian lebih tinggi yaitu 2 (3.9%) dengan nilai p = 0.984 dibandingkan pasien dengan konversi sputum pada bulan ke- 2. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konversi sputum pada bulan ke- 2 terhadap angka keberhasilan pasien (p < 0.05) sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konversi sputum dengan angka default (p > 0.05) dan angka kematian (p > 0.05).
Kata Kunci : Tuberkulosis paru, konversi sputum, sembuh, putus obat, meninggal.
Background: Tuberculosis (TB) is an important health problem in Indonesia and worldwide. Based on the Global Tuberculosis Control: Surveillance, Planning, Financing: WHO Report 2008, in the world, there were 9,2 milion new cases with 1,7 milion deaths of TB. Early diagnosis and treatment is important to gain the optimal result end of treatment and reduce the transmission of infection and disease to others. Sputum conversion among patients with TB is major indicator to determine effectivity of treatment and the infectivity of the disease. Objective: The present investigation was undertaken to determine the association of sputum conversion at second month and the outcome of treatment among new cases of pulmonary, smear positive case using (DOTS) strategy in Persahabatan hospital, Jakarta. Methods: Secunder data was conducted in the year 2008-2009 in Persahabatan hospital, Jakarta, there be 108 new cases of pulmonary, smear positive who have completed treatment. Then, data was divided into two category among others patients with sputum conversion dan no sputum conversion at second month. The data are then analyzed used chi-square test to determine the association of sputum conversion at second month and the outcome end of treatment. Patients with treatment outcome in the form moved, further will be excluded from the calculation in this study. Result: In 103 Pulmonary TB patients, include 52 patients with sputum conversion and 51 patients without sputum conversion at second month. There was no significant differences in terms, age and sex demography. Patients with sputum conversion have higher success rates of 42 patients (80.8%) with p = 0.005 compared to patients without sputum conversion at 2 months. Patients without sputum conversion was higher default rates that 9 patients (17.6%) with p value = 0.234 compared to patients with sputum conversion. Patients without sputum conversion had higher mortality rates than patient with sputum conversion . There were 2 patient (3.9%), p value = 0.984. Conclusion: Can be concluded that there was significant association of sputum conversion at second month and success rates (p < 0.05) whereas there was no significant association of sputum conversion with default rates (p < 0.05) and mortality rates (p < 0.05).
Keywords : Pulmonary tuberculosis, sputum conversion, cure, default, mortality.
- Judul Seri
-
-
- Tahun Terbit
-
2010
- Pengarang
-
Prima Ciko Ade Putra - Nama Orang
Tjandra Yoga Aditama - Nama Orang - No. Panggil
-
S10069fk
- Penerbit
- Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 Reguler., 2010
- Deskripsi Fisik
-
xiii, 64 lembar, 30 cm, lampiran 1 lembar
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
-
- Klasifikasi
-
S10069fk
- Edisi
-
-
- Subjek
- Info Detail Spesifik
-
-
S10069fk | S10069fk | Perpustakaan FKUI | Tersedia |
Masuk ke area anggota untuk memberikan review tentang koleksi